Cerpen Cinta - Rahasia Di Balik Sang Mantan | Meri Andini
Daku terbangun dari tidur, menatap indah langit fajar menandakan syukur daku pada sang pencipta lantaran masih memberi daku nafas dengan sejuta kenikmatan, daku pasang kacamata hitam nan tebal diselingi dengan kuncir rambut konyol layaknya anak usia 5 tahun, daku pandangi gestur tubuh yang benar-benar enggan untuk daku lihat, “GENDUT” itu yang mereka katakan pada daku, bahkan bahasa daku yang formal membuat mereka juga sering berkomentar negatif tentang daku, semuanya tentang daku.
Mereka.. mereka yang daku sebut semua
orang yang menjudge daku sebagai orang yang ter-jelek dan ter-aneh disekolah
namun apa daya daku tak dapat membalas ataupun menentang mereka, karena daku
hanya seorang siswa yang sangat-sangat biasa dirumah maupun di sekolah, hanya
sebuah bakat menulis yang daku dapat dari Bunda yang melahirkan daku, kadang
kala melihat wanita-wanita cantik bertubuh semampai nan langsing daku menyimpan
rasa iri akan kah daku dapat seperti itu?
Daku berjalan menyusuri koridor sekolah
yang bisa dikatakan indah itu dengan bunga-bungan bersusun rapi di tepinya,
nampak beberapa anak yang sedang menyiraminya dan tampak pula segerombolan anak
sedang menatap daku sinis, ehmm… daku tak habis fikir sebenarnya apa yang ada
dibenak mereka? Apakah di atur dalam Undang-undang bahwa anak gendut, dan culun
gak boleh mendapatkan perhatian yang layak? Tidakkan.. tidak ada peraturan,
hukum, ataupun Undang-undang yang menyatakan demikan, jadi tolong buat kalian
anggap lah daku ada dan SAMA seperti yang lainnya. Hal itulah yang sering daku
utarakan dalam hati, daku tak berani mengatakannya karena daku bukan
siapa-siapa bagi mereka.
Setiap hari daku hanya bertemankan
sebuah buku diary yang selalu daku hiasi dengan kisah hidup daku, seperti hari
ini daku menulis..
2 Februari 2013
“Tuhan, bukannya daku tak mensyukuri
nikmat dan karuniamu yang telah engkau limpahkan pada daku, tapi kumohon Tuhan
berikan daku seorang teman yang dapat menemani daku dalam senang maupun sedih.”
“teman ya…” ucap seorag pria bertubuh
tinggi menjangkung menghadap kedalam diary daku yang mulai usang termakan
waktu, jujur bahkan daku tak mengenal siapa sosok pria tampan itu
“kamu siapa? Ap.. apa daku mengenalmu?”
ucap daku canggung tat kala berhadapan dengan pria itu, menatap seorang pria
adalah hal yang sangat minim daku lakukan bahkan daku belum pernah menatap pria
selain ayah.
“daku…? oh… ya sudahlah… kayaknya kamu
belum mengenalku…” ucapnya singkat sembari mengacungkan tangannya pada daku hendak
bersalaman sambil berkata manis “nama aku.. eh maksudku, nama daku Medy… Medy
Sastra Wirya… Just call me Medy… namamu?”
“cherry…” tutur daku agak malu sembari
melepaskan salaman melihat hal itu medy langsung tersenyum polos
“sebenernya udah tau sih… anak XI IPA 1
kan?” tanyanya sembari daku mengangguk pelan, dalam hati daku bertanya “kok dia
bisa tau? jangan-jangan dia membuntuti daku? Atau dia seorang detektif yang
menyamar menjadi seorang siswa SMA?” Namun fikiran itu dihapus oleh medy dengan
suaranya yang agak melengking cerewet
“ih, lagi mikirin aku.. eh.. daku ya?”
