Cerpen Cinta - Uang Kertas | Sherly Yulvickhe Sompa
“Vanya… hari ini kamu jadi kan ketemuan
sama sepupu aku yang dari London kan?”.
“ya, jadi deh”.
Nidya menggandengku menuju kelas. Inilah
diriku, aku sudah terlalu sering gagal dalam berhubungan dengan laki-laki
selama ini. Awalnya aku hanya menganggap sepele hak-hal seperti ini, namun aku
mulai merasa aneh karena setiap laki-laki yang dekat denganku kabur dengan
alasan yang sama yaitu diriku yang terlalu sibuk dengan dengan laptopku. Mulai
dari Ditan, putra, ginda, edo, dan masih ada tiga orang lagi yang sudah mulai
ku lupa namanya punya alasan yang sama untuk memutuskan hubungan. Alasan
mengapa aku terlalu sibuk dengan laptoku yang pertama: aku ketua club mading,
yang kedua: aku kan calon penulis, dan yang ketiga adalah alasan yang paling
malas kuucapkan yaitu: aku adalah seorang pencinta film sejati.
Aku punya dua orang sahabat yang dekat
denganku yaitu Nidya dan Eno. Nidya adalah wanita yang baik. Dia anak seorang
pemilik perusahaan berlian terkenal di Jakarta. Nama lengkapnya Nidya Ve Lisa.
Kalau Eno adalah seorang cowok idola di sekolah. Dia Indo loh, mamanya
Indonesia dan papanya Korea. Nama lengkapnya Hyun Ray Neo. Aku sangat bahagia
berada di samping kedua sahabatku. Mereka selalu menghibrku saat aku patah
hati. Pernah aku berfikir bahwa Eno menyukaiku, tapi pikiran itu musnah saat ku
tahu kalau dia suka pada adik kelasku yang bernama janet. Dia berusaha keras
mendapatkan hati gadis itu dan ternyata usahanya tidak sia-sia. Sedangkan Nidya
sudah punya ornando yang begitu mencintainya. Ornando sangat kutu buku, makanya
seisi sekolah kaget mendengar kabar bahwa nidya berpacaran dengannya. Kisah hidupku
sangat menyedihkan. Walaupun aku punya segala-galanya, aku tetap tak merasa
hidupku menyenangkan.
Aku duduk di teras kamarku bersama kedua
sahabatku dan sedang mendiskusikan tentang “VANYA AND LOVE STORY”. Lovenya pake
tanda kutip! “van.. gimana sepupu aku kemarin?”.
“spupu kamu baik, ganteng, pinter, trus
asik”.
“trus gimana?”.
“ya.. dia overdosis tau kalau mau
dijadiin SS”.
“kok disia-siain sih! Udah enam bulan
loh jomblohnya, masuk rekor nih. Semenjak kamu pertama kali pacaran kayanya
kamu gak pernah jomblo sampe enam bulan. Paling lama kayanya dua bulan”.
“tau deh!”.
Eno yang dari tadi diam langsung angkat
bicara “gimana kalau kenalan sama sepupu aku aja”.
“ya ampun, bisa bahasa indonesia gak tu
spupu lo?” tanya nidya sewot.
“ya tau lah, dia kan emang orang
indonesia, cuman pengen ikut bokap aja dulu ke seoul”.
Aku mulai malas mendengar kalau yang dua
orang sudah saling aduh mulut, aku yang jomblo mereka berdua yang gondok. “gak
usah deh, lagi pengen serius belajar nih”. Mereka berdua kemudian diam dan
mengamatiku lalu mengangkat bahu mereka tanda bingung.
