Cerpen Cinta - Samudera Di Tanah Batak | Dina Agustina
Seorang gadis berbadan tinggi sedikit berisi yang sedang berdiri di perempatan simpang, di depan universitas simalungun dengan seragam putih abu-abu nya dengan rambut di gerai. Sebut saja dia Adina adrian seorang siswi kelas 12 SMAN 4 Pematang siantar, sumatera utara. sebuah sekolah unggulan di P. siantar. Rumahnya cukup jauh dari sekolah, dia senang bepergian dengan angkutan umum, meskipun banyak yang tidak betah dengan angkutan umum karena asap rokok, dan lain sebagainya.
Dia juga baru 2 tahun setengah tinggal
di Siantar, dari kecil dia tinggal di bengkulu karena kesibukan orang tuanya
pindah tugas. ketika SMA dia memilih untuk melanjutkan sekolahnya di pematang
siantar kampung halaman papa nya sendiri. Belum lama ini papa nya mendapat
pindah tugas di pematang siantar sehingga mereka bisa berkumpul kembali.
“kau siswi SMAN 4?” tiba-tiba seseorang
mengejutkannya.
“iya aku siswi SMAN 4, kenapa rupanya?”
balas dina.
“aku Cuma nanya aja sih, soalnya terus
ku lihat kau di sini”. kata perempuan itu dengan logat bataknya.
sepertinya si penanya ini batak asli
sekali. nada bicaranya tinggi padahal belum tentu dia orang jahat.
Belum sempat dina menyambung kalimat si
penanya tadi bus yang akan ditumpanginya telah datang, dina segera menaiki bus
tersebut, dan meninggalkan si penanya begitu saja.
“pinggir bang!”, sahut dina kepada si
supir bus.
”lama amat piginya dek?”, kata si supir
yang sudah lumayan hafal dengan dina karena sering menaiki busnya atau bisa di
bilang udah langganan.
“iya aku banyak PR bang”, jawab dina
singkat.
dina segera menjauh dari angkot itu
kemudian mencari jalan untuk menyebrang. Seperti biasa selalu berhenti di depan
GOR dan setiap kali berhenti di situ banyak anak-anak preman, tapi untung saja
setiap pagi ramai di situ anak SMAN 4 beramai-ramai untuk menyebrang. Jalan
merdeka memang selalu padat karena memang jalan itu merupakan lalu lintas yang
besar di P. siantar dan SMAN 4 terdapat di antara perimpitan antara jalan
merdeka dan sutomo.
“sialan, bakalan terlambat ini!”, keluh
dina yang hampir sampai di gerbang sekolahnya. seperti biasa hal yang di
lakukan kalau terlambat jalan jongkok dan kutip sampah keliling seluruh
sekolah. Itu melelahkan dan uda entah keberapa kali nya dina terlambat.
“pak, pak buka dong tolong hari ini ada
ujian loh, masa tega?”, dina memohon-mohon kepada pak satpam. tapi alhasil
usahanya sia-sia, dia tetap terlambat dan pak satpam tetap menidakkan
kemauannya. Dia membalikkan badannya dan menghembuskan nafasnya bukti
kekecewannya terhadap satpam itu.
Cowo ini dari pertama aku terlambat
kayaknya ngikut terus deh, dia melihat seorang cowo yang ada di sampingnya yang
juga memperhatikannya. saling pandang namun tak saling sapa, dan tak saling
memulai.
Setelah menerima hukuman, akhirnya dina
masuk ke kelas dengan cucuran keringat. tanpa di sadari dia berjalan
berbarengan dengan 2 orang cowo yang tadi juga terlambat. cowo ini asik
berbincang-bincang sepertinya mereka sedang menertawakan dina. Tapi dina tidak
peduli, dia hanya peduli pada minumannya dan berlari-lari kecil menuju kelas
untuk melanjutkan jam pelajarannya yang hampir tertinggal 1 jam itu, padahal
dina sempet pengen deket sama cowo yang suka tersenyum padanya itu, tapi karena
kelihatnnya mereka menertwakannya, dia urungkan niatnya untuk menyapa lebih
dulu.
“ah! capek aku bujuk-bujuk bapak itu
tadi!”, kesal dina pada teman dekatnya rifa.
mereka sedang makan di kantin pada
istirahat pertama.
”kamu sih, ngapain aja terlambat?”.
