Cerpen Cinta - Bernafas Tanpamu | Diah Dwihning
Andai aku bisa kembali, pasti bahagia yang akan ku dapati. Andai aku tak terkalahkan akan keegoisanku dulu, pasti semua akan baik-baik saja. Mengapa penyesalan selalu datang di akhir? Disaat semuanya telah terjadi. Andai aku bisa kembali, pasti akan kuperbaiki semua kesalahan yang pernah terjadi. Haruskah semua berakhir seperti ini?
Kehidupan di dunia ini memang tiadalah
abadi selamanya. Selama ini, mungkin aku terlalu terbuai dengan segala urusan
duniawi tanpa pernah menoleh pada suatu urusan yang sangat penting yaitu urusan
akhirat. Selama ini, aku hanya mementingkan diriku sendiri yang tanpa kusadari
telah membuat orang-orang disekitarku tersiksa.
Tuhan… izinkan aku kembali…
Hari telah berlalu, tahun pun telah
berganti, namun gadis itu masih saja meratapi kepergian kekasihnya. Sejak
pertengkaran hebat yang terjadi setahun yang lalu, yang akhirnya menghilangkan
nyawa kekasihnya itu, ia menjadi gadis yang pemurung. Sepanjang hidupnya hanya
dihabiskan dengan menonton video dimana ada dirinya dan kekasihnya di sana…
yang masih mesra dalam balutan asmara. Penyesalan adalah alasan mengapa ia bisa
menjadi seperti itu.
Sikapnya yang nyaris tidak ada semangat
untuk melanjutkan hidup itu menimbulkan rasa khawatir dari sahabat-sahabatnya
dan juga sahabat-sahabat dari kekasihnya. Kehilangan seseorang yang sangat
disayangi memanglah bukan hal yang mudah untuk dilalui. Butuh waktu yang lama
untuk menghilangkan rasa kesedihan itu. Namun apakah hidup harus berhenti
sampai disini?
“udahlah ras, ikhlasin indra, mungkin
ini udah jalan terbaik untuknya, dia pasti udah tenang disana” ucap nada
Gadis itu masih terdiam, tak ada sepatah
katapun terlontar dari bibir manisnya. Wajahnya terlihat kacau tak terurus,
badannya yang kurus menambah keprihatinan di benak sahabat-sahabatnya.
“ras… mau sampai kapan loe kayak gini?
Gue sedih ngelihat loe terus-terusan murung, nggak mau makan, nggak mau
ngapa-ngapain” ucap tiara dengan nada serak
“ikhlasin naga ras… dia udah tenang di
sana, jangan loe bikin arwahnya nggak tenang dengan sikap loe yang seperti ini”
ucap meyli
“ras… please, jangan gini terus, ayo makan
ras… makan” ucap nindya dengan tangis histeris
Sahabat-sahabat gadis itu terus
membujuknya untuk makan serta bangkit dari keterpurukannya. Sedangkan
sahabat-sahabat dari kekasihnya yang notabennya cowok semua hanya menatap gadis
itu dengan tatapan sedih dan juga khawatir.
Gadis itu masih belum berkata apa-apa,
matanya terus tertuju pada layar dihadapannya. Video dirinya dan sang kekasih.
Di sana mereka tampak bahagia, tertawa bersama, dan sang kekasih sempat
memberikan kecupan manis di pipi kanannya, mereka sangat menikmati saat-saat
itu. Seketika, setetes air mata itu pun jatuh dari pelupuk matanya. Ia tak
berusaha untuk menyeka air mata itu dengan tangannya. Ia terus fokus pada video
itu. Bahkan matanya sempat tidak berkedip untuk waktu yang lama.
Air mata itu pun ikut berjatuhan dari
mata sahabat-sahabatnya. Mereka tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada
sahabatnya itu. Pertengkaran seperti apa yang membuatnya sebegitu frustasinya.