Sebentar lagi ujian nasional, namun eno
dan nidya setiap hari datang ke rumahku. Mereka punya banyak alasan untuk
datang. Dirumahku juga sangat sepi, kakakku yang pertama sudah menikah dan
menetap di Sulawesi Tengah, dan kakakku yang kedua sibuk kerja. Padahal dialah
satu-satunya yang kuharapkan di rumah ini. Sedangkan papa sedang ditugaskan di
Jember kemudian mama ikut bersama papa. Jadi rumahku hanya di huni kak vano, bi
santi, roxy (kucing angora kesayangan veni kakak pertamaku), dan pak parjo.
Hari ini aku telat datang kesekolah,
untung Eno juga telat. Aku tak boleh mengikuti pelajaran sampai jam istrahat,
dan akhirnya aku memutuskan untuk membaca buku di Perpustakaan sedangkan eno
mengikutiku dan tidur di sana juga. Setelah berbunyi aku segera ke kelas, saat
sedang berjalan ke kelas ku lihat lapangan basket sangat ramai. “Mungkin lagi
ada yang tanding kali ya no!”. “auk aah!”. Dia berjalan sambil bersandar
padaku. “kenapa kamu gak ikutan aja! Kamu kan mantan kapten tim sekolah”.
“males tau, gue lagi bete nih, di hibur
kek apa kek!”.
“berantem lagi ya no?”.
“bukan berantem, tapi putus”.
“yaaaaaa, yang tabah ya. Kapan
diputusinnya?”.
“tadi waktu kita di perpus dia sms aku”.
“gini aja, kita ke lapangan yuk, kita
nonton aja biar gak suntuk”. Belum sempat dia menjawab aku sudah menariknya ke
arah lapangan. Di lapangan ternyata ada Janet, salah ngajak nih kayanya. Tapi
tunggu, eno malah menarikku mendekati janet dan mencium pipiku di hadapan
janet. Woww.. pengen bikin dia cemburu rupanya. Kalau teman-teman
se-angkatannku sudah sering melihatku di cium Eno, Nidya juga kok dan
sebaliknya. Jadi aku santai-santai saja. Aku memperhatikan cowok yang bermain
basket, kayanya anak baru. Ganteng! Makanya banyak cewe-cewe yang nongkrong di
situ. Lama aku memperhatikannya, dan bel pun berbunyi.
Di dalam kelas aku hanya tidur-tiduran,
nidya yang duduk dibelakangku sibuk menggosip dengan Eno. Mungkin eno yang
curhat atau sebaliknya. Kemudian Nidya mencubit pundakku, “itu.. tuh anak baru
dikelas kita”.
“mmmm…” aku kembali ke posisi tidurannku
tadi.
“hay No” si murid baru menyapa Eno,
ternyata mereka saling mengenal. “Hay nu, ternyata kamu masuk sini juga ya!
Kenalin nih nidya”. Enggg… “trus yang ini nih..” dia mencolek pinggangku
“apa sih?” aku mendongak dan mulai pada
khayalanku, dia seperti pangeran.. aku jatuh cinta pada pandangan pertama.
“Danu..” ia bersalaman denganku, tapi
aku lupa memberi tau namaku.
“namanya Vanya nu” suara eno membuyarkan
semua lamunanku.
“senang bertemu denganmu”. Itulah
kata-katanya yang terakhir sebelum guru fisika masuk.
Ternyata murid baru yang tampan itu
namanya Danu, dia adalah spupu eno yang waktu itu dia tawarkan padaku. Tapi
sayangnya waktu itu aku lagi tak mood, sungguh kesempatan yang disia-siakan.
Danu sangat pandai dalam segala bidang, dalam pergaulan, pelajaran, dan
olahraga. Banyak sekali wanita di sekolah yang menyukainya. Jujur aku juga
tertarik padanya, dan akulah satu-satunya yang nekat mengirim surat dan ku
simpan dilokernya. Tak tau apa reaksinya nanti.