godanya dengan wajah yang bener-bener konyol
“ti… tidak,” tolak daku bulat-bulat
enggan untuk melihat wajahnya yang dapat membuat daku tersenyum “maaf… kalau
daku boleh tau kamu kelas berapa?” tanya daku menaikkan kepala setara dengan
bahunya, sementara ia menundukkan kepalanya sedikit menghadap daku dan berkata
“XII IPS 1”
“o..ooohh… kakak kelas.. ma… maafkan
daku lancang” ucap daku sekali lagi canggung
“ti… tidak… formal banget sih… gak papa
lagi aku malah seneng bicara ma kamu…” ucapnya dengan senyuman yang paling
manis
tanpa terasa bel bertanda jam istirahat
selesai berbunyi, medy pun menatap daku dengan lugu dan mendadak berdiri
terkejut.
“ada pena?” tuturnya menadahkan tangan
sembari daku memberikan pena yang daku genggam, ia mengeluarkan selembar uang
kertas bernominal Rp 5000,- dan menulisinya dengan angka-angka yang mengarah
pada dua kata, nomor Hp
“nih, ems.. daku gak punya uang kecil,
ambil gih! Jangan di jajanin…” ucapnya sembari berlari pergi.
“kak medy” ucap daku dengan senyuman dan
kembali kedalam dunia nyata yang benar-benar menyesakkan, setibanya di rumah
daku langsung mengenggam handphone dengan raut wajah dilema, telpon atau tidak?
Benak daku berbicara sendiri dan perasaan ini sangat aneh tak pernah daku
rasakan sebelumnya, daku kuatkan hati dan menekan tanda hijau di tombol
handphone peninggalan zaman Belanda alias handphone dengan segudang kekurangan
itu, sebenernya Bunda telah menawarkan daku untuk membeli handphone baru namun
daku menolak lantaran untuk apa daku dibelikan yang baru toh, daku juga gak
punya temen buat sms-an bahkan telponan, namun untuk sekarang daku akan
memikirkannya lagi, saking gugupnya daku tak kuat untuk berbicara dan saat
terdengar suara seorang pria daku langsung menekan tombol merah yang bernaung
di handphone itu, gugup itu yang daku rasakan saat ini, terdengar suara jantung
daku berdetak dengan cepat dan rasanya wajah daku terbakar panas, satu pesan
masuk
Maaf Siapa ya?
Tulisnya singkat namun daku tak sanggup
membalas sms dan akhirnya pagipun menjelang dengan sangat cepat layaknya sang
surya sudah tak sabar menyinari jagat raya ini, tapi entah kenapa perasaan yang
daku rasakan sekarang sangat berbeda jauh dengan yang sebelumnya, lebih tepatnya
daku sangat bersemangat untuk bersekolah, jangan-jangan ini yang dinamakan
jatuh cinta? Daku mengernyitkan bahu sendiri menendakan kebingungan, daku
berdiri di depan kaca untuk sekali lagi berharap ada keajaiban yang terjadi
semalam sehingga tubuh daku dapat sedikit menyusut, namun ternyata tidak
nampaknya tumpukan lemak bertambah banyak dan nyata, apa yang daku makan
semalam? Rasanya tak ada?, daku pun menghiraukan tumpukan lemak itu dan
bergegas pergi ke sekolah dengan bahasa kerenya on foot atau jalan kaki ya,
jarak dari rumah ke sekolah sih lumayan dekat makanya jalan kaki lagian
sekalian jogging gitu latihan buat nurunin berat badan walaupun 0,5 ons setiap
hari, sesuai dengan pribahasa “sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”
Setibanya disekolah daku dikejutkan oleh
seorang pria yang sama dengan kemarin, ia memberi daku sebuah coklat
“kata orang sih makan coklat dapat
nurunin berat badan” ketusnya polos sembari bersiul riang berjalan mendahului
daku yang saat itu bingung lantaran coklat pemberiaanya. Daku buka pembungkus
coklat itu yang terbuat dari alumunium foil, sepertinya ini bukan coklat mahal
yang biasa dibelikan kakak pada daku, namun daku berusaha untuk memakanya
dengan lahap, satu gigitan pikir daku tidak enak namun itulah awal daku memulai
gigitan kedua dan gigitan ketiga ternyata coklat ini sangat enak, bertanda
lebel coklat yang terjatuh itu dark coklat kata orang coklat ini terkenal
dengan rasa pahitnya tapi, kok manis ya?
