Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen Cinta - Pelangi Kelabu | Fitri Nur Fadilah

pelangi kelabu

Tak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini aku bangun lebih pagi dari pada suami dan juga anak-anakku. Aku menyiapkan sarapan mereka, aku membereskan seisi rumah, aku benar-benar baru merasa seperti ibu rumah tangga kembali. Dua pembantu telah suamiku pecat. Tak ada orang lain di dalam rumah ini, kini hanya ada suamiku, aku, dan kedua anakku.

Aku memberikan senyuman termanis pada ketiga orang yang saat ini benar-benar sedang lahap memakan sarapan yang telah aku buat. Mereka benar-benar mampu menghargai apa yang telah aku perbuat. Mereka benar-benar menyayangiku. Mereka benar-benar selalu berusaha membuatku bahagia. Mereka benar-benar mampu menghormati satu-satunya wanita yang ada di rumah ini. Aku tak mungkin menyia-nyiakan kasih sayang mereka. Aku tak mungkin menyia-nyiakan kasih sayang mereka demi masa lalu. Tak mungkin.

Tiga kecupan yang mendarat di pipiku benar-benar membuat seluruh tubuhku hangat. Lambaian tangan ketiga jagoanku benar-benar mampu meyakinkanku bahwa aku adalah wanita yang paling beruntung di Dunia, karena aku memiliki mereka. Mobil itu melaju, meninggalkan lambayan tanganku. Aku menarik nafas pelan, “aku menyangi kalian”.

Pagi ini memang terlihat begitu indah. Beberapa tetangga benar-benar terlihat lega dengan senyum lebar yang mereka berikan padaku. Aku mencoba membalas semua senyuman itu, dan ternyata damai itu indah. Aku benar-benar ingin selalu seperti ini. Aku menyesal mengapa tak dari dulu seperti ini. Mengapa mesti setelah kejadian itu, aku dapat seperti ini? Tuhan, jangan pisahkan aku dari ketiga jagoanku, dan janganlah masa lalu itu terus menjadi racun di dalam rumah tanggaku.

Aku adalah Chintya. Di dalam hidupku, aku memiliki tiga orang jagoan. Mereka adalah suamiku, dan anak-anakku. Fadli, itu adalah suamiku. Dia benar-benar sangat mencintaiku, dia selalu berusaha untuk membahagiakanku, dia tak pernah marah, dan dia selalu menghormatiku. Fajar, dia adalah anak pertamaku sementara Fikri adalah anakku yang kedua. Fajar berumur 12 tahun sedangkan Fikri, kini dia berumur 10 tahun. Sama dengan ayahnya, mereka benar-benar mampu menyayangi juga menghormatiku, dan mereka selalu berusaha menuruti apa yang aku perintahkan. Umur mereka memang masih sangat amat muda, namun karena keadaan, mereka diharuskan untuk selalu bersikap dewasa, bahkan itu untuk urusan rumah tangga. Keluargaku, adalah keluarga yang harmonis. Tak pernah ada pertengkaran. Keluargaku, adalah harapan dan juga impian untuk semua orang. Namun, keharmonisan itu, sesaat hilang, ketika masa lalu muncul kembali dalam hidupku.

“hei Chin, lo gak usah mimpi, lo tuh suka sama cowo yang jadi idaman banyak cewek di sekolah ini”

“wah? masa? serius? yah gak masalahkan kalau cinta dalam hati?”

“ya, gak masalah, cuma jangan sampe lo patah hati aja”

Itu adalah Sonia. Bisa dikatakan dia adalah sahabat dekatku. Tak ada yang mampu memisahkan kedekatan kita, aku benar-benar sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri. Tak ada rahasia yang tak aku katakan padanya, begitupun dia. Dan kinipun, aku sedang menceritakan laki-laki itu. laki-laki yang kini sedang aku idam-idamkan. Laki-laki itu adalah senior kami. Dia adalah kak Aldo. Jika di bandingkan, aku dan kak Aldo benar-benar seperti langit dan bumi. Aku benar-benar tak ada apa-apanya di bandingkan dia. Dia adalah murid paling popular di sekolahku, dia sangat aktif, dan dia adalah kapten tim basket. Sementara aku, ah bahkan jika ada yang menanyakan namaku pada teman setingkatpun pasti tak banyak orang yang tahu. Aku sama sekali tak popular, aku tak aktif, dan aku tak mengikuti ekskul yang mampu membuatku terkenal. Fisik? ah, aku hanyalah murid SMA yang benar-benar biasa, tak ada yang spesial, dan sama sekali tak ada yang menarik dariku. Sementara dia, kak Aldo, dia begitu tinggi, postur tubuh yang gagah, juga tegap benar-benar mampu membuat seluruh murid wanita di sekolah ini tergila-gila, bahkan bukan cuma wanita, laki-laki pun banyak yang tergila-gila padanya.

