Cerpen Cinta - Bintang Kekasih | Selmi Fiqhi
Begitu banyak bintang dilangit. Tapi mengapa kita tak bisa memiliki satu bintangpun diantara persekian triliun bintang itu? -Inez
Tentang Fadil
Sudah selarut ini aku belum tidur. Tak
seperti biasanya aku begini. Aku benar-benar merasa tak enak pada Inez. Kemarin
aku baru saja memutuskannya. Itu semua gara-gara aku melihatnya berjalan berdua
bersama pria lain. Apakah selama hubunganku dengannya dia menyembunyikan semua
ini?
Tapi aku benar-benar mencintai gadis
ini. Aku cemas padanya kini. Salahku mengatakan kata-kata itu.
“Jadi selama ini kau..”
“Tidak, ini tidak seperti yang kau
pikirkan, aku bisa menjelaskan semuanya” Pinta Inez padaku.
“Aku tak perlu penjelasan darimu
semuanya sudah jelas! Mulai saat ini kita putus!” Bentakku padanya, aku
berbalik tak ingin menatapnya. Aku benar mendengar langkahnya berlari pergi,
dia berlari menjauh. Sementara pria itu memegang pundakku.
“Ini semua tak seperti yang kau lihat”
“Diamlah!” Aku menepisnya.
“Bahagialah bersamanya” Lanjutku.
“Brukk” Tiba-tiba ku dengar suara
hantaman keras, aku langsung berbalik, pria itupun sama. Seketika aku tak
percaya apa yang terjadi
“I.. nez”
Peristiwa itu, masih tergambar jelas
tiap detik malam itu. Satu kenangan yang sangat ingin aku lupakan. Kenangan
yang terlalu pahit untuk ku ingat. Namun aku benar-benar tak bisa menolak apa
yang telah terhampar disini. Yang paling ku sesali adalah ketika mengetahui
pria tersebut adalah kakaknya sendiri.
“Inez” Lirihku menggenggam tangan dingin
kecilnya. Kini dia hanya bisa berbaring diranjang dengan bantuan alat
pernafasan dan selang infusan ditangannya untuk menambah umurnya walau dalam
keadaan tak sadar. Apakah dia akan koma selamanya?
Aku benar-benar dapat melihatnya kini.
Melihat wajah ayunya yang lugu, mata bulat kecilnya yang tertutup, hidung
mancungnya yang mungil, bibir tipisnya yang manis. Aku benar-benar masih ingat
kenangan-kenangan indah yang mungkin terlalu manis untuk dilupakan.
“Mengapa bintang dilangit sangat banyak
ya?” Ucapku padanya. Dia hanya tersenyum kecil mendengarnya.
“Begitu banyak bintang dilangit. Tapi
mengapa kita tak bisa memiliki satu bintangpun diantara persekian triliun
bintang itu?” Desahnya.
“Mengapa ada bintang dilangit?”
“Orang bilang, setiap orang meninggal
akan diangkat jiwanya dan akan menjadi bintang dilangit. Dan bintang yang
paling bersinar menandakan bahwa orang itu telah hidup bahagia disana”
Jelasnya. Aku tersenyum mendengar dia. Diapun menyandarkan kepalanya dibahuku.
Aku mendekapnya.
“Bintang dilangit memang tak bisa
dimiliki. Tapi bintang yang ada disisiku bisa dimilki tidak ya?” Desisku
padanya.
“Menurutmu?”
“Inez maafkan aku, sampai kapan kamu
akan begini? Aku tahu aku adalah lelaki bodoh, aku bodoh, aku seharusnya tak
memutuskanmu Inez” Isakku padanya. Aku sungguh tak kuasa menahan air mataku
melihat keadaannya kini. Aku menyesal telah membuatnya seperti ini. Jika aku
tak mengucapkan hal itu tak mungkinlah dia begini.
“Sudahlah ini hanya kecelakaan, jangan
salahkan dirimu” Bella menyemangatiku. Aku hanya diam saja. Dan tetap melihat
Inez. Aku menatapnya dalam-dalam, masih terlukis jelas dibenakku seuntai
senyumnya. Senyum yang paling manis yang aku lihat.
“Kau tahu disekitar sini banyak ruh
berkeliaran” Ucapnya menakut-nakutiku.
“Aku tak percaya” Kelakarku.
“Kau masih tak percaya? Ruh orang-orang
yang sedang koma atau tak sadar sedang berada disini. Mereka mengintaimu Fadil,
mereka ingin bermain denganmu” Ucapnya ditelingaku.
“Merekapun ingin bermain denganmu”
“Ish” Desahnya. Aku tertawa-tawa
melihatnya.
Saat itu, dia bilang ruh orang yang koma
atau tak sadar sedang berkeliaran disini. Tunggu. Berkeliaran. Apakah dia ada
disini juga?