Hari ini kita aku, nidya dan eno sedang
duduk-duduk di lapangan basket. Karena hari ini eno ingin bermain basket,
mumpung hari minggu aku asik-asik saja mengikuti kemauannya. Tapi yang tak
kusangka-sangka Danu juga datang. Karena takut melihat reaksinya, akhirnya aku
hanya tertunduk sambil melipat-lipat uang kertas yang ada disakuku. Nidya yang
duduk disampingku hanya senyum-senyum tak jelas. Kemudian eno menghampiriku
“airnya dong van”. Aku memberikannya botol mineral yang ada ditasku. Dan tak
lama Danupun ikut bergabung dengan kami. Tanpa sadar uang yang kulipat-lipat
telah menjadi kapal-kapal yang sangat cantik menurutku. Kemudian karena begitu
kagum aku berdiri dan berkata “wuaaaaah cantiknya”.
Nidya melihat hasil karyaku dan
berkomentar, “kamu masih hobby ngelipat uang jadi gitu ya?”.
Aku hanya senyum
“berarti hampir sama dong sama danu,
kalo danunya hobby nulis alasan di atas uang kertas”.
Aku jadi salah tingkah mendengarnya.
“jodoh kali”. Suara nidya membuatku
tambah salah tingkah.
“pulang yuk, aku sama nidya kamu sama
danu.. ga pa pa kan? Skalian kasih liat danu markas kita!” saran eno kali ini
memang gila, tapi aku senang. “tapi aku kan pengen main sama kucingnya vanya”.
“duh nid.. entar aja deh kapan-kapan,
mau kan nu anterin vanya?”. Danu menjawab dengan senyum yang manis dibibirnya
“boleh.. sklian jalan-jalan”.
Akhirnya aku pulang dengan danu, tapi
dia mengajakku makan dulu. aku takut dia bertanya tentang surat yang kemarin ku
simpan di lokernya. “van.. mau gak jadi pacar aku?”. Damn… kok dia to the point
banget sih? Bikin orang ge er aja. Jangan-jangan salah dengar! Aduh… gimana
nih?. Batinku bingung. “enggg….”.
“udah dua bulan aku sekolah di sini, aku
ngerasa aku sayang kamu. Dari awal emang aku yakin sama perasaan kalo aku suka
sama kamu”.
“emmm….”.
“aku udah baca surat kamu, tapi aku
pengen aku yang nembak kamu. Kamu mau kan?”. Aku hanya sanggup menjawabnya
dengan anggukan. Dan aku memutuskan untuk pacaran dengannya.
Saat-saat paling membahagiakan dalam
hidupku adalah saat ini. Punya dua sahabat yang menyayangiku, dan pacar yang
juga menyayangiku. Walaupun kaadang aku cemburu melihatnya didekati oleh
cewe-cewe di sekolah. Dan kurang lebih sebulan adalah ujian nasional. Aku juga
jadi jarang bertemu dengannya. Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 17.
Pukul 00.00 tadi malam danu sudah memberiku ucapan selamat diikuti keluarga dan
sahabat-sahabatku, akhirnya karena sibuk membalas ucapan mereka aku tak cukup
tidur hari ini. “hay van”. Eno datang ke kelas dan langsung mencium pipiku
seperti biasa dan membawa sebuah bingkisan sama dengan nidya. Dan disusul Danu,
dia menarikku ke kantin. “ini hadiah buat kamu”. Aku mendengar ada nada aneh di
balik perkataannya. “makasih”. Kemudian dia diam, “kenapa?”.
“kita sampe disini aja ya”.
“maksudnya?”.
“kita putus, entar lagi kan ujian..
mungkin kamu pengen belajar atau apa ya terserah kamu”.
“kamu gak ngerjain aku karena aku ulang
tahun hari ini kan?”.
Dia tak menjawab lagi dan langsung
pergi..
Aku memang sudah mengantisipasi hal-hal
seperti ini akan terjadi, karena aku sudah terlalu terbiasa mengalaminya. Tapi
kali ini aku benar-benar sakit hati, kedua sahabatku terus menyemangatiku.