”iya, tadi malam aku keasikan online,
keasikan main game.”, kata dina sambil menggarukkan kepalanya yang ga gatal
sama sekali.
“di kelas aku tadi juga ada yang
terlambat, memang sih rumahnya lumayan jauh.”
“siapa? tadi kita Cuma 3 orang yang
terlambat aku cewe sendiri.”
“itu tuh namanya Jihan samudra, orangnya
item tapi ga item kali lah.”
“oh aku ga inget tuh, soalnya tadi
mikirin gimana biar dapet gerbang sih!”
Setelah dina dan rifa menghabiskan waktu
di kantin akhirnya bel memanggil agar masuk ke kelas masing-masing. dina kelas
ilmu pengetahuan alam sedangkan angrih adalah kelas ilmu sosial, jelas saja
angrih lebih jago berbicara dari pada dina, apalagi soal hati.
“ga mau nganterin aku sampe kelas nih?”,
sahut angrih.
“ah, ngapain?”
“biar kamu tau yang namanya jihan.”
“dih apaaan gitu aja, ga penting!”
“yakin ga mau? entar nyesal loh”
“aku anterin deh, tapi bukan mau lihat
cowo yang kamu maksud ya!”
“ngeles, awas jatuh cinta kalau ketemu
ya”, goda rifa pada dina.
Aku sedang jatuh cinta dengan seseorang
yang sama sekali belum kukenal sosoknya, bagaimana mau lanjut jatuh cinta
dengan yang lain? sedangkan jatuh cinta sama yang ini aja ribet, suka kasih
senyuman padahal palsu.
Sesampainya di pintu kelas rifa,
tiba-tiba seseorang menyenggolnya di sengaja atu tidak sengaja entahlah.
kemudian orang itu menatapnya dalam-dalam seperti ada yang ingin dikatakannya.
dina tidak ambil pusing, dia hanya menatapnya sebentar lalu bergeser dari
hadapannya kemudian dia menyapa orang-orang yang ada di kelas itu yang
kebetulan teman-temannya juga sebelum penentuan jurusan ketika naik ke kelas
11.
“udah tau yang namanya jihan?”, bisik
rifa tiba-tiba di depan pintu kelasnya.
“belum, ngapain sih? aku Cuma mau
nganterin kamu aja kok bukan mau liat-liat cowo.”
Setelah menghindar dari rifa, dina
langsung menggerakkan badannya untuk kembali ke kelasnya. entah apa yang
membuat dina malas berbicara tentang cowo kepada sahabatnya itu.
Baru saja memulai langkahnya, dina di
berhentikan seorang cowo yang tadi menatapnya dalam-dalam seperti ada yang
ingin dikatakannya. jelas saja dina langsung melihat papan namanya dan ternyata
namanya adalah “jihan samudra siregar”. inikan yang terlambat selama ini
barengan terus sama aku dan ini cowo yang di ceritain angrih dari tadi, batin
dina.
“yang terlambat tadi kan?”
“iya, kenapa?”
“hem dari tadi mau ngomong sama kamu kok
susah ya. aku Cuma mau ngasih tau kalo tadi botol minum kamu ketinggalan di pos
satpam, jadi aku bawa aja. nih.”
“ya ampun aku lupa maaf ya ngerepotin,
makasih banyak ya.” dengan rasa malu dia langsung tak menatap jihan lagi.
“iya sama-sama, namanya siapa?”
“dina.”, jawabnya singkat dan langsung
meninggalkan jihan.
Entah ada angin apa dina jadi canggung
berbicara dengan sosok ini, apalagi dia sempat salah tingkah karena malu kalau
dari tadi dia menghindar dari cowo itu padahal ada sesuatu kepentingannya yang
harus di sampaikan jihan.
Malamnya dina masih mengingat kejadian
tadi di sekolah, rasa malu karena salah tingkah membuatnya ingin memakan botol
minumnya itu. kalau besok jumpa dia tak tahu harus pasang wajah seperti apa,
senyum, tunduk, atau mentapnya saja? Dan bagaimana jika angrih tau kejadian
ini? dia pasti hanya katakan “awas jatuh cinta” padahal aku udah jatuh cinta
diluan.
