Cerpen Fantasi - Sang Naga Dan Pemuda Yang Cerdik | Dwi Surya Ariyadi
Alkisah ada seorang petani yang mempunyai dua anak-anak laki. Keduanya tidak memiliki hubungan yang baik layaknya kakak dan adik saling menyayangi. Sang kakak sangat benci kepada adiknya karena ketampanannya. Hingga suatu hari mereka berdua diperintahkan sang ayah untuk mencari kayu bakar di hutan.
Kesempatan ini digunakan dengan baik
oleh sang kakak. Ketika adiknya sedang asyik mengumpulkan kayu bakar, tiba-tiba
sang kakak menyergapnya. Dengan sekuat tenaga ia menahan tubuh sang adik. Ia
mendorongnya ke pohon besar kemudian mengikat sang adik di pohon tersebut.
Sang kakak kemudian meninggalkan adiknya
sendirian di hutan. Ia berpikir adiknya akan mati di hutan itu. “Pasti dia akan
mati kelaparan atau dimakan binatang buas”, pikir sang kakak. Ia kembali
merapikan kayu bakarnya dan segera pulang ke rumah. Ia telah menyiapkan beribu
alasan yang akan diutarakan kepada sang ayah untuk menutupi semua kejahatannya.
Disisi lain lewatlah seorang penggembala
yang tubuhnya bongkok. Ia sedang mengatur domba-dombanya, ketika tak sengaja
melihat seseorang terikat di pohon. Dengan penasaran ia menghampiri orang itu.
“Mengapa kau terikat di pohon itu?”, tanyanya.
Penggembala tersebut melepas kain
penutup mulut yang mengganjal di mulut orang itu. “Punggung dan bahuku sakit
semenjak lahir, sehingga tidak tumbuh lurus dengan semestinya”, jawab orang
itu. “Lalu apa hubungannya dengan kau terikat di pohon”, tanyanya kembali.
Penggembala masih belum mengerti. “Aku diikat disini oleh kakakku, ia berkata
tubuhku akan normal kembali jika diikat di pohon dalam waktu satu hari satu
malam. Dan ia benar, sekarang aku merasa lebih baik. Kau bisa membuktikannya.
Coba kau lepas tali ini nanti akan tampak aku yang telah tegak tidak bungkuk”,
jawab orang itu. Tanpa rasa curiga sang penggembala melepas tali itu. Ia meihat
orang yang dihadapannya berdiri tegak. “Kau benar sekali, kalau begitu maukah
kau mengikatku di pohon, supaya tubuhku dapat tegak sepertimu”, pintanya.
Dengan cekatan orang tersebut mengikat
sang penggembala ke pohon. Diikatnya kuat-kuat. Ia tersenyum. Setelah melihat
penggembala yang tak berdaya di pohon. Ia mengambil tongkat gembalanya. Di
dekati domba-dombanya, ia kemudian meninggalkan sang gembala dengan membawa
kabur domba-dombanya. Sang penggembala melihat apa yang terjadi, tapi ia tidak
bisa berbuat apapun karena tubuhnya tak bisa bergerak dan mulutnya tersumpal
oleh kain.
Orang tersebut segera pergi menjauh
keluar dari hutan. Di jalan ia bertemu seorang pemburu. Dengan cepat ia
menghampirinya untuk mengatakan bahwa ada tempat berburu menarik selain di
hutan. Pemburu tersebut percaya dan berbalik tidak jadi memasuki hutan.
Begitupun pencari kayu bakar yang ditemuinya kemudian. Orang itu berkata, kalau
ada hewan buas di dalam hutan yang telah memangsa dombanya, sehingga sangat
berbahaya sekali untuk masuk ke dalam hutan.
Tersebutlah seorang raja yang menguasai
sebuah kerajaan yang sangat luas. Sang raja mendengar dari seorang petinggi
kerajaan bahwa terdapat seorang pemuda yang sangat cerdik. Pemuda tersebut
mampu berkelit dari hukuman yang dijatuhkan kepadanya. Pemuda tersebut juga
telah mengelabui beberapa petinggi negara yang lain sehingga diantara mereka
kehilangan harta kekayaan.
Sang raja memanggil sang perdana menteri
dan menyuruh prajurit istana menangkap pemuda itu untuk dibawa kehadapannya.
Pemuda itupun tertangkap dan telah berada di hadapan sang raja. Sang raja
berkata, “perbuatanmu telah meresahkan rakyat dinegeriku, kau telah melakukan
banyak kejahatan. Aku sendiri yang akan menghukummu, dan kali ini kau tak bisa
mengelak lagi”. Pemuda itu pun berdiri tenang di hadapan raja. Ia masih terdiam
untuk berpikir bagaimana caranya lolos dari hukuman untuk kesekian kalinya.