Daku pun mencondongkan kepala sedikit
patah kekanan bertanda bingung, pada akhirnya daku kembali menyusuri koridor
sekolah dengan tatapan sinis orang-orang seperti biasa
Daku duduk di kelas sembari merenungi
seseorang yang memberi daku coklat tadi entah apa yang daku fikir tentangya
sehingga daku ditegur oleh guru lantaran tersenyum sendiri, harap maklum awal
jatuh cinta mungkin ini tandanya, bel berbunyi berseru jam istirahat telah
menghampiri jiwa yang penat melihat dan memikirkan segudang angka, daku duduk
ditempat biasa menghadap langit cakrawala yang membentang luas berharap ia
datang menghampiri namun entah mengapa ia tak datang seperti biasa, daku
menunggu dengan resah hingga untuk sekali lagi bel menandakan jam istirahat
telah usai berbunyi daku berjalan dengan pupus hingga daku dapati dua orang
wanita sedang membicarakan orang yang dipikirkan “loe, tau gak medy tadi sakit
loh!” ketusnya dengan keras layaknya seorang penggossip handal
“oh, wajar aja tadi dia pulang, gue kira
dia ada masalah” tutur yang satunya lagi menyambung gossip namun ia berhenti
tatkala melihat daku jijik dibalik tiang koridor sekolah yang mematung dan
berlalu dengan menyimpan kebencian, dalam benak daku berkata wajar dia tak
datang menemui daku tapi apa daya dakupun melengos pergi dengan sejuta
kerinduan.
Siang berganti malam daku mulai memegang
handphone yang sangat jarang daku pegang mencoba memberanikan diri untuk
menelponnya namun untuk sekali lagi daku mengibarkan bendera bertanda S.O.S,
daku tak sanggup namun tak beberapa lama handphone daku berdering seperti ada
yang menelepon…
“Assalamualaikum…” ucapnya agak sedikit
bergetar jujur saja daku juga sedikit malu untuk mengangkat telponya
“wa.. waalaikumsalam” jawab daku dengan
agak ragu namun entah mengapa suaranya hilang dengan misterius, daku benar-benar
bingung dengan tindakan kak medy pada daku, semoga saja kak medy… ems… ah,
sudahlah daku tak ingin berharap padanya, dia tampan, menarik, pintar dan
digandrungi para gadis sedang daku gendut, jelek dan cupu.
Daku pun membaringkan badan mengarah ke
langit-langit rumah, terbayang sosok kak medy tersenyum pada daku dengan
lembut, membayangkan bagaimana saat dia memberikan daku coklat dan bagaimana
saat dia menelpon daku tadi, tak terasa daku tersenyum-senyum sendiri
menandakan bahwa daku benar-benar sepenuhnya mencintai kak medy.
Akhirnya liburan rutinpun datang daku
tak ingin menyia-nyiakan waktu hanya engkang-engkang kaki dirumah, setelah
sholat subuh daku langsung keluar dari rumah untuk jogging, ya.. hampir setiap
hari minggu daku jogging lantaran berharap bisa agak kurusan hehe… tapi, minggu
ini tak seperti minggu kemarin sepertinya ada yang mengikuti daku, daku pun tak
henti-hentinya melirik kebelakang dengan harapan orang tersebut terlihat
gelagatnya, namun saat daku menoleh hanya nampak segerombolan anak kecil
bermain membentuk lingkaran, mana mungkin anak-anak itu mengikuti daku?, dengan
seribu langkah daku berjalan cepat dengan harapan lebih cepat sampai ketujuan,
semakin cepat dan semakin cepat daku berjalan hingga pada akhirnya ada
seseorang menyentuh pundak daku dengan sigap daku menghadap kebelakang dengan
posisi siap menyerang namun betapa terkejutnya daku tatkala melihat kak medy
hendak menangkis tangan daku.