Aku butuh kamu indra, sekarang
Hanya kata itu yang keluar dari bibir
manis gadis itu
Aku hanya dapat memandanginya… meratapi
kesedihannya atas kepergianku. Ingin sekali ku katakan padanya bahwa aku
baik-baik saja dan ia tak perlu menyesali pertengkaran yang terjadi diantara
kami sebelum aku pergi.
Aku ingin memeluknya, menghapus air
matanya, membawanya kedalam dekapanku, menghapus luka perih yang telah
kulukiskan di dalam hatinya, yang membuatnya menjadi seperti ini. Sungguh…
keadaannya saat ini memang sangat mengkhawatirkan. Ia yang dulunya adalah
seorang wanita cantik, berpenampilan menarik dengan berat badan ideal, berubah
menjadi wanita dengan wajah parau, berpenampilan kacau dan berat badan yang
nyaris seperti orang kekurangan gizi.
Ya tuhan… izinkan dia melihatku sebentar
saja, izinkan pula aku untuk berbicara padanya walau hanya sebentar, izinkan
dia merasakan keberadaanku, izinkan aku dan dia bertemu.
Aku sudah tak sanggup melihatnya,
kuputuskan untuk menjauh darinya. Kupergi menuju halaman belakang rumahnya,
kupandangi langit yang cerah dan duduk di ayunan tempat dimana aku dan dia
sering menghabiskan waktu bersama. Ingin rasanya aku berontak, namun apa daya,
semua ini adalah takdir yang engkau berikan untukku dan dirinya. Aku hanya
dapat pasrah meratapi nasibku dan orang-orang disekitarku.
Setelah kepergianku yang tragis itu, aku
hanya dapat membuat orang-orang yang kusayangi menderita. Beribu tangis kulihat
dari mereka, kedua orang tuaku, pacarku, sahabat-sahabatku, serta semua orang
yang mengenalku. Ingin aku berteriak dan memberitahu mereka bahwa aku baik-baik
saja tapi bagaimana caranya? Duniaku dan mereka telah berbeda.
Gadis itu bernama Laras, Larasati
tepatnya. Ia seorang gadis berusia 20 tahun yang sedang kuliah semester 3 di
salah satu Universitas di Jakarta. Menjalin hubungan dengan pacarnya yang
bernama Indra Sinaga sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Laras
adalah gadis yang ceria, memiliki semangat yang tinggi, ia juga gadis yang
madiri, tinggal jauh dari orang tua bukanlah masalah baginya.
Laras dan Indra ingin mengambil
keputusan untuk terus menjalani hidup bersama, namun keduanya masih diberatkan
dengan kewajiban mereka menuntut ilmu, lagipula keputusan itu membutuhkan
pertimbangan yang matang. Hal itu sering mendatangkan pertengkaran diantara
mereka berdua.
Indra… ia seorang cowok yang ingin hidup
bebas. Bebas bergaul dengan siapapun, bebas melakukan apapun yang ia inginkan.
Sedangkan laras, ia merasa bahwa sikap bebas yang diterapkan indra telah
membuatnya lupa akan dirinya. Hal itu membuat mereka bertengkar hebat. Hingga
akhirnya… peristiwa itu pun terjadi
“aku? Kok aku? Kamu! Kamu yang selalu
nggak peduli sama aku, selalu ayik dengan dunia kamu sendiri” ucap laras
“kamu nya aja yang nggak ngerti! Kamu
kira gampang tuk terus hidup dengan kamu” ucap indra
“kamu pikir aku bahagia hidup sama kamu?
Hah! Kamu tuh mau menang sendiri tau nggak!” ucap laras
“ras… coba kamu lihat diri kamu sendiri
ras! Ngaca! Ngaca!” ucap indra
Indra berlalu meninggalkan laras yang
terus mengejarnya dari belakang. Indra memasuki mobil dengan wajah yang masih
terlihat penuh amarah.
