Cerpen Sedih - Indahnya Perbedaan | Dhexa
Suatu Cerita - Siang ini terik matahari begitu menyengat kulit. Sebentar aku melongok ke atas. Silau sinarnya menerpa wajahku. Langsung saja ku tutup mata dengan tangan kiriku. Kulangkahkan kaki berjalan mencari tempat teduh yang tak terjangkau sinar matahari. Lalu aku duduk di bangku di bawah pohon akasia di pojok taman alun alun kota. Rasa dahaga pun menyerang tenggorokanku. Ku buka tas punggungku.
Ku ambil sebotol air mineral.
Dan siap untuk aku teguk. Tapi… tiba tiba seseorang datang dan duduk di
sebelahku. Di bangku yang sama. Spontan pandanganku beralih. Ku lirik dia. Ku
lihat nafasnya terengah-engah seperti habis di kejar-kejar. Dia membawa
tongkat. Jadi nggak mungkin kalo habis di kejar-kejar orang. Dia adalah seorang
yang cacat di bagian kakinya.
Melihatnya kelelahan seperti itu aku
jadi tak tega. Tanpa pikir panjang kuberikan botol air minumku padanya. Nggak
apa-apa aku nggak minum.
“hey” sapaku
Dia menoleh padaku.
“Ini buat kamu” sambil kusodorkan air
mineralku padanya. Dia hanya memandangku penuh tanya. Cepat saja ku mengerti
arti pandangannya.
“Nggak pa pa kok minum aja” kataku
meyakinkan. Diapun menerimanya lalu meneguknya. GLEK… GLEK… GLEK. Suara
tegukannya membuatku miris dan menelan ludah sendiri. Dalam hitungan detik air
itu habis diminumnya. Kelegaan nampak jelas di wajahnya.
“Makasih ya” ucapnya dengan sopan.
“iya sama-sama. Kalo boleh tahu kamu
tadi habis ngapain kok kayaknya…” belum juga aku meneruskan kata-kataku dia
sudah memotongnya seolah tahu kelanjutan kata-kataku.
“O… tadi aku nyebrang jalan. karena
lampu merahnya tinggal beberapa detik ya aku jalannya cepat-cepat. Dan jadinya
kaya gini dech. ngos ngosan” jelasnya. Akupun memaklumi apa yang ia katakan.
Selanjutnya kita berdua terlibat dalam
obrolan yang bisa di bilang cukup akrab. Padahal baru beberapa menit yang lalu
kita bertemu dan berkenalan.
Namanya Rangga. Umurnya satu tahun lebih
tua dariku yaitu 22 tahun. Cukup tampan dan manislah menurut ku. Sayangnya dia
seorang yang cacat.
Mengenalnya bukan hal yang buruk.
Malahan ada kesan lain. Dia orangnya baik dan asyik di ajak ngobrol. Dia juga
humoris kaya aku. he he. Dari sisi lain aku juga berbangga padanya. Meskipun
dia cacat. Tapi dia tetap optimis dan semangat menjalani hidupnya. Itu yang aku
suka darinya.
Sejak pertemuan itu kita jadi deket.
Juga sering sms an dan chat bareng. Kadang-kadang bertemu walau hanya sekedar
untuk makan bareng. Aku jadi merasa nyaman banget bersamanya.
Suatu ketika dia pernah bilang padaku.
“Meta… aku kok nggak sempurna ya kaya
orang lain.” terangnya sambil menatap langit. dan nggak biasanya dia ngomong
seperti itu.
“hmmmmm.” desahku.
Ku ambil ponsel yang ada di saku
celanaku. ku buka dan ku cari bagian galeri foto. Berharap kutemukan sebuah
foto wanita cantik. Setelah ku cari dari atas sampai bawah. Akhirnya kutemukan
juga. Foto artis luna maya.
“Rangga sini dech.”
“Apaan.” tanyanya. Lalu kusejajarkan
layar hape ku yang tertera foto luna maya tadi dengan wajahku.
“Lihat dech ya. aku juga nggak sempurna
kok. kalo aku orangnya sempurna mungkin aku bakalan lebih cantik dari si luna
maya itu ’Ngga.” kataku membuatnya terkekeh.
“eeeeeeeee… malah ketawa lagi.” cetusku
“iya.. tapi sayangnya enggak kan?”
“iya sich… intinya semua orang itu sama
kok ’Ngga. Tidak ada bedanya. di hadapan Tuhan kita semua sama. dan ini tu
harusnya disyukuri bukan malah dikeluhkan.” Rangga hanya diam tersenyum
memandangku penuh bangga.
“ichhh… jadi malu dech dipandangin terus
kaya gitu.” candaku. diapun tertawa akupun juga.. ha ha
Semakin hari kita jadi semakin lebih
dekat. Saling mengisi dan saling membutuhkan. Rasanya ada yang berbeda dalam
hati ini. Sehari saja tak ada kabar darinya hatiku jadi gelisah tak karuan. Aku
tak pernah memandangnya sebelah mata dengan alasan kekurangannya. tidak sama
sekali.