Ahh mustahil. Dia hanya bermain-main
saja, aku tahu benar sifatnya.
“Aku disini” Seseorang mendesah.
“Apa siapa itu? Inez, Inez” Aku mencari-cari
asal suara itu, namun aku tak kunjung menemukan siapa itu. Disini hanya ada aku
dan Inez.
Tentang Inez
“Aku disini Dil, disini. Apakah kau tak
melihatku? Kau harus percaya Fadil, percaya apa yang aku ucapkan” Aku terus
mendesah padanya. Berbagai cara telah ku lakukan agar dia bisa melihatku, namun
selalu menghasilkan yang sama. Gagal.
“Fadil” Aku meraih sedikit bahunya. Ku
lihat jelas raut wajahnya yang lusuh. Dia pasti mencemaskanku. Maafkan aku
Fadil.
“Mengapa kau tak bangun Inez?” Keluhnya
sendiri.
“Aku disini, lihat aku Fadil”
“Tega kau melakukan ini padaku Inez”
Desahnya lagi.
“Aku tak pernah bermaksud menyakitimu”
Aku terduduk didepannya. Menatap mata dan wajahnya. Benar-benar penuh dengan
kesedihan. Maafkan aku.
“Sadarlah, dan katakan bahwa kau bisa
hidup lagi. Bisa menemaniku disini lagi Inez. Bisa terus bersamamu” Kini dia
makin menangis. Aku menyentuh pipinya yang penuh air mata. Aku tahu dia tak
dapat melihat dan mendengarku, tapi aku yakin dia merasakanku.
“Aku bisa menemanimu Fadil, terus
bersamamu. Dihatimu Fadil, namun aku tak pasti akan kehidupanku lagi. Tak
pasti” Aku menyeka air matanya walau aku tahu aku tak bisa. Tiba-tiba dia
berdiri, aku benar-benar kaget. Diapun pergi meninggalkan tubuhku. Seketika aku
mengikutinya.
“Jadi dia tak akan bangun lagi?” Tanya
Fadil serius. Aku sedikit mendengar pembicaraan Fadil dan Bella.
“Dokter bilang, sudah tak ada harapan
lagi, dan dia akan koma selamanya, dia bisa bangun jika terjadi keajaiban”
Bella terisak, aku kaget mendengar semua ini, Fadil terduduk di ruang tunggu
sambil menangis dan menunjukan wajah bingung juga resah. Aku terduduk
disampingnya sambil terisak. Aku memeluknya walau aku tahu pelukanku tak nyata.
“Tuhan, jika kau izinkan saja sekali aku
untuk bisa menyampaikan kata terakhir padanya” Isakku. Seketika cahaya putih
menyilaukan mataku.
Tentang Fadil
“Kau tahu saat matahari terbenam dia
pergi kemana?” Tanyanya padaku. Aku hanya menggeleng pelan.
“Memangnya kemana?”
“Dia sedang bersembunyi” Ucapnya lagi.
“Hahah, leluconmu tak lucu” Ejekku. Dia
hanya memonyongkan sedikit bibirnya.
“Aku serius.” Ucapnya lagi.
“Kau tahu. Bumi ini berputar mengelilingi
matahari. Akibatnya sebagian bumi yang sebelah barat tak tercahayai oleh
matahari. Karena itu dia berada di timur. Ketika sore, bumi yang tadinya tak
tercahayai matahari tercahayai karena bumi terus berputar. Akibatnya matahari
tenggelam” Jelasku padanya.
“Kau salah”
“Kau keras kepala.”
“Kau tahu kenapa matahari bersembunyi?”
Tanyanya padaku. Aku hanya menggeleng.
“Karena dia sedang mengintip kita dan
pura-pura tak melihat kita. Dia malu jika dia harus memperpanjang waktunya.
Akibatnya dia bersembunyi dibalik bulan. Dan kau tahu mengapa bulan berubah
bentuk?”
“Aku tak ingin menjawabnya, pasti selalu
salah” Ucapku kesal.
“Haha, begitu banyak benda di dunia ini
yang tak kita mengerti” Desahnya. Diapun merangkul tanganku yang kebetulan saat
itu kami sedang tiduran di taman sambil menatap bulan. Dengan posisi yang
berbalik antara aku dan dia, itu adalah saat yang romantis untukku.
“Bisakah kita mengulangnya lagi Inez”
Seruku sambil memanggil namanya.
“Aku harap kita bisa melakukannya” Seru
seseorang yang mungkin tak asing kedengarannya. Aku sangat kaget saat itu juga.
Aku berbalik dan kulihat
“Inez. . Kau?” Aku sedikit tergagap
melihatnya kini ada di depanku.