Kemudian, indra pun memundurkan mobilnya
tanpa melihat keadaan dibelakangnya, dan… peristiwa itu pun terjadi, sebuah
mobil dari arah berlawanan menabrak mobil yang sedang dikeluarkan indra dari
perkarangan halamannya. Kecelakaan itu berhasil merenggut nyawa indra saat itu
juga. Laras melihat langsung kejadian itu, ia berteriak sekencang-kencangnya,
air mata itu terus mengalir. Keadaan mobil indra rusak parah, darah bercucuran
dimana-mana, warga yang melihat kecelakaan itu telah berusaha membawa indra ke
Rumah Sakit, namun apa daya, Indra meninggal dunia sebelum tiba di Rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan medis.
Sejak saat itu laras berubah, ia terus
murung. Tak pernah mau makan, dan melakukan semua kegiatan yang seharusnya
masih ia lakukan hingga sekarang. Semua orang terdekatnya selalu berusaha untuk
membujuknya, namun ia tetap menolak, bahkan kedua orang tua indra pun tak
berhasil membuatnya melepaskan indra. Baying-bayang pertengkaran itu terus
menyelimuti fikirannya, tak pernah mau pergi.
Oh tuhan… beri ku kesempatan untuk
menemuinya, setidaknya hanya untuk mengatakan bahwa aku baik-baik saja agar ia
bisa hidup dengan tenang begitu juga aku. Aku mohon… masukkan aku dalam
mimpinya… sekali saja.
Laras beranjak pergi, ia duduk di dapur
sembari menegak sebuah minuman. Aku mencoba mendekatinya, aku pun duduk
disebelahnya. Kuberanikan diri untuk memegang pipinya, dia merasakan itu, dia
memegangi pipinya, oh tuhan… apakah ini pertanda bahwa kau mulai menyetujui
niatku?
Laras kembali beranjak menuju ke tepi
kolam renang, ia duduk sendiri di sana, sahabat-sahabatku dan sahabatnya sudah
pulang, urusan kuliah tak mungkin mereka lewatkan. Sekarang, aku duduk di
seberang kolam, memainkan air itu dan ada sebuah balon di sana, aku berhasil
memegangnya setelah beberapa kali gagal. Kemudian, kupandangi lagi seseorang
yang sangat berarti untukku itu. Ia membelakangiku, namun aku masih dapat
mengingat jelas wajahnya.
Aku berjalan mendekatinya…
Aku butuh kamu ndra, sekarang…
Kalimat itu kembali kudengar dari bibir
manisnya, ketika aku kembali duduk disampingnya. Ia segera beranjak saat itu
juga, aku hanya dapat memperhatikannya yang perlahan menghilang di balik pintu.
Ku berjalan mengikuti arah kemana ia
pergi, kali ini ia merebahkan tubuhnya si sofa. Tangis itu masih terlihat, aku
tak tahan melihatnya terus begitu. Aku menggantikan posisi bantal yang ia
gunakan menjadi pahaku, kini kepalanya berada tepat di atas pahaku. Dan
sekarang… aku dapat melihat jelas kesedihan itu.
Tuhan… izinkan aku kembali sebentar saja
Satu tahun telah berlalu, aku masih
belum dapat menerima kepergianmu ndra, entah sampai kapan aku akan terus
begini? Semangat memang terus berdatangan dari sahabatku dan sahabatmu, tapi
entah… aku masih belum bisa menerima kepergianmu. Sejujurnya, aku tak tega
melihat sahabatku beruraian air mata saat membujukku untuk makan, memulai
semuanya dari awal, tanpa kehadiranmu disisiku. Berat… berat untukku menerima
semua ini.
Andai kau masih disini… aku pasti akan
mencoba untuk mengerti dirimu, menerima dirimu apa adanya, menerima semua hal
yang ingin kau lakukan. Andai aku masih bisa dipertemukan denganmu, mungkin aku
akan sedikit lebih tenang, atau mungkin aku bisa kambali menjadi diriku yang
dulu, seperti yang sahabatku dan sahabatmu inginkan. Indra… aku merindukanmu.