“chery, ini daku” tuturnya formal
sepertinya kak medy telah terbiasa menggunakan kata formal saat bersama daku
“kak medy..” tutur daku terkejut
menurunkan pukulan
“iya, ini maaf daku buat kamu terkejut”
ucapnya dengan lembut sembari daku hanya bisa menggelengkan kepala dengan
anggunnya “oh, ya… udah makan?” sambungnya agak sedikit menunjuk, dan sekali
lagi daku hanya terdiam “lg diet?” tuturnya mempertanyakan daku hanya
menggangguk pelan “ems, daku pernah search di google sarapan itu adalah yang
terpenting kalo kagak makan pagi entar siangnya lemes loh?” ucapnya lagi
membujuk sedikit paksaan, dengan rasa berat hati daku pun mengikuti ajakannya
untuk sarapan, dalam hati ada parasaan yang mengganjal percuma daku jogging
hari ini.
“ehem…” tutur kak medy agak menyindir
“ada apa?” ucap daku dengan tenang
“kamu ini orangnya pendiem banget ya…”
ujarnya yang membuat daku agak tersedak bubur ayam yang sedari tadi daku
suapkan
“aku juga seperti itu dulu…” ucapnya
sembari terdiam beberapa saat “ah…sudahlah” sambungnya berdiri sembari
mengeluarkan secarik uang ketas bernominal Rp 50.000 dan membayarkannya pada
tukang bubur
“ayo lari lagi…” tuturnya dengan sigap
menarik kedua tangan daku
Sesampainya di rumah tak terasa peluh
membanjiri tubuh daku yang agak getir lantaran berlari, Kak medy yang
mengantarku pun telah berjalan pulang menuju arah rumahnya yang bahkan daku tak
mengetahui dimana letaknya.
Keesokan harinya entah apa yang kak medy
fikirkan sehingga pulang sekolah ia mengajak daku pergi bersama ke suatu arena
bermain tepatnya pasar malam, awalnya daku menolak lantaran pasti Ayah dan
Bunda tidak memperbolehkan, namun kak medy tetap bersih keras sehingga pamitlah
ia pada Ayah dan Bunda, tanpa diduga dengan gaya charmingnya ia pun berhasil
menakhlukkan hati Ayah dan Bunda dan pada akhirnya kami pergi ke pasar malam
tersebut.
“cherry mau naik apa?” tanyanya pada
daku yang agak anti dengan keramaian
“entah terserah kakak aja” ucap daku
membuatnya tertegun dan langsung menarik lenganku menjauh dari pusat keramaian,
awalnya daku bingung hendak di bawa kemana namun kak medy meyakinkan daku,
sehingga sampailah daku pada sebuah wahana permainan yang berjudul “Rumah
Hantu” ems… setiap kaula muda pasti menyukai wahana ini karena selain dapat
memacu gerak refleks juga mampu memicu adrenalin, alhasil daku keluar dari
wahana dengan reksi yang Biasa Aja dan si cowok yang kata orang pemberani
setengah mampus pun keluar dengan keringat dingin yang mengucur deras, daku
hanya tersenyum lugu melihatnya pucat pasi bahkan lebih pucat dari pada Robert
Pattison. Sedang asik tertawa ternyata terdengar suara ringtone Hp sang cowok
ia pun pergi agak menjauh dari daku tampak gelagat aneh yang terlukis
diwajahnya, setelah ia mengangkat Hp itu daku langsung ketus bertanya agak kepo
“siapa? pacar kakak?”