Iseng-iseng dina melihat daftar chat
facebooknya, yap dina menjumpai nama anak kelas ips itu tadi. tak lama kemudian
ternyata si batak itu mengirim chat pada dina. awalnya dia hanya bertanya
tentang acara osis cup sekolah, lama kelamaan cerita jadi panjang dan anehnya
dina jadi senyum-senyum sendiri di kamarnya. apakah aku akan jatuh cinta dengan
si batak itu? rasanya baru sebentar saling bertatap, secepat apakah nantinya?
Keesokan harinya sepulang sekolah,
sembari menunggu temannya dina duduk dibawah pohon cerry yang menghadap
kelapangan futsal. baru ia sadari ternyata jihan berada di lapangan futsal itu.
dina semakin menatapnya, lalu dia senyum-senyum sendiri. entah apa yang
membutnya jadi senyum sendiri melihat sosok itu sedang bermain futsal. sedang asik
menatap, tiba-tiba jihan keluar dari lapangan futsal kemudian berjalan
kearahnya. cepat-cepat dina menyembunyikan pandangannya. ternyata jihan ingin
duduk disampingnya, dengan keringat bercucuran jihan mengajak dina bicara.
“eh, lihat gina gak?”
“enggak, ini aku lagi nungguin.”
“tadi dicariin angrih, kalau liat suruh
ke kelas aku.”
“iya, kalau liat ya soalnya aku juga
lagi nungguin dia dicariin juga ga keliatan.”
“pantesan sendiri aja.”, singkat jihan
dan langsung berbalik badan.
Angin berlalu begitu saja, sama seperti
percakapan singkat ini berlalu begitu saja. berbicara tapi tak saling menatap.
di sela-sela pembicaraan tadi yang ada hanya dina coba-coba curi pandang karena
duduknya bersampingan. lelaki batak itu tak tak tau bahwa orang yang dari tadi berbicara
dengannya memiliki genjatan hebat di dalam hatinya saat berbicara dengannya.
Setelah lama duduk bersampingan tanpa
kata, tanpa memandang dan perasaan seperti butir-butir kerikil yang akan di
buat suatu bangunan yang menghasilkan pondasi yang sangat kuat akhirnya
temannya datang.
“udah lama nunggu?”, tanya rifa sedikit
mengejek dan mengedipkan matanya ke arah dina.
Tanpa menghiraukan yang membuatnya diam
tanpa kata tadi, dia langsung menarik rifa jauh-jauh dari pohon cerry itu.
jihan menatapnya heran, namun dina tidak peduli. dina cepat-cepat berjalan
menggandeng angrih menuju halte bus di depan sekolah. “tau sesuatu ga?”, kali
ini angrih bener-bener menatap dina. dina seperti ingin mengungkapkan sesuatu
yang memalukan. “tadi aku di ajak ngobrol sama jihan, tapi aku ga natap dia,
aku takut…”, tiba-tiba suara dina merendah. “boleh ga jatuh cinta secepat
ini?”. rifa hanya menatapnya perlahan lalu tersenyum kemudian dia menoleh ke
arah jihan.
“kamu suka orang batak?”
“suka sekali, selagi dia seiman denganku
itu wajar aja.”
“dia item, dia juga bandel, lalu apa
yang membuatmu suka padanya?”
“senyumnya…”
“hanya dengan dia memberi senyum padamu,
kau terpesona?”
“ya, dia ga Cuma sekali melontarkan
senyumnya sama aku tapi berkali-kali selama kami di hukum bareng, dan yang
paling penting selama aku suka ke kelasmu.”
“lalu?”
“lalu aku sekarang sadar bener-bener
jatuh cinta sama jihan samudra siregar.”
“dulu ga pengen tau orangnya sama
sekali, sekarang kok malah jatuh cinta?”
“dulu aku ga pernah tau kalo itu namanya
jihan, karena aku sering kekelasmu aku jadi tau sebenernya siapa yang aku sukai
selama ini.”
Rifa tersenyum mendengar jawaban dari
sahabatnya itu. siapa yang akan mengira sama siapa dia akan jatuh cinta? cinta
itu datang karena terbiasa. ya karena dina terbiasa datang ke kelas nya, tanpa
ada yang tau kecuali dirinya bahwa dia udah bener-bener jatuh cinta dengan cowo
batak itu yang selama ini dina ga pernah tau bahwa lelaki yang disukainya
adalah lelaki yang ingin sekali ditunjukkan rifa.