Gadis itu memejamkan matanya, terlelap
dalam mimpinya. Tiba-tiba, sebuah cahaya terang menyeruak masuk kedalam
mimpinya, diujung cahaya itu berdiri seseorang yang baru saja ia bicarakan.
“indra…” ucap gadis itu tersenyum
“ras… akhirnya, tuhan memberikan
kesempatan itu untukku dan untukmu, mungkin waktuku tak banyak, yang aku ingin
sampaikan hanyalah, berhentilah menghukum dirimu seperti itu, lihat dirimu…
mana laras yang dulu aku kenal? Aku sama sekali tak melihat itu sekarang. Ras…
kembalilah menjalani hidupmu, jangan fikirkan aku, aku baik-baik saja. Hidupmu
masih panjang ras, manfaatkan itu, bukankah kau ingin menggapai cita-citamu
dulu? Lupakan pertengkaran itu, aku sudah tak mau mengingat hal itu, aku harap
kau pun mau melupakannya. Ras… aku sayang kamu, meski raga tak lagi bersama
tapi yakinlah, aku selalu ada dihatimu, aku selalu ada didekatmu, kapanpun kamu
mau, aku ada untukmu ras. Aku mohon, bangkit dan jalani hidupmu seperti
seharusnya. Itu permintaan terakhirku untukmu, aku harap kamu mau menjalani
semua permintaanku itu agar aku bisa jauh lebih tenang” ucap indra
Gadis itu berlari menghambur ke dalam
pelukan indra. Indra pun memeluknya erat, membelai rambut gadis itu lembut,
seperti permintaan-permintaan sebelumnya yang indra lontarkan. Kini, ia dapat
memeluk sang kekasih, membawanya dalam dekapan hangat tubuhnya dan ia dapat
menghapus setiap air mata yang mengalir dari mata kekasihnya itu, mungkin ia
juga telah berhasil membuang luka perih yang ia lukiskan didalam hati
kekasihnya itu.
“berjanjilah padaku untuk menepati
permintaan terakhirku itu ras” ucap indra
Gadis itu mengangguk dan mulai tersenyum
“aku pamit ya, jaga diri kamu… jangan
pernah menangisi kepergianku lagi, aku ingin tenang tanpa bayang-bayang tangisanmu
itu, aku ingin melihatmu tersenyum seperti ini selalu, selamanya” ucap indra
“aku janji, tapi… kalau aku
merindukanmu, boleh kan air mata itu tetap ada” ucap laras
Indra hanya tersenyum, dikecupnya kening
pacarnya itu dan perlahan berjalan pergi memasuki cahaya yang telah membawanya
kepada kekasihnya itu, pegangan tangan itu masih belum lepas sampai akhirnya
indra pun menghilang di balik cahaya terang itu.
Gadis itu kembali mengeluarkan air mata
nya, namun kali ini adalah air mata kebahagiaan karena keinginannya untuk
bertemu sang kekasih telah terwujud. Ia bertekad dalam dirinya untuk menepati
janjinya pada kekasihnya itu. Sebuah senyuman itu perlahan muncul darinya. ia
kembali dalam tidurnya.
Oh tuhan… terima kasih engkau telah
memberikanku kesempatan untuk bertemu dengannya, dapat memeluk dan menghapur
air matanya. Kini hatiku lega, mungkin aku akan jauh lebih tenang setelah ini.
Laras telah berjanji untuk menepati permintaan terakhirku. Aku rasa, ia akan
kembali menjadi dirinya setelah ini. Amin… itu yang aku harapkan.
Aku yakin, laras dapat menghapus air
mata kedua orang tuaku, sahabat-sahabatku dan semua orang yang kusayangi
setelah pertemuan itu. Aku harap benar adanya.
Selamat tinggal laras, aku menyayangimu…
Hati-hari setelah pertemuan singkat itu
telah berlalu, meninggalkan amanah yang harus dijalankan. Gadis itu telah
berjanji, dan ia sudah bertekat untuk menepati janji itu, demi kekasihnya,
dirinya sendiri dan orang-orang yang menyayanginya.