Tiga hari lamanya aku tak menghubungi
Rangga. Karena aku tengah sibuk mengurus proses kerja ku untuk menjadi TKI. Aku
akan kembali bekerja ke luar negri. Setelah satu tahun lamanya berada di
indonesia. alasan utamanya masih sama dan begitu klasik, yaitu karena ekonomi.
Berhubung aku sudah Ex TKI. Jadi aku
diperbolehkan melakukan proses dari rumah. Sambil menunggu JOB dan VISA kerja
ku. Untuk sementara aku menganggur di rumah.
Selama tiga hari aku berada di Surabaya
di sebuah PJTKI untik mengurus keberangkatanku. Yang sudah dijadwalkan tiga
hari yang akan datang. Dan malam ini aku pulang ke rumah untuk mempersiapkan
barang-barang. Sesampainya di rumah aku langsung menuju ke kamar. Mengambil
hape ku karena selama di Surabaya aku lupa membawanya. Dan kebiasaan burukku
adalah suka menyetingnya dalam keadaan silent tanpa suara. Makanya tidak ada
yang tahu kalau hape ku ketinggalan di rumah.
Dengan segera aku membukanya. kudapati
puluhan miscall dan sms dari Rangga. Yang isinya dia begitu khawatir dan
bingung mencariku. Sebaliknya, aku hanya tersenyum saja membacanya. Dan tidak
segera membalasnya. Aku bingung. Aku rindu padanya. Tapi aku juga harus
mengatakan padanya soal rencana keberangkatanku. Terus saja ku pandangi ponsel
yang ada di genggaman. Sesekali memutar-mutarnya. mencari cara yang tepat.
kupandangi juga seisi dan sekeliling kamarku. Pandanganku terhenti pada boneka
berwarna kuning kesayanganku. Boneka yang ku beri nama LI TA REN. Boneka yang
tak bisa kukatakan bagaimana bentuk dan wujudnya. Unik dan yang pasti aneh
juga. Mungkin jika teman-teman melihatnya akan tertawa ngakak… haha.. Boneka
itu jadi jawaban kebingungan ku tadi. kuraih hapeku. Ku ketikan sebuah pesan
singkat untuk rangga.
“Rangga. maaf ya baru ngasih kabar.
kemarin aku ke surabaya dan hapeku ketinggalan di rumah. o iya.. ada yang mau
aku omongin. besok ketemu ya di tempat biasa. aku tunggu.. gak usah dbls pesan
ini… see u.”
Kutunggu hari esok tiba. Lalu akupun
terlelap dalam lelah.
Kesokan harinya aku menunggunya di
tempat biasa. tempat kita pertama kali ketemu. Kucoba menunggunya dengan sabar.
Detik menit berlalu dalam penantian ku. Tak seperti biasanya. Jantung ini
berdegup lebih kencang.. dag.. dig.. dug.. darrrrrrr…
“Meta…” sebuah suara memanggilku dari
arah belakang. Akupun berdiri dari dudukku dan membalikkan badan. Rangga sudah
berdiri di belakangku. Dia dengan senyum khas serta lesung pipinya menyapaku.
Bahagia hatiku melihat kedatangannya. Tanpa sadar aku langsung memeluknya.
Begitu erat. Rangga hanya diam dalam kebingungan lalu memanggilku.
“Meta… kamu kenapa?” mendengarnya akupun
tersadar dan melepaskan pelukanku padanya.
“oo… maaf Ngga.”
“emangnya ada apa sich”
Tak kupedulikan pertanyaannya. Aku malah
membuka tas ku dan mengeluarkan sesuatu. Boneka anehku.
“ini kamu bawa ya” pintaku membuatnya
semakin bingung.
“Ini boneka kesayanganku. dia yang akan
menemanimu menggantikan aku. saat aku pergi jauh nanti. aku minta kamu jaga dia
baik-baik demi aku.” lanjutku
“kamu ini ngomong apa sich? emangnya
kamu mau ke mana? kamu mau ninggalin aku?” pertanyaannya semakin panik.
Aku pandang lekat dia dan kukatakan.
“Dua hari lagi aku terbang keluar negri
untuk jadi TKI. boneka ini akan menggantikanku. karena aku nggak mau kamu
sendirian tanpa teman”
Tatapannya bisu dihadapanku. Matanya
berkaca-kaca. Diraihnya tanganku. Digenggamnya begitu erat. Lalu diciumnya.
Tanpa terasa air mataku menetes begitu
saja. Kulepaskan genggaman tangannya. Dan ku peluk lagi dia.
“Aku sayang kamu Ngga” isakku.
Dibalasnya pelukanku.
“Aku juga sayang banget sama kamu. aku
janji, aku akan menunggumu.” bisiknya yang semakin membuatku pilu. Semakin tak
kuasa aku menahan air mataku.
Cerpen yang berjudul "Indahnya Perbedaan" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis dengan nama pena Dhexa. Kamu dapat mengikuti penulis melalui facebook berikut: Dhexa
Posting Komentar untuk "Cerpen Sedih - Indahnya Perbedaan | Dhexa"