Tiba-tiba seorang prajurit memasuki
tempat sang raja berada dengan tergesa-gesa. Prajurit itu memberikan sepucuk
surat kepada sang raja. Raja membaca surat tersebut, dahinya berkerut dan
matanya terbelalak. Ia terkejut dengan isi surat itu namun tidak mengeluarkan
suara. Sang raja mendekati sang pemuda. “Anak muda, kau akan dihukum mati
digantung di pusat kota. Dan dibiarkan membusuk dimakan burung. Tapi kau punya
satu kesempatan. Aku akan meringankan hukumanmu tapi dengan satu syarat”, kata
sang raja.
“Apa syaratnya Yang Mulia”, sahut pemuda
itu. “Hamba akan berusaha melaksanakannya, apapun yang diperintahkan Yang
Mulia, asalkan hamba bisa lepas dari hukuman mati”, kata pemuda tersebut.
“Baiklah anak muda, kau harus menangkap seekor naga yang telah mengganggu
rakyatku. Naga itu telah banyak makan korban dari rakyatku. Sanggupkah kau
melakukannya”, perintah sang raja. “Akan aku bebaskan kau dari hukumanmu dan
akan aku jadikan kau petinggi kerajaan, jika kau berhasil”, lanjut sang raja.
“Hamba sanggup Yang Mulia. Akan hamba
lakukan perintah Yang Mulia untuk membunuh naga tersebut”, jawab sang pemuda.
“Kalau begitu segera laksanakan perintahku dan jika kau gagal kau akan dihukum
gantung”, kata raja.
Segera sang pemuda pergi menuju goa
tempat sang naga tinggal. Dalam perjalanan ia melihat seorang tukang kayu yang
sedang memotong pohon besar. Sang pemuda mendekat. Dan bertanya pada tukang
kayu. “Maaf tuan, boleh aku bertanya?”, tanyanya. “Silahkan anak muda, apa yang
ingin kau tanyakan”, jawab tukang kayu itu dan segera menghentikan
pekerjaannya. “Bagaimana caranya agar kayu yang akan dipakai tahan dari api.
Maksudnya tidak mudah terbakar”, tanya sang pemuda. “Kayu yang kau gunakan
harus direndam terlebih dahulu dalam air kemudian dikeringkan. Dan setelah
dibentuk sesuai yang kau inginkan. Lapisilah bagian kayu yang bersinggungan
langsung dengan api dengan cairan ini”, jawab tukang kayu sambil mengangkat
sekaleng cairan yang kemudian ditunjukkan kepada pemuda itu.
“Oh begitu, jadi ini yang membuat kayu
tahan api”, pikirnya. “Terimakasih atas penjelasan tuan, bolehkan saya bertanya
lagi dimana sekira tempat untuk mendapatkan cairan itu,” tanyanya kembali. “Kau
bisa membelinya di pasar kota ini. Datanglah ke toko yang menjual alat-alat
pertukangan. Mereka pasti menyediakannya”, jawab tukang kayu.
Setelah berpamitan dengan tukang kayu
tersebut, sang pemuda segera menuju ke pasar. Setiba disana ia membeli apa yang
tadi dikatakan oleh tukang kayu. Selain itu ia juga memesan sebuah peti besar.
Peti itu berukuran sangat besar. Hampir lima kali ukurannya.
Dengan susah payah sang pemuda membawa
peti itu ke depan goa tempat sang naga tinggal. Ia berdiri di depan mulut goa.
Ia berteriak, “Hei naga, keluarlah aku menantangmu”, serunya keras-keras. Tidak
cukup berteriak. Ia juga melemparkan batu ke dalam goa.
Tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh
dari dalam goa. Sepercik pola api tampak menyala di dalam sana. Sang pemuda
tahu kalau naga tersebut akan menjawab tantangannya. Dengan cepat ia berbalik
ke arah peti dan mengikat seekor domba didalamnya.
Naga itu keluar dari dalam goa dan
melihat seorang manusia di hadapannya. “Berani benar kau menggangguku, manusia,
apa kau sudah bosan hidup?”, sahut sang naga dengan geram. Ia mendekati pemuda
itu. Sang naga mendongakkan kepalanya ke atas. Tiba-tiba jilatan api besar
keluar dari mulutnya. Api itu sangat besar.
Sang pemuda tidak bergeming. Ia lalu
berkata pada naga, “kalau kau memang benar-benar hebat seprti yang dikatakan
banyak orang, aku ingin mengujimu”. “Sekarang aku ingin membuktikan, mampukah
kau keluar dari peti ini dalam waktu satu jam. Jika kau mampu, kau boleh
memangsaku”, lanjut sang pemuda.