Gadis itu mulai bangkit, selera makannya
sudah mulai ada, berat badannya pun telah berangsur-angsur normal. Awalnya para
sahabat tak mempercayai perubahan sikap gadis itu yang cukup drastis. Gadis itu
memang tak mau membuka suara perihal pertemuannya dengan sang kekasih. Biarlah
itu mereka berdua yang tau.
Saat itu, sahabat-sahabat gadis itu
sedang berada di rumahnya. Hampir setiap hari mereka mengunjungi gadis itu,
tepatnya sejak kepergian Indra yang sangat membuat gadis itu terluka berat dan
sudah seperti orang linglung yang tak tau harus berbuat apa selain melamun dan
terus melamun, meratapi kepergian kekasih yang sangat amat ia cintai. Gadis itu
pun membuka suara, memecahkan keheningan yang tengah terjadi disana.
“guys, sorry yah aku udah bikin kalian
khawatir, kepergian indra memang begitu berat, tapi sekarang… aku udah mencoba
untuk mengikhlaskan indra, seperti kata kalian, supaya dia juga bisa tenang di
sana, masalah pertengkaran itu aku akan coba untuk melupakannya, sekarang bantu
aku untuk kembali 100% menjadi diriku yang dulu yah… meski udah nggak ada indra
lagi” ucap laras
“alhamdulillah ras, akhirnya loe mau
bangkit juga, gue seneng banget dengernya” ucap nada
“iya ras, kita seneng banget ngeliat
perubahan loe ini, kita pasti bantu kok” ucap dennis
“by the way, NisMeFaMa gue boleh minta
tolong nggak?” ucap laras
NisMeFaMa, itu adalah genk persahabatan
yang sebenarnya bernama GaNisMeFaMa. GaNisMeFaMa merupakan singkatan dari
anggota genk tersebut. Indra, biasa dipanggil Naga disingkat menjadi Ga, Dennis
disingkat menjadi Nis, Amec disingkat menjadi Me, Fare disingkat menjadi Fa,
dan yang terakhir Dharma disingkat menjadi Ma, dan jadilah GaNisMeFaMa. Namun
sayangnya singkatan Ga telah tiada.
“apa ras, sebisa mungkin kita bantui
kok” ucap amec
“anterin gue ke rumah ortu nya indra
yah, sekalian habis itu kita ke makam” ucap laras
“wah itu mah gampil” ucap fare
“gampang fare” ucap dharma
“ye… terserah gue donk” ucap fare
“hahaha” semua yang ada disana pun
tertawa melihat pertengkaran kecil antara dharma dan fare. Gadis bernama laras
itu pun ikut tertawa setelah sekian lama ini hanya berada dalam
keterpurukannya. Hal itu membuat sahabat-sahabatnya lega.
Hari itu juga mereka semua berangkat
menemui orang tua dari naga atau indra. Disana, laras berniat untuk bercerita
tentang pertemuannya dan indra kepada kedua orang tuanya.