Semenjak kejadian itu dina jadi terbiasa
membuka facebook, dia hanya berusaha sabar karena menunggu chat dari si batak
yang telah membuatnya gila itu. Sekali lihat dia tak muncul, dua kali dia tak
juga muncul, dan akhirnya ketiga kali dia muncul di daftar chat dan dia sepertinya
tidak memberi kode sedikit pun kepada dina. Nekat, dina mengirim chat lebih
dulu kepada jihan. entah apalah yang bisa dibahas agar obrolan itu terjalin
dengan terbiasa.
Satu hal yang paling mengejutkan,
tiba-tiba jihan nanya “uda punya pacar mbak?”, jelas saja dina semakin salah
tingkah tak karuan, dia menggigit jarinya dan membulatkan matanya
sebulat-bulatnya apakah dia salah baca. tak sungkan-sungkan dia menanya balik
pada jihan dan jawaban kami sama, kami sama-sama single. Tidak tahu persis apakah
dia memang bener-bener memiliki perasaan yang sama pada dina atau dia hanya
ingin membuat dina terbang kemudian dijatuhkan gitu aja?
Hari ini pulang sekolah dipercepat
karena ada rapat guru. Ini kesempatan anak-anak berlama-lama main di sekolah,
misalanya sambil mengunakan wifi sekolah dan ada juga yang menonton futsal.
Dina memilih nonton futsal meskipun
sendirian. tiba-tiba pandangannya tertuju pada jihan, ternyata mereka
bersampingan dan sama-sama penonton di situ. curi-curi pandang pun terjadi
ketika bola memasuki gawang, jihan sibuk dengan teriakannya dengan
teman-temannya, sementara dina sibuk curi pandang ke arah jihan. sayangnya jihan
tak pernah memberi respon sedikitpun, arti menatap berlama-lama bukankah ingin
di tatap balik?
“din, ngapain dari tadi di sini
sendirian, cewe sendiri lagi?”, tanya gani yang tiba-tiba memberhentikan
pandangannya ke arah jihan. “eh gani, aku Cuma pengen liat aja kok soalanya
lagi ga ada kerjaan tadi. sekarang aku bosen ni, aku balik dulu ya!”, shadrak
yang sebenarnya tau kalau tujuan dina tadi bukan hanya sekedar menonton tapi
karena sesuatu dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Setelah menonton futsal akhirnya dina
memilih wifi-an di taman sekolahnya.
“sendirian aja?”, tiba-tiba angrih
datang menghampirinya.
“iya, ga niat nemenin?”
“niat kok, tenang ajalah. tadi aku lagi
ada urusan jadi baru sempat sekarang sorry lah.”
“iya deh. eh terus tasmu mana?”
“astaga aku lupa, tinggal di kantin.
sebentar ya tungguin ya.” Rifa langsung bergegas meninggalkan dina kembali, dan
ya akhirnya dina sendirian lagi. disampingnya ada temen sebelah kelasnya yang
juga lagi menggunakan wifi. jadi dina tidak terlalu sepi. Di saat-saat sendiri
begini, dia iseng membuat biodata twitter nya menjadi sesuatu yang absurd :
“sedalam-dalamnya sumur, lebih dalam lagi lautan samudra”. yap samudra itu di
ambil dari nama belakang jihan sebelum marga. dikesendirian itu dia hanya
mengingat-ingat wajah jihan saat di lapangan futsal tadi sehingga menghasilkan
inspirasi seperti itu. tiba-tiba sosok itu lewat dan sedikitpun jihan tak
memperhatikan dina. kedua kali nya lagi jihan lewat ya masih tidak
memperhatikan dina, sepertinya dia memang pemberi harapan palsu. Ketiga kalinya
jihan lewat tanpa dina sadari dia melontarkan senyum pada dina, senyum kali ini
sungguh lama, dia berjalan sambil mengunjukkan giginya pada dina, hingga telah
lewat dihadapan dina dia tetap memutarkan badannya untuk terus senyum pada
dina. ini tidak seperti biasanya, biasanya jihan hanya tersenyum tipis lalu
berlalu begitu saja.
“fan! aku di senyumin fan!”, setelah
jihan lewat dina malah memeluk fany dan teriak sekuat mungkin. fany hanya bisa
cengar-cengir melihat teman tetangganya itu.