Sang naga tertawa lebar, “kau bercanda,
mana mampu peti kayu seperti itu mengurungku. Aku bisa membakarnya sampai habis
dan keluar dengan mudah dari dalamnya”. Lagi-lagi ia menyemburkan api besar
dari mulutnya, kali lebih besar dari sebelumnya. “Kalau begitu buktikan
padaku”, sahut sang pemuda. Sang pemuda membuka penutup peti.
“Cepat masuklah, aku ingin melihat apa
kau bisa keluar secepat yang kau sumbarkan”, perintah sang pemuda. Tanpa
ragu-ragu sang naga segera masuk kedalam peti dan sang pemuda segera
menutupnya. Ditutupnya peti tersebut dengan erat-erat. “Tenanglah jangan
terburu, aku akan memberikan aba-aba untukmu”, teriaknya dari luar.
Tanpa sepengetahuan sang naga, pemuda
itu segera melapisi permukaan peti dengan lempengan logam yang ia sembunyikan
di semak-semak. Ia segera mengunci sudut-sudutnya. “Sekarang keluarlah”
teriaknya kembali. Ia mendengar dari dalam peti suara gemuruh yang ditimbulkan
oleh sang naga. Untuk menghindari panas api, pemuda menggunakan kain tebal.
Ia segera memasang empat roda pada peti
itu. Setelah roda terpasang segera ditarik peti itu oleh dua ekor kuda. Sang
pemuda duduk di atas peti. Ia segera pergi ke ibu kota membawa sang naga yang
telah di tangkapnya.
Sang raja mendengar kedatangan sang
pemuda yang diperintahkannya menangkap seekor naga. Ia segera menemui pemuda
tersebut di lapangan istana. Ia melihat peti besar yang ditarik dua ekor kuda.
Pemuda itu duduk santai diatas peti.
Mengetahui sang raja mendekat, sang
pemuda segera turun dari peti dan berlutut. “Hamba neghaturkan sembah kepada
Yang Mulia, hamba telah melaksanakan perintah Yang Mulia menangkap seekor naga
ganas yang mengganggu penduduk. Naga itu ada di dalam peti besar Yang Mulia”,
kata sang pemuda.
Raja tak mengira pemuda itu berhasil
menangkap naga yang diperintahkannya. Raja kemudian berkata, “Anak muda
menangkap saja belum cukup kau, harus membunuhnya”, perintah sang raja. “Beribu
ampun Yang Mulia, hamba tidak sanggup membunuhnya. Hamba hanya bisa
menangkapnya. Hamba pikir biarkan naga itu di dalam peti. Ia akan mati
kelaparan didalam sana”, kata sang pemuda.
Raja merasa sangat kecewa dan marah.
“Kau telah melanggar perintahku untuk membunuhnya. Kau tetap dihukum gantung.
Sekarang biar aku yang membunuh naga itu”. Sang raja segera mencabut pedangnya.
Ia mendekati peti. “Bagaimana cara membuka peti ini?”, tanyanya. “Yang Mulia
peti ini tidak bisa dibuka lagi, hamba telah menguncinya dan menutupnya dengan
kuat”, jawab sang pemuda.
“Cepat buka, aku tak peduli. Akan aku tunjukkan bagaimana cara membunuh naga kepadamu”, sahut sang raja. Sang pemuda akhirnya menuruti perintah sang raja. Ia kembali melepas satu persatu penutup peti. Sebelum peti terbuka. Sang pemuda berbisik, “Kau boleh membunuhku ketika telah melihat sepercik cahaya. Semburkan apimu kepadaku”.
Sang raja membuka sedikit penutup peti.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, jilatan api besar keluar dari dalamnya.
Tanpa bisa menghindar, sang raja mati terbakar. Dengan cepat, sang pemuda
menutup peti dari atas.
Sang raja telah mati. Dengan
kecerdikannya, sang pemuda menggantikannya menjadi raja. Namun, apa yang dia
lakukan kepada sang naga tidak ada yang tahu pasti.
Cerpen yang berjudul "Sang Naga Dan Pemuda Yang Cerdik" merupakan sebuah cerita pendek percintaan karangan dari seorang penulis yang bernama Dwi Surya Ariyadi. Kamu dapat mengikuti Facebook penulis di akun: D Surya Ariyadi.
Posting Komentar untuk "Cerpen Fantasi - Sang Naga Dan Pemuda Yang Cerdik | Dwi Surya Ariyadi"