“bu.. bukan.. temen kok.. ems, udah
melem pulang yuk!” ajaknya sembari menarik tas daku yang menjuntai, kami pun
menunggu bus trans di halte tak jauh dari pasar malam tak dapat daku pungkiri
alasan ia hari ini tak membawa mobil sedan mencelingnya adalah karena mobil
kesayangannya itu sedang di rumah sakit dalam keadaan keritis, tampak
bersebelahan matanya memandang tajam dan romantis ke arah mata daku, seakan
mengisyaratkan ”cherry, maukah kamu menjadi pacar daku?” wajah daku mulai
memerah dengan senyum yang lebih manis dari biasanya daku kibaskan pelan rambut
daku yang lurus terurai, tak berapa lama ia tertawa kecil dan menghentikan
pandangannya itu dan memulai pembicaraan
“cherry…”
“hnm” jawab daku gemetar dan mencoba
memandang matanya
“a…aku” tuturnya gugup sementara daku
semakin memicingkan mata bertanda rasa penasaran yang tinggi
“a… aku…”
“ya…”
Gluk, ditelannya air ludah yang hampir
mengering “aku Cuma mau bilang kalo… kalo hujan akan segera turun”
“hek…”
dengan sekejap hujan yang tadinya rintik
berubah menjadi deras seakan bersekongkol bus trans yang kami tunggu pun datang
dengan heroiknya, masuk kedalam bus mungkin menjadi solusi yang sangat tepat,
namun didalam bus hanya tersisa 2 kursi penumpang yang kosong dan sangat-sangat
berjauhan, kak medy pun mengangguk pelan pada daku yang agak gusar lantaran tak
dapat duduk bersebelahan denganya, daku hanya dapat memandang kak medy dari
kajauhan nampak ia sedang mengetik sebuah pesan singkat pada seseorang dan tak
lama dari itu sebuah pesan singkat mendarat pada Hp daku, untungnya daku telah
mematikan nada pesan masuk kalo tidak bisa malu…
One messege
Cherry…
=>hn…
Loe lg apa?
=> apa dirimu tak melihat jika daku
sedang duduk?
Oh, iya yah, pertanyaan yang
kekanak-kanakan
=> hn
Jawab daku ringan berharap ada kata-kata
indah yang akan kak medy ucapkan malam ini pada daku
One messege
Cherry…daku mau bilang kalo daku suka ma
kamu!
Daku tak dapat menjawab, jantung daku
mulai berdetak sangat-sangat cepat, wajah daku sepertinya menampakkan warna
yang merona.
One messege
Kamu gak suka daku ya? 🙁
=> .bu.. bukan begitu… da.. daku juga
suka kak medy!
Ha… serius! jadi mulai hari ini kita
pacaran?
=> ems..terserah, tapi kak nanti apa
kata orang-orang!
Ih, jangan dengerin orang-orang yang
penting kita pacaran, aku suka kamu, kamu suka aku, kita sama-sama suka
Dan pada malam itu daku pun mulai
merasakan yang namanya cinta dan kasih sayang dari seorang pujaan hati, ya
walaupun disekolah semua orang menatap kami sinis, mereka sering bilang kalo
daku dan kak medy tuh gak cocok, secara kak medy kan pinter, ganteng, keren dan
daku apa? Gendut dan jelek
“kak…” ucap daku singkat saat duduk
ditaman yang biasa kami datangi
“hn” jawabnya menghentikan acara membaca
novel dan berbalik arah menatap daku “ada apa?” sambungnya dengan wajah polos
yang selalu berhasil menarik daku ke dalam dekap cintanya
“daku ingin diet” ketus daku membuatnya
tersedak dengan kaimat-kalimat mumet yang ada dalam memory nya
“di…diet?” tanyanya seolah tak percaya
dengan yang ada “tapi untuk apa?”
“daku ingin kakak tak dicaci lagi oleh
orang-orang lantaran memiliki pacar yang gendut seperti daku” ucap daku dengan
100 % ambisi.