“bunda… beberapa hari yang lalu, indra
datang menemuiku, aku sempat memeluknya meski hanya sebentar” ucap laras pada
ibunda naga
Bunda terlihat kaget dan tak percaya
“maksud nak laras apa?” Tanya bunda
“laras, kami tau kepergian naga begitu
berat untuk kamu terima, tapi jangan sampai semua itu bikin kamu kayak gini
sayang” ucap ayah
Laras tersenyum, ia mengerti maksud
pernyataan ayah
“ayah, bunda, laras tau… kemarin-kemarin
laras udah seperti orang stress karena kehilangan indra, seseorang yang selama
ini mengisi hari-hari laras, tapi saat ini apa yang laras bilang itu benar,
laras nggak main-main” ucap laras
Ayah dan bunda saling bertatapan, laras
kembali tersenyum
“laras bertemu indra di dalam mimpi
bunda, ayah. Indra datang menemuiku untuk mengatakan ia baik-baik saja, ia juga
memintaku untuk tidak menyalahkan diriku sendiri seperti kemarin-kemarin aku
lakukan, ia memintaku untuk melupakan semua kenangan pahit yang terjadi sebelum
kepergiannya, dan ia juga memintaku untuk tidak bersedih, dan aku yakin itu
juga ditujukan untuk orang-orang yang dia sayang” laras mengambil nafas,
kemudian melanjutkan pembicaraannya “indra nggak ingin kita terus berada dalam
kesedihan” ucapnya yang tanpa disadari air matanya telah mengalir dengan
derasnya
Kedua orang tua indra pun begitu, mereka
tak dapat menahan tangis ketika mendengar ucapan laras. Bunda pun langsung
memeluk calon mantunya itu (apakah masih bisa?). Mereka semua pun menangis,
entah berapa lama…
Sementara di luar, sahabat-sahabatnya
tengah memandangi foto-foto yang tertinggal dan masih tersusun rapi di ruang
tengah. Foto seseorang yang selama ini berada dan selalu bersama dalam semua
keadaan, baik itu susah maupun senang. Di foto itu ia tersenyum manis, manis
sekali, di samping kiri-kanan nya terdapat kedua orang tuanya yang sedang
mendaratkan sebuah ciuman di pipinya, ciuman yang menandakan begitu hangatnya
keluarga itu. Diantara foto itu, mereka juga melihat foto dimana ada mereka di
sana, foto GaNisMeFaMa lengkap, tanpa terkecuali. Mereka tersenyum, tertawa,
menangis, bersedih bersama, semuanya ada di bingkai foto yang cukup besar yang
dapat menampung semua foto kenangan mereka semasa SMA hingga kuliah.
Seketika, air mata pun muncul dari
pelupuk mata mereka, kenangan itu begitu indah, mereka tak pernah membayangkan
sebelumnya bahwa mereka akan kehilangan salah seorang bagian dari mereka.
Seiring dengan tatapan yang masih terus tertuju pada foto-foto kenangan yang di
pajang dengan rapi oleh indra itu, mereka pun berpelukan. Namun kemudian mereka
sadar, tak seharusnya mereka menangis, karena itu akan membuat indra resah jika
ia melihat mereka yang sedang terpuruk menangisi kepergiannya dan mereka tak
mau itu terjadi.
“selamat jalan ndra, kita disini selalu
berdoa supaya loe tenang dan di terima di sana, loe nggak usah khawatirin kita,
kita akan baik-baik aja, loe juga harus baik-baik ya di sana” ucap dennis
“ga, semua kenangan yang pernah kita
lalui bersama, di mulai dari kerja sama saat ulangan, sampe usaha kecil-kecilan
buat nambah uang jajan, semua itu nggak akan pernah gue lupain” ucap amec
“ga, meski gue di sini selalu bikin loe
marah, tapi gue bangga karena bisa menjadi sahabat loe, loe kakak yang baik
buat gue, saat gue berbuat salah, loe nggak segan-segan kasih gue nasehat
bahkan kalau gue udah kelewatan, loe juga nggak segan-segan buat ngehukum gue
dengan cara loe, yang bikin gue sadar dan nggak pernah ngulangin kesalahan gue
lagi, gue berterima kasih banyak sama loe ga, karena secara nggak langsung loe
udah merubah sikap gue yang berantakan ini menjadi orang yang lebih baik” ucap
fare
“gue nggak tau harus bilang apa, yang
jelas gue seneng banget karena loe udah mau jadi sahabat terbaik gue, gue Cuma
berharap semua kebaikan loe ke kita-kita akan di balas oleh-Nya, loe teramat
baik ga, thanks buat semua semangat support loe ke gue” ucap dharma
Keempat sahabat itu pun kembali
berpelukan, membuat sahabat-sahabat laras pun ikut menangis.