Malam minggu? ah tak ada yang menarik. Malam ini, dan seperti malam malam minggu sebelumnya, aku hanya menghabiskan waktu dengan laptop toshibaku. Aku melihat jam dinding, pukul 9 malam. Aku memposisikan tempat dudukku, perlahan aku membuka laptop, dan seperti biasa aku membuka akun facebookku. Sedetik, mataku benar-benar terbius. Aku tak mampu mengatakan apapun, seperti melayang ke langit ke tujuh, aku benar-benar terkejut. Aldo Alfadilah menerima permintaan pertemananku. Ya tuhan, apa ini? kak Aldo menerima permintaan pertemanan yang telah aku kirim sejak dua minggu yang lalu. Aku menahan mulutku agar tak mengeluarkan suara. Aku membantingkan tubuhku pada kasur yang selalu setia untukku tiduri, bahkan selalu pasrah jika harus aku injak. Aku mencoba memenjamkan mata, khayalanku benar-benar terbang, melayang, ah indah sekali. Aku lantas kembali pada laptopku, senyuman paling lebar aku berikan pada laptop yang telah sukses membuatku bahagia. Aku mencoba menenangkan diri, menarik nafas pelan, dan aku buang sedikit demi sedikit. “oke, tenang, fiuh”.

Thanks for cnfrm kak J

Dengan berani, aku mencoba mengirimkan sebuah wall pada kak Aldo, dan tak harus menunggu lama, kak Aldo membalas apa yang aku kirimkan.

Sama” dek hehe

Memang tak banyak kata yang di kirimkan oleh kak Aldo, namun malam itu benar-benar mampu membuatku makin jatuh hati pada kak Aldo, bahkan aku merasa yakin untuk perasaan ini. Dan memang benar, keberanianku itu adalah awal yang baik untuk aku pada kak Aldo. Semakin lama, hubungan ku dan kak Aldo terasa semakin dekat. Facebook benar-benar telah mampu mendekatkan aku pada sosok yang aku idolakan. Setiap hari aku dan kak Aldo selalu menyempatkan untuk berkomunikasi di facebook dengan mengirimkan wall, mengirimkan message, dan bahkan kak Aldo selalu mengajak chat padaku terlebih dahulu.

Kak Aldo benar-benar baik padaku. Bahkan kini dia sudah berani untuk mengatakan jika dia menyayangiku, namun “aku mencintamu” belum sempat dia katakan.

“iya Son, menurutmu bagaimana jika aku dan kak Aldo menjadi sepasang kekasih?”

“ya, aku sih ikut seneng Chin, Cuma kamu jangan terlalu berharap, apa lagi dia belum berani bilang kalau dia cinta sama kamu, iya kan?”

Apa yang dikatakan Sonia, memang begitu nyata dan benar. Aku seharusnya tak lantas bersikap sepercaya diri itu. Memang, memang kak Aldo sudah bersikap begitu spesial padaku, namun ucapan cinta sampai detik ini tak kunjung ia katakan.

Akhirnya hubungan ku dan kak Aldo, telah mencapai titik puncak. Malam itu, kak Aldo menyatakan apa yang ia rasakan padaku selama satu bulan ini.

“Chin, ada yang mau kakak omongin sama kamu”

“omongin? kenapa kak?”

“gak kerasa udah satu bulan kita deket, dan bagi kakak itu sudah cukup, untuk melihat kedekatan kita”

“ya, jadi gimana kak?”

“kakak, suka sama kamu Chin”

Suasana kafe yang saat ini kami berdua kunjungi, sesaat berubah menjadi tempat yang begitu romantis. Aku mengiyakan apa yang ditawari oleh kak Aldo. Namun, dalam kebahagiaan yang kini menyelimuti aku dan kak Aldo, banyak kecemasan yang mulai merayap dalam benakku. Aku cemas, jika aku tak bisa terus bersama kak Aldo. Aku cemas, jika kak Aldo berubah. Dan aku cemas, jika kak Aldo akan menemukan cinta lain, yang lebih sempurna dari cintaku.

Satu bulan pertama, kami menjalin hubungan dengan begitu baik. Kak Aldo, selalu mampu mencintaiku, kak Aldo selalu berusaha untuk menjaga perasaanku. Kami selalu terlihat bersama, di dalam sekolah kami tak mampu untuk dipisahkan. Dengan sekejap, aku menjadi murid yang benar-benar terkenal, tak ada yang tak mengetahui Chintya, kekasih dari kapten tim basket. Namun, dengan sekejap aku pun menjadi seseorang yang mampu di benci oleh banyak wanita di sekolahku. Mereka mengaku, jika mereka iri melihat aku yang ternyata di pilih oleh Aldo, seorang wanita yang biasa-biasa, padahal telah banyak wanita cantik yang mengantri untuk mendapat pengakuan cinta dari Aldo.