“tapi…”
“ssssttttt, jangan bilang apapun kak,
daku ikhlas kok… minggu pagi jogging ya!” tutur daku meyakinkan nampaknya ada
yang aneh pada raut wajah kak medy
Minggu paginya daku dan kak medy pun
jogging untuk sedikit menurunkan berat badan daku, begitupun sorenya daku
jogging lagi, beberapa bulan ini bener-bener sangat melelahkan bagaimana tidak
setiap hari daku harus makan sayur dan buah tanpa nasi… whats daku kan orang
Indonesia asli, sangat bahaya bila makan tanpa nasi, rasanya seperti pelajaran
matematika tanpa angka, terkadang kak medy menyuruh daku untuk berhenti dari
program ini namun daku menolak mentah-mentah, dan endingnya 2 bulan berlalu dan
berat badan daku menurun drastis 25kg, bahkan sekarang semua baju daku
dinyatakan kebesaran, sifat anak-anak disekolah pun berubah drastis dari yang
tadinya mencaci menjadi memuji, senang rasanya sekolah dengan damai dan
bahagia, sampai pada akhirnya daku menemui seorang pria berpostur tinggi nan
tampan sedang mengobrol ria siapa lagi kalau bukan kak medy dan teman-temannya
fikir daku hendak menyapanya namun kaki daku terhenti tatkala sahabatnya
mengatakan sesuatu
“wah… kan apa gue bilang medy! dia tuh
orang yang tepat sekarang kite nih yang tekor lantaran harus bayar loe!” ketus
sahabatnya yang mengenakan seragam urak-urakan
Dengan sigap kaki daku mencoba agak
mendekat dengan mereka sedikit menguping (jangan meniru)
“iya, med… gue nyesel kenapa gak gue aja
gitu yang nembak dia terus diterima, then dia jadi kurus+cantik dan bonusnya
menang TARUHAN” tutur yang satu lagi dengan nada suara yang agak melengking
nampak medy hanya tersenyum polos seperti biasanya dengan cepat langkah kaki
daku menghampiri mereka dengan raut gusar daku mendekat mencoba meraih bahu
pria tampan itu dan PLAAKKKK tak sengaja sentuhan cinta ditambah dengan tenaga
sedikit membekas di wajahnya yang mulus itu, linangan air mata yang sedari tadi
mengalir memburamkan pengelihatan daku
“kenapa kamu lakukan ini pada daku?”
tutur daku membentaknya dengan kuat sementara kak medy hanya memegang pipinya
“bu… bukan maksudku cheryy”
“bukan maksudmu tapi masih kamu perbuat,
daku kira kak medy tak sama dengan pria yang lain tapi apa! Kak medy lebih
100000000 PARAH daripada mereka” ketus daku ke arah kak medy yang agak shock
mendengar ucapan kasar daku, harus diakui karna baru kali ini daku dapat
meluapkan emosi, daku pun segera berlari dengan backsound suara panggilan dari
kak medy yang mencoba mengejar “tak usah mengejar daku, mulai sekarang kita gak
ada hubungan sama sekali… KITA PUTUS” jerit daku berbalik sejenak melihat kak
medy yang hampir setengah sadar dan berhenti mengejar daku
Air mata daku masih berlinang ditengah
malam yang begitu indah, daku pandangi foto-foto indah bersamanya untuk sekali
lagi daku menangis kencang layaknya seorang pujangga kehilangan cinta
sejatinya.
6 bulan berlalu semenjak hari itu daku
tak pernah lagi melihat kak medy, kelulusan anak-anak kelas 12 telah
berlangsung 3 bulan yang lalu, mungkin sekarang kak medy telah menemukan
pengganti daku, jujur hingga saat ini daku belum dapat melupakan kak medy atas
cinta yang pernah ia berikan pada daku, walaupun cinta itu dilandasi dengan
taruhan.
Tak berapa lama daku terduduk membisu
ditaman biasa entah mengapa di kursi panjang itu nampak sebuah buku diary tua
yang percis sama seperti milik daku tertanda Medy Sastra Wirya daku buka lembar
demi lembar diary tersebut hingga daku temukan sebuah halaman
Diary cantikmu tertinggal pada hari ini
chery? Kamu tak ingat? Ya sudah biar aku yang menyimpan dan melanjutkannya
untuk mu…
Daku buka lembar berikutnya
12 feb 2013
Teman-temanku menganggapmu mainan, aku
sedikit tak terima dan aku sangat membenci mereka. Bagaimana mungkin seorang
wanita baik hati sepertimu menjadi ajang taruhan, namun akhirnya aku terima
juga lantaran mereka yang memaksaku chery.