“kalian berdelapan kenapa?” Tanya laras
yang keluar dari kamar indra bersama kedua orang tua yang sudah dianggapnya
seperti orang tua kandungnya sendiri
Kedelapan sahabatnya pun kaget dan
langsung melepaskan pelukan mereka dan segera menyeka air mata yang jatuh
membasahi pipi mereka.
“kita nggak apa-apa kok” ucap dennis
sekenanya
“oh, kita ke makam yuk” ucap laras
“yuk” ucap semua
Saat itu juga, mereka berangkat menuju
makam indra. Sebelum ke makam, laras bersama kedua orang tua indra, mampir ke
toko bunga, membeli bunga untuk ditabur diatas makam dan membeli bunga untuk di
taruh sebagi hadiah. Setelah itu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju makam
indra.
Setibanya di sana, laras terduduk di
depan nisan indra, sesekali air matanya menetes namun terus ia terka
menggunakan tangannya dan mencoba untuk tersenyum
“ndra, aku datang… aku datang bersama
kedua orang tuamu, dan juga sahabat-sahabatmu. Gimana keadaanmu? Baik-baik aja
kan, seperti yang kamu bilang ke aku? Aku harap begitu ndra. Indra, aku sayang
kamu, meski aku tau kita nggak mungkin bisa bersama lagi, tapi aku masih boleh
kan menyimpan kamu di dalam hatiku, bahkan menguncimu selamanya dihatiku, boleh
kan?” air mata itu pun mengalir deras
“aku udah bertekad buat melepas
kepergianmu, biar kamu tenang di sana, kamu tenang aja, aku pasti bisa kok, kan
ada sahabat, orang tua kamu. Oh ya, aku juga nggak akan berhenti untuk
menyayangi kedua orang tuamu sampai di sini saja, tapi sampai maut juga mengambil
nyawaku dan kita kembali bertemu di sana” ucap laras
Semua yang mendengar itu pun ikut
menangis, pertanyaan pun muncul dari benak mereka, mengapa pasangan ini harus
terpisah?
Untuk beberapa waktu mereka terus
menangis di depan makam indra, namun kemudian mereka kompak menghapus air
matanya dan merubahnya menjadi sebuah senyuman. Senyuman terakhir yang mereka
berikan sebelum meninggalkan makam indra.
Terima kasih laras, aku tau kamu bisa.
Tangisan kalian menandakan betapa kalian sangat menyayangiku, aku tersanjung
melihatnya. Terima kasih laras… bunga yang kau berikan itu, aku sangat
menyukainya.
Laras… tentu boleh kau menyimpanku
bahkan mengunciku dalam hatimu, karena aku pun sama, telah mengunci hatiku
hanya untukmu seorang. Meski raga kita tak lagi bersama, namun hati kita masih
sama bukan.
Teruntuk sahabatku, kalian semua juga
adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Aku juga tak akan pernah melupakan
semua kenangan yang pernah kita lalui bersama, baik itu saat susah sampai
tertawa bersama. Semua kenangan itu sangat berharga untukku, karena kalian aku
merasa lebih bermakna. Beribu kasih dan maaf untuk kalian.
Mungkin setelah ini aku akan pergi
dengan tenang, melihat senyuman terakhir kalian membuat hatiku merasa tentram.
Selamat tinggal dunia, terima kasih
karena semasa hidupku kalian selalu memberikanku kenangan yang indah yang tak
akan pernah bisa aku lupakan.
Selamat tinggal laras… sekarang hatiku
telah lega dan mungkin usahaku untuk Bernafas Tanpamu akan segera terwujud.
Selamat tinggal semua.
Cerpen yang berjudul "Bernafas Tanpamu" merupakan sebuah cerita pendek percintaan karangan dari seorang penulis yang bernama Diah Dwihning. Kamu dapat mengikuti blog penulis di link: dsdiah.blogspot.com.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Bernafas Tanpamu | Diah Dwihning"