“oh jadi itu yang disukain selama ini?”
“yap.”
“ha ha ha ha batak ya? selera batak
niyeee. itu marganya siregar kan?”
“justru karena dia batak aku suka. iya
kok tau?”
“ehem. good luck pokoknya buatmu.”
Dina hanya menggelengkan kepalanya
menandakan iya kemudian dia kembali senyum-senyum sendiri. tak lama kemudian
angrih datang.
“kenapa senyum-senyum gitu?”
“tadi disenyumi jihan…”
“kyaaa perkara disenyumi aja? buaknnya
udah biasa ya?”
“iya dulu biasa aja, saat ini beda.”
“katamu dia pemberi harapan palsu, kok
masih berharap?”
“apaan sih, seneng aja ga boleh apa?”
“ha ha ha boleh kok. tadi aku jumpa
putri di kantin dan aku di suruh nyampein ke kamu nanti malem datang ke pesta
17 tahunannya, kalo mau kayanya kita pigi samaan aja deh. mau?”
“hem kayanya aku bisa dateng tapi ga
bareng gapapa kan? jam berapa gerak?”
“ya uda lah kita ketemu di alun-alun
kota aja yah, soalnya kan lokasinya di deket situ. jam 8 ketemu di situ ya.”
“oke. btw, jihan di undang juga?”
“lihat aja nanti, dateng aja nanti biar
tau dia dateng atau enggak.”
“kok gitu?”
“ga usah banyak tanya deh… dateng aja
dandan yang cantik.”
Dandan yang cantik? apa ini yang namanya
harapan asli?, Batin dina.
Malamnya, dina meminta untuk di antar
sama papanya. karena dia meras canggung kalau udah berdandan cantik seperti itu
harus membawa kendaraan sendiri.
Di alun-alun kota dina bertemu dengan
angrih. malam ini mereka merasa seperti cinderella.
“uda mulai acaranya?
“kayanya udah. yuk kita ke sana.”
“sebentar… jihan ada di sana?”
“ya ampun, liat aja sendiri nanti di
sana. kita sekarang gerak aja ke sana.”
Dina mengikuti kata-kata sahabatnya itu.
mereka mulai berjalan menuju lokasi, perasaan dina mulai acuh tak acuh. dia tak
tau harus senang atau apalah.
Memasuki pintu cafe, perasaan dina
semakin dihantui perasaan ngeri, entah apa yang membuatnya seperti itu.
Belum lama dia memasuki cafe, tiba-tiba
pandangannya tertuju dengan salah satu sosok yang didambakannya, ya itu si
batak!
Tapi… siapa cewe yang di sampingnya itu?
sepertinya mereka akrab sekali seperti sepasang kekasih. apakah ini yang ingin
ditunjukkan angrih sama aku?
Perlahan dina mulai mengundurkan dirinya
dari keramaian itu, angrih pun sudah tidak terlihat lagi.
Kenapa rifa tega? kenapa rifa menyuruhku
berdandan cantik?
Semakin lama dina memperhatikan mereka
akhirnya dina memilih untuk pulang lebih dulu. tanpa pamit dengan siapapun dia
pun keluar dari cafe itu. perlahan air matanya menetes. kupikir setelah aku
patah hati karena cinta kandas di bengkulu, kota kecil ini akan membawaku cinta
yang indah, ternyata dugaanku salah.
Jam menunjukkan pukul 21. 00, dina lebih
memilih makan jagung bakar sendirian di pinggir jalan di depan kantor walikota
dari pada dia harus berpura-pura tegar di depan semua orang di dalam cafe itu.
“kok matanya bengkak dek? abis nangis
ya?”, tanya ibu penjual jagung itu.
“enggak kok bu. jagungnya tambah satu
lagi ya bu!”
Tiba-tiba seorang perempuan yang mungkin
anak si ibu penjual jagung itu menghamprinya.
“dek cantik-cantik kok nangis kau, sampe
bengkak gitu mata kau nampaknya. cewe cantik ga perlu nangis kalau gara-gara
laki-laki, masih banyak yang mau sama kau selo aja kau di situ”
Inikan orang yang hari itu nyamperin aku
waktu nunggu angkot? kenapa dia selalu ada saat awal hingga akhir aku merasakan
dari yang namanya bahagia ke galau?