Masalah datang secara bertubi-tubi, awalnya aku sempat meyerah untuk segala masalah yang menerpa hubungan aku dan Aldo, namun Aldo benar-benar mampu untuk selalu menjaga perasaanku, dan mencoba selalu meyakinkanku, bahwa aku adalah wanita yang paling baik untuk dia pilih. Kelas kami, memang agak berjauhan, namun itu bukanlah suatu penghalang untuk kami bersama. Sebelum masuk jam pelajaran, dia selalu menyempatkan waktu untuk menemuiku, waktu istirahat, kami selalu pergi makan bersama, dan setiap habis jam pelajaran, ketika semua orang siswa di kelasku pulang, aku masih selalu setia menunggu Aldo di dalam kelas. Kami selalu bersama.

Kali ini, hubungan kami memasuki untuk bulan ke dua. Bulan pertama, aku memang sempat tak yakin akan hubungan kami, namun ketika memasuki bulan ke dua aku benar-benar yakin, dan percaya bahwa Aldo memang yang terbaik. Sejujurnya, ini adalah kali kedua aku menjalin hubungan dengan seseorang. Namun, aku fikir hubungan ku dengan Aldo benar-benar sangat jauh berbeda dengan hubunganku sebelumnya. Aku merasa jika aku benar-benar mencintai, menyayangi Aldo dengan sungguh-sungguh. Mungkin, sebelum dengan Aldo aku memang tak sepenuhnya menjalin hubungan. Bulan ke dua ini, aku memang yakin, namun aku sedikit demi sedikit merasakan ada sebuah kejanggalan. Memang tak terlihat perubahan yang jelas, namun sepertinya memang ada yang berubah dari sikap Aldo. Kami memang masih menjalin komunikasi dengan begitu baik, namun, waktu kita untuk bersama benar-benar sudah berkurang. Di sekolah, kami benar-benar sangat jarang untuk bersama. Bahkan berangkat, dan pulang sekolahpun, aku selalu seorang diri, padahal dulu Aldo benar-benar selalu tak tega jika melihatku mesti berangkat atau pulang seorang diri. Namun, aku berusaha untuk tetap meyakinkan apa yang telah di yakinkan oleh Aldo.

Aku bersyukur, kini hubungan kami menginjak bulan ke tiga. Aku menyiapkan sebuah kejutan untuk Aldo. Kafe tempat Aldo menyatakan perasaannya, adalah tempat yang aku pakai untuk kejutan perayaan tiga bulan hubungan kami. Semua telah siap, aku berdandan habis-habissan, bahkan aku rela untuk bolos sekolah hanya untuk pergi ke salon. Aku menyuruh Aldo, untuk menemuinya di kafe pukul 7 malam. Perasaan gundah benar-benar berhasil menyelimutiku, aku melihat pukul 11 malam. “kamu ke mana?” aku benar-benar berusaha menahan tangis.

“apa? lo nunggu Aldo sampe larut malem?”

Aku tak mampu mengatakan apapun pada sahabatku Sonia. Dia memelukiku dengan erat.

“Chin, dari awal gue bener-bener gak ngelarang buat lo ngejalanin hubungan sama Aldo, tapi ini yang gue takutin”

Tak ada yang salah dengan apa yang di katakan oleh Sonia. Namun, ini adalah masalah keyakinan hati. Aku masih benar-benar menyayangi Aldo.

Aku tak lantas menyalahkan semua pada Aldo atas kejadian malam itu. Aku yakin dia memiliki alasan hingga ia tak menemuiku. Apalagi kini dia sedang di hadapkan untuk ujian kelulusan, tak mungkin jika aku harus membuat masalah di saat ia harus fokus untuk masalah sekolahnya.

“jadi kamu masih tetap untuk memilih unniv di luar kota?”

“iya”

“tapi kenapa? bukannya di dalam kotapun masih bagus?”

“aku tahu, kenapa sih? kamu ga setuju?”

“jujur Al, aku sama sekali gak setuju jika kamu harus pergi keluar kota. Aku tak siap dengan hubungan jarak jauh”

Aku tahu, keinginanku memang sangatlah egois. Namun, aku benar-benar tak siap jika aku harus menjalani hubungan jarak jauh. Dan benar keegoisanku, benar-benar mampu membuat Aldo marah. Kami sempat beberapa kali bertengkar. Bahkan sekarang Aldo berani membentakku. Apa aku benar-benar telah melakkukan kesalah yang begitu besar? apa yang sebenarnya telah terjadi?