Untuk sekali lagi daku membuka lembaran
selanjutnya, terasa air mata
daku sedikit berlinang
17 feb 2013
Aku sangat senang karna bisa jalan
bersamamu, aku tau kamu tak banyak bicara namun itulah yang membuatmu menarik,
namun ada hal yang ku benci mereka membuntutiku chery, mereka menyuruhku
menyatakan cinta padamu sejujurnya aku sangat senang untuk menyatakan cinta
padamu, tapi aku tak mau endingnya kamu tau bahwa ini soal taruhan. Di bus aku
merasa sangat gugup aku takut kamu tak menerima cintaku tapi syukurlah kamu
menerimanya, chery asalkan kamu tau aku tak peduli kamu itu gendut atau jelek
yang penting sekarang manusia dimata Allah tuh sama chery…:) I LOVE U
Air mata menetes sedikit di pipi daku
untuk membalikkan selembar kertas berikutnya
20 feb 2013
Aku agak terkejut melihatmu, meminta
izin padaku untuk diet, jujur saja
aku lebih suka kamu yang apa adanya ;(
17 april 2013
Kamu cantik banget chery, sempet
pangling lihat kamu yang sekarang, hembb, tapi banyak buanget yang ngincer kamu
sekarang… ;(
Tapi melihatmu berlari dan meneriakkan
namaku sudah membuatku senang
Dan akhirmya lembaran terkhir yang
tulisannya nampak acak-acakan dan kertasnya separuh robek menempel tak terarah
dakupun mulai membacanya dengan penasaran
01 mei 2013
Akhirnya kamu mengetahuinya juga, kamu
nampak kecewa padaku terlihat dari raut air wajahmu, tamparan yang kamu berikan
itu kurang dan sangat kurang melambangkan kekecewaan dan kesakitanmu, maafkan
aku chery…
Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan
bahwa aku mencintaimu sebelum teman-temanku mengajak taruhan alasan pertama aku
menyukaimu adalah:
1. Kamu sama sepertiku, jujur dulu aku
pernah gendut sama sepertimu, aku merasa kita satu nasib chery, dulu aku juga
dibenci, dimaki, dibully, maka dari itu aku ingin melindungimu dari mereka
2. Aku suka kamu apa adanya
3. Senyummu mengalihkan duniaku
daku berhenti membaca dan menangis
tersegan-segan tapi tulisan didalam diary itu belum selesai seperti coretan
yang agak tipis sehingga dapat terbaca dengan sedikit kecutan di dahi.
Jangan beri tahu siapapun jika kamu
mencintaiku, biarkan aku yang memberi tau dunia bahwa kau kekasih yang ku
cintai.
I LOVE U CHERRY
Kalimatnya benar-benar terhenti dan
untuk sekali lagi daku menangis tersegan hingga pada saatnya ada sebuat balon
yang terlihat dihadapan daku, di bawahnya terdapat juntaian coklat yang
berinisial dark coklat, daku berharap kak medy yang datang, namun ternyata
seorang anak kecil berparas tampan mengacungkan balonnya dengan cepat daku
menghapus airmata
“kakak jangan menangis, nanti jelek
loh…” ucap anak itu
“untuk kakak?” tanya daku polos sehingga
anak itu menganguk pelan
“wah, makasih banyak ya bilang ke
mamanya”
“kok ke mama sih?”
“jadi ke siapa?” tanya daku lagi
“ke kakak, yang itu!” menunjuk ke arah
sebuah pohon yang rindang terdapat dibawahnya seorang pria yang tak jelas
wajahnya tanpa berfikir panjang daku lansung memastikan sesuatu daku
menghampirinya dengan deg-degan
“maaf…” belum sempat menyelesaikan
kalimat ia langsung memotong
“itu diary milikku”
Cerpen Cinta Romantis yang berjudul "Rahasia Di Balik Sang Mantan" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis bernama Meri Andini. Kamu dapat mengikuti facebook penulis di akun Meri Andini.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Rahasia Di Balik Sang Mantan | Meri Andini"