Malam semakin larut, tapi hati takan
bisa berubah menjadi tenang dalam sekejap, orang-orang di cafe sana tertawa
bahagia sedangkan dina hanya diam di pinggir jalan dengan lampu kelap-kelip dan
lalu lintas kota yang telah menyepi menjelang larut malam. Air mata terus
membasahi pipinya, dia tak habis fikir kalau orang yang diharapkannya selama
ini hanya akan menancapkan luka sedalam ini, dan sahabatnya yang di kira akan
menjaga perasaannya ternyata tidak seperti yang dina bayangkan.
Sepi, sendiri, hanya ditemani jagung
bakar dan bintang di pinggir jalan itu. perlahan dia mulai membuang jauh-jauh
bayangan jihan dengan menghabiskan jagung 5 biji.
“kok sendirian aja?”, tiba-tiba seorang
lelaki berkulit item dan bersenyum manis itu menghampirinya dan duduk
disebelahnya.
Jihan?
Sambil menghapus air matanya, dina hanya
menatapnya sebentar lalu tersenyum.
“baru nangis? nangis kenapa?”
“aku ga nangis kok, Cuma sedih aja.”
“sedih kenapa? gara-gara aku?”, jihan
seolah mengejek dina.
“ih aku ga pernah nangis gara-gara
kamu!”, dina berusaha menyembunyikan perasaannya.
“hem ya uda deh… kamu suka dengan orang
batak?”
Tiba-tiba terhening, kemudian dina
menatap jihan dan berkata, “beberapa menit yang lalu aku sangat suka tapi
sekarang aku benci.”
“si batak juga suka sama kamu.”
Kali ini dina bener-bener di buat
nyengir oleh perkataan jihan. “kamu tau apa sih?!”, sentak dina.
“aku tau… sedalam-dalamnya sumur lebih
dalam lagi lautan samudra.”
“itukan…”
“biodata twitter kamu.”
Kali ini dina bener-bener serius dengan
apa yang di katakan jihan dari awal hingga akhir ini, sepertinya dia tau
sesuatu yang tidak dina ketahui.
“kamu tau dari mana soal itu?”
“kamu tau dari mana juga kalau aku ga
suka sama kamu? hanya melihatku akrab dengan cewe lain kamu langsung beranggapan
seperti itu?”
“kamu ga pernah kasih aku kesempatan
ngobrol lebih sama aku. kalo ketemu Cuma saling tatap, lalu senyum lalu…”
“tak saling bicara? artinya ada cinta.”
Kali ini dina bener-bener di buat
terdiam oleh jihan.
“kamu ingat awal kita ketemu waktu di
hukum? itu pandangan pertama buat aku. hari kedua aku semakin yakin pada
perasaanku, aku memiliki letak kenyamanan kalo di dekatmu. setelah itu
sebenarnya aku ga pernah terlambat, karena pengen deketin kamu, aku jadi
sengajain buat terlambat.”
“terus kenapa kalo jumpa aku sok cuek?”
“cuek gimana? aku memang gitu. buktinya
aku bisa tau tentang twitter kamu, bisa tau sebutan aku untuk kamu, dan kamu
pernah kan sok-sok ikutan nonton futsal kan?”
Lah ini kenapa jihan tau semua? aku kan
jadi malu duh.
“wah kayanya kamu tau semua, bantuan
siapa sih?”
“rifa.”, sahut jihan sambil tertawa.
“jadi selama ini kalin kerja sama? jadi
ini semua udah direncanain?”
“ga usah nyolot gitu nanya nya.”
“jadi…”
“iya seperti yang dikatakan rifa, cinta
itu datang karena terbiasa. karena aku terbiasa terlamabat jadi cinta itu
datang sama aku…”
Kali ini dina sungguh tidak bisa
pungkiri perasaannya. Jihan menatap dina dengan mantap kemudian dia menggenggam
tangannya. sekarang Aku merasakan yang namanya cinta, batin dina.
Jam menunjukkan pukul 23. 00, di
pinggiran jalan itu hanya ada lampu lalu lintas, angin malam, jagung bakar dan
cinta..
Cerpen yang berjudul "Samudera Di Tanah Batak" merupakan sebuah cerita pendek karangan dari seorang penulis yang bernama Dina Agustina. Kamu dapat mengikuti blog penulis di link berikut: Dina Agustina.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Samudera Di Tanah Batak | Dina Agustina"