Hubungan kami, semakin lama semakin tak sehat. Selalu saja ada pertengakaran. Sebenarnya aku sudah benar-benar capek, namun aku masih benar-benar menyayangi Aldo, dan aku akan terus mempertahankan hubungan kami. Hingga, suatu saat dengan mata kepala sendiri aku melihat Aldo, seorang laki-laki yang aku idolakan dulu, yang kini telah menjadi kekasihku, ia tengah membonceng seorang wanita yang jelas sangat terlihat lebih cantik dari padaku. Aku benar-benar geram, di tengah hubungan kita yang sedang tak sehat, Aldo malah sibuk mencari wanita lain. Kala itu, emosiku benar-benar tak dapat di tahan. Dan akhirnya hanya tiga bulan aku dapat mengecap indahnya cinta bersama Aldo.

“hallo, siapa ini?”

“ini Chintya?”

“iya ini siapa? tolong jangan bercanda”

“aku adalah masa lalumu Chintya”

Aku benar-benar terkejut mendengar pengakuan seseorang di balik telfon itu. Suara itu benar-benar tak asing di telingaku, namun untuk apa dia kembali?

Aku tahu ini adalah dosa terbesar yang telah aku lakukakan. Aku telah menjadi seorang istri yang telah menodai kasih dalam keluarga. Padahal aku telah memiliki suami yang jelas-jelas begitu mencintaiku, dan bahkan aku memiliki dua orang anak yang sangat aku cintai. Namun, masa lalu benar-benar mampu menggodaku. Iya, masa lalu.

Orang itu, datang padaku ketika aku telah bahagia dengan sebuah keluarga. Orang itu, datang padaku membawa beribu kenangan yang masih selalu melekat dalam benakku. Dan orang itu, datang padaku membawa cinta yang penuh warna, seperti warna pelangi yang kelabu.

Keluargaku tak lagi harmonis. Aku sangat jarang untuk berada di rumah mengurusi suami, dan kedua anakku. Jikalau pun aku pulang, aku hanya menjadi penyebab pertengkaran. Suamiku yang pendiam, selalu kalah dalam setiap pertengakaran. Dan anak-anakku selalu menjadi saksi ketika kami sedang terlibat pertengkaran.

Aku sangat tak tahan berada di rumah, aku selalu ingin dia. Dia yang sebenarnya penyebab retaknya hubungan rumah tanggaku. Dia adalah Aldo.

Aku menjalin hubungan terlarang dengan Aldo. Suamiku, Fadli tak tahu jika aku sedang bermain dengan seorang laki-laki di belakanya. Hampir 4 tahun, aku menjalin hubungan terlarang dengan Aldo. Dan telah beberapa kali aku meminta agar suamiku menceraikanku, namun, suamiku masih tetap mempertahankan rumah tangga kami. Anak-anakku benar-benar sudah terlihat dewasa ketika kedua orang tuanya sedang terlibat pertengkaran. Miris sebenarnya namun, masa lalu telah membuat mata hatiku tertutup. Hingga suatu hari, suamiku menangkap basah ketika aku sedang berdua dengan Aldo di sebuah pusat perbelanjaan. Suamiku, benar-benar marah besar. Aku benar-benar terkejut, aku fikir suamiku tak dapat melakukan hal seperti ini, namun ternyata, dia benar-benar mampu membuatku sangat takut.

Malam itu suasana di rumah benar-benar memanas, anak-anakku benar-benar sudah mengetahui apa yang harus mereka lakukan, mereka mengunci pintu dan lebih memilih untuk tidur. Sementara, suamiku benar-benar marah besar. Dia mengatakan jika dia merasa telah dikhianati. Aku menangis dengan keras, aku yakin para tetangga yang sudah sering mendengar kami bertengkar ikut terkejut karena kini suamikulah yang sangat jelas terdengar membentakku. Namun, malam itulah yang membuat aku benar-benar sadar, jika aku telah salah selama empat tahun ini. Aku benar-benar telah menyia-nyiakan keluarga yang begitu sangat mencintaiku demi masa lalu yang menyesatkan.

Malam itu, aku benar-benar di buat sadar, aku bersujud di bawah kaki suamiku meminta ampun. Awalnya dia benar-benar tak memperdulikanku, namun akhirnya dia memelukku dan berkata “aku melakukan ini, karena aku sayang padamu dan kedua anak-anak kita. Aku mohon, tinggalkan masa lalumu demi aku dan anak-anak kita” aku benar-benar tak mampu menahan air mata, aku memeluk suamiku lebih erat “aku menyayangi kalian, maafkan aku”.

Cerpen yang berjudul "Pelangi Kelabu" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis dengan nama pena Fitri Nur Fadilah. Kamu dapat mengikuti penulis melalui blog berikut: fadilahfitri.blogspot.com

Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Pelangi Kelabu | Fitri Nur Fadilah"