Ujian pun selesai, dan hari ini adalah pengumuman. Aku melihat papan pengumuman
dan mencari-cari namaku. Ternyata aku, eno dan nidya lulus, aku senang skaligus
sedih karena harus berpisah dengan mereka. Tadi aku juga mencari nama eno,
ternyata dia juga lulus. Sejujurnya aku masih terus mengharapkannya. Aku
berjalan menyusuri sekolah dan terhenti di depan kelasku. Aku masuk dan duduk
di tempat dudukku. Aku memperhatikan kelas itu dengan seksama. Ku melihat ke
laci mejaku, dan apa yang kutemukan di sana. Uang sepuluh ribuan berceceran di
dalam laciku. Ku ambil dan ku lihat.
“Aku mencintaimu karena: kamu apa
adanya.”
“aku mulai menyukaimu sejak aku di seoul
dua tahun yang lalu, karena eno selalu bercerita banyak tentangmu”
“maaf aku memutuskanmu, aku pikir kamu
lebih mencintai eno. Dan begitu pula eno, eno selalu menceritakan tentangmu.
Dia selalu berpesan kalau suatu saat nanti aku harus menjagamu. Jadi kau harus
selalu berada di samping orang yang mencintaimu”
Aku sudah putus asa untuk memperjuangkan
cintaku. Aku kembali kerumah dan tidur. Saat aku bangun eno dan nidya sudah ada
dalam kamarku. “udah lama nyampe?”.
“udah karatan tau!” nidya menjawab asal.
“ee.. aku mau nunjukin sesuatu.. nih
liat …”.
Mereka berdua melihatnya dan berkata
“wahh… rugi banget”.
“emangnya kenapa?”.
“besok danu kan mau ke seoul, dia mau
kuliah di chun ha university”.
“kapan berangkatnya?” aku mulai panik.
“malam ini”.
“kenapa baru bilang sekarang? Ayo kita
ke bandara! Aku mau ngomong sama dia”. Aku buru-buru mandi, dan segera
berangkat kebandara.
Kulihat dia sedang duduk sambil
menggunakan earphone. “danu…” aku berlari dan langsung memeluknya, ku buang
semua rasa gengsiku saat ini. “kenapa nangis?”.
“kamu jangan ninggalin aku, aku sayang
kamu. Maafin aku”. Ia tersenyum dan memelukku. Nidya dan eno datang sambil
bergandengan tangan, membuatku dan danu heran. “maksudnya?” aku menunjuk tangan
mereka. “mmmmm… maaf ya van baru ngomong skarang!”.
“kita udah pacaran empat tahun, kita gak
ngomong ke kamu tentang hubungan kita karena takut kamu kesepian”. Aku heran
“trus janet sama ornando?”.
“itu kan cuman bohongan, makanya sebisa
mungkin kita berdua nyariin kamu pacar dan karena kamu udah ada kesempatan
balikan sama danu kita ngaku aja deh…”.
“jahat nih sama aku”. Aku mencubit
mereka berdua.
“maaf ya aku udah salah paham” danu
meminta maaf padaku dan eno.
Kemudian dia memelukku dan berkata “kamu
massih mau nerima aku?”.
“mau.. mau… kalau udah nyampe di seoul
telepon aku ya”.
“siapa sih yang mau ke seoul?”.
“bukannya…” aku melirik eno dan nidya,
ternyata mereka mengerjaiku.
“aku mau ke surabaya pengen ke rumah
bonyok”.
Ternyata semua berjalan dengan
apa-adanya. Keegoisan dapat meruntuhkan cinta yang sebenarnya dapat
diselesaikan dengan mudah. selesai
Cerpen yang berjudul "Uang Kertas" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis dengan nama pena Sherly Yulvickhe Sompa. Kamu dapat mengikuti penulis melalui twitter berikut: @shervickhe_ST
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Uang Kertas | Sherly Yulvickhe Sompa"