“Tidak-tidak, dia tak nyata itu hanya
halusinasi” Akupun mulai berbalik dan hendak pergi meninggalkan rumahku dan
menuju rumah sakit.
“Aku nyata” Ucapnya lagi. Aku yang saat
itu sedang berjalan, terhenti seketika.
“Aku nyata. Apakah itu masih kurang
untuk membuatmu percaya padaku?” Desahnya lagi. Aku berbalik lalu aku mulai
menatap matanya. Persis ku lihat pandangan itu, pandangan yang selalu ku
rindukan. Persis ku lihat seulas senyum menyinari wajahnya.
“Kemarilah, aku tahu kau tak akan
percaya ini”
“Apakah aku tak bermimpi Inez?” Tanyaku
padanya. Dia tersenyum padaku walau aku tahu ada raut sedih dimatanya.
“Maafkan aku Inez” Akupun langsung
berlari menghampirinya lalu memeluk erat-erat tubuhnya.
“Inez maafkan aku”
“Tidak, aku yang harusnya minta maaf
padamu. Aku membuatmu terpuruk seperti ini, aku mengaku salah” Sesal Inez
padaku.
“Tidak nez, jujur saja. Jika aku tak
memutuskanmu semuanya akan baik-baik saja. “Aku terisak sambil melepaskan
pelukanku.
“Sudah sekarang kita tak perlu saling
menyalahkan. Ini semua sudah takdir yang dijanjikan Tuhan” Tenangnya padaku.
“Inez, aku menyesal telah memutuskanmu.
Mari kita mulai lagi cinta kita” Pintaku padanya. Dia terdiam.
“Tidak kita tak bisa melakukannya lagi.
Kita sudah berbeda dunia” Jelasnya padaku.
“Apa maksudmu?”
“Aku tak bisa kembali lagi padamu”
Desahnya sambil menahan air matanya.
“Mengapa tidak jelas sekali sekarang
kita ada disini, kita bisa bersama” Ucapku
“Tidak, kita tak bisa” Dia terus
meyakinkanku.
“Mengapa begitu? Ayolah buat lelucon dan
kata-kata lucu untukku lagi. Buatlah pertanyaan yang selalu aku salah
menjawabnya. Buatlah. Aku rindu itu sangat.” Desahku sambil menangis.
“Jangan menangis, akupun merindukanmu.
Kau bisa mengingat kata-kataku. Bintang tak mungkin bisa dimiliki, namun ada
saatnya kau bisa melihat bintang yang ingin kau miliki bersinar padamu.”
“Maksudmu?” Aku benar-benar tak mengerti
apa yang dia ucapkan.
“Kau akan mengerti suatu saat nanti.
Mungkin ini adalah saat yang sempurna untuk mengatakan selamat tinggal padamu.”
Dia mencoba tegar sepertinya walau ku tahu apa yang diinginkan kata hatinya.
“Apa? Secepat itukah? Mengapa kau harus
pergi sekarang?” Aku terus menarik tangannya, namun dia hanya terdiam.
“Banyak urusan yang belum ku lakukan
disini. Namun aku tahu takdir mengatakan aku harus berpisah secepat ini,
berjanjilah untuk tetap saling menyayangi.” Ucapnya, aku semakin menggenggam
erat tangannya namun perlahan tangan itu terlepas.
“Inez, Inez, jangan lakukan ini” Ucapku
padanya tapi dia hanya terdiam seketika bayangan putih membawanya dan dia
hilang.
“Inezzzz”
“Fadil” Tiba-tiba Bella datang dengan
penuh isak tangis, aku memandangnya heran.
“Ada apa Bel?”
“Inez, Inez, dia dia dia sudah tak ada”
Desahnya sambil mengeluarkan buliran itu. Dia terlemas dipangkuanku, aku
mengelus-elus kepalanya tak percaya apa yang terjadi.
Aku terduduk ditaman biasa aku bersama
Inez, taman ini menyimpan berjuta kenangan bersama Inez, semuanya indah tak ada
yang tak indah. Malam ini seakan-akan aku akan mengingat kata-kata Inez.
Ku ambil buku dan ku tulis sesuatu
disana,
“Inez kau tahu, aku disini melihat
banyak bintang, dan kau bilang aku bisa melihat bintang yang ingin ku miliki
bersinar. Kau juga bilang, jiwa orang yang telah meninggal diangkat dan akan
menjadi bintang, akankah kau bersinar untukku?”
Seketika ku lihat langit dan ku lihat
satu bintang memancarkan sinarnya dan kembali ke sinar semula.
“Inez”
Cerpen yang berjudul "Bintang Kekasih" merupakan sebuah cerita pendek karangan dari seorang penulis yang bernama Selmi Fiqhi. Kamu dapat mengikuti blog penulis di link: selmifiqhi.blogspot.com.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Bintang Kekasih | Selmi Fiqhi"