Cerpen Cinta - Usia 17 dan Pacar Baru | Ayu Soesman
Usia 17 dan Pacar Baru - Ayu Soesman
Hidup terasa indah dan menyenangkan bagi Lydia saat ini. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia menyadari bahwa di pagi itu umurnya telah bertambah satu. Lydia tersenyum lalu ia bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju meja rias. Selamat ulang tahun yang ke tujuhbelas Lydia ujarnya sambil memperlihatkan senyumannya di depan cermin. Yaaa… di hari ini genap tujuhbelas tahun usia gadis cantik itu.
Angka
Tujuhbelas memang benar-benar angka keramat dan angka yang sangat di
tunggu-tunggu oleh Lydia. Selain ia tumbuh menjadi gadis remaja yang akan
beranjak menuju ketahap pendewasaan, di angka keramat ini ia juga akan di
berikan kebebasan oleh orangtunya untuk memilih, mengambil keputusan sendiri,
pulang kerumah selambat-lambatnya jam 12 malam jika weekend dan inilah point
yang paling penting dan di tunggu-tunggu oleh Lydia, ia di perbolehkan untuk
mempunyai pacar oleh Mama dan Papa nya.
Waahhhhh…
seperti mimpi rasanya bisa mempunyai pacar teriak Lydia dalam hatinya. gue akan
merasakan apa yang di alami oleh Nuke dan Farah. Akan ada seseorang yang akan
memperhatikan gue, menyayangi gue, menelepon setiap hari, mengucapkan selamat
tidur setiap malam, bisa nonton film berdua dan bergandengan tangan, Khayalan
Lydia pun meninggi. Hmmmm… senangnya…
“Ly…?…
panggil seseorang yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Lydia tampak mengetuk
pintu kamarnya terlebih dahulu.
“Yaa
ampun Ardy, loe kebiasaan deh masuk kedalam kamar orang enggak pernah ngetuk
pintu dulu? Kalo gue lagi pakai baju gimana teriak Lydia geram”.
“Yaa
Ampun Ly, loe belum mandi juga? Ini udah siang tau kata Ardy yang terlihat
lebih geram dibandingkan Lydia”.
“Weekkkkk…
gue lupa teriak Lydia panic sambil menepuk jidadnya lalu ia buru-buru masuk
kedalam kamar mandi”.
“Gue
tunggu dibawah yaa teriak Ardy sambil menutup pintu kamar Lydia”.
Lydia
adalah anak kedua dari orangtuanya, Papanya seorang Manager di sebuah
perusahaan terkenal. Mamanya seorang ibu rumah tangga, ia mempunyai kakak
laki-laki bernama Bimo dan seorang sepupu laki-laki yang sedari kecil sudah
ikut dengan kedua orang tuanya, dia bernama Ardy. Lydia dan Ardy seusia, mereka
juga satu kelas di sekolah yang sama. Setiap pagi mereka berangkat ke sekolah
bersama dengan mengendarai sepeda motor yang dikendarai oleh Ardy. Dan seperti
biasa Ardy menunggu kehadiran Lydia di meja makan sambil sarapan. Ardy
melirikan matanya kearah jam yang berada di tangan kanannya lalu ia
mengeleng-gelengkan kepalanya.
“Lydia
telat lagi Dy, Tanya Mas Bimo sambil tertawa ketika melihat mimic muka Ardy”.
Ardy
tersenyum kecut sambil menganggukan kepalanya. Tidak lama kemudian terdengar
suara gaduh dari lantai atas. Ardy dan Mas Bimo mengarahkan pandangannya lalu
mereka melihat Lydia berlari terburu-buru sambil menuruni anak tangga.
“Ayo…
ayo cepat Dy, kita sudah kesiangan nih teriak Lydia sambil meneguk segelas
susu”.
“Jangan
buru-buru Ly, nanti kamu tersedak kata Mama sambil mengeleng-gelangkan
kapalanya”.
Setelah
pamit dengan Mama, Papa dan Mas Bimo, Lydia dan Ardy segera berangkat ke
sekolah. Pagi itu jalanan masih terlihat basah dan becek karena hujan kemarin
malam yang sangat deras. Ardy memacu sepeda motornya dijalan dengan hati-hati,
tiba-tiba melintas sebuah mobil sedan di sebelah mereka dengan kencangnya.
Mobil itu melindas genangan air yang tepat berada di samping Lydia dan Ardy.
Mereka berdua pun terkena cipratan air kotor.
“Huaaahhhhh…?
Teriak Lydia histeris”.
Ardy
memberhentikan motornya di pinggir jalan, sedan hitam itu pun akhirnya juga
berhenti kira-kira empat meter jaraknya dan berada di depan mereka. Tampak
seorang ibu-ibu turun dari sedan itu dan berjalan tergesa-gesa menghampiri
mereka.
“Huaahhh…
Gimana nih, baju kita kotor semua Dy kata Lydia panic sambil membersihkan
seragamnya dengan tisu.
“Aduh…
maaf… maaf yaa dik, baju kalian jadi kotor karena anak saya yang menyetir tidak
hati-hati kata Ibu-Ibu itu dengan wajah penuh penyesalan”.
“Tidak
apa-apa bu, jawab Ardy sambil tersenyum”.
“Enggak
apa-apa gimana, Dy? Lihat seragam kita kotor semua, gue kan nanti malu sama
anak-anak teriak Lydia kesal”.
Tiba-tiba
datang seorang anak laki-laki menghampiri mereka. Lydia lalu memandang anak
laki-laki itu dengan wajah penuh dengan kekesalan. Tetapi dengan mimic muka tidak
bersalah, lalu anak laki-laki itu berkata dengan santainya.
“Cuma
segitu aja kok kotornya, Loe berdua masih bisa tetap sekolah kan katanya”.
“Yaa…
ampun mata loe buta apa, loe bilang ini nggak kotor? lihat nih seragam gue
penuh lumpur gara-gara loe nyetir nggak hati-hati, emangnya jalanan ini punya
nenek moyang loe kata Lydia sambil menatap geram anak laki-laki itu”.
“Sabar
Ly, enggak enak tuh sama nyokapnya bisik Ardy”.
“Yaa…
sudah nanti gue ganti seragam loe, emangnya berapa sih harga seragam? gitu aja
kok di ributin, bikin susah aja jawab anak Laki-laki itu sinis”.
“Keandra…?
Kamu tidak baik ngomong seperti ini teriak Mama anak laki-laki itu sambil
melototkan matanya”.
“Abis
dia duluan sih Mam yang nyolot katanya”.
“Ayo
kamu minta maaf atau mama tidak akan mau mengantarkan kamu ke sekolah lagi
ancam Mamanya”.
Anak
laki-laki itu dengan terpaksa mengulurkan tangan kanannya kearah Lydia sambil
mengalihkan pandangannya kearah lain, ia tidak mau menatap Lydia.
“Udah
loe nggak perlu minta maaf? mau minta maaf kok kaya orang nggak rela gitu sih…
Percuma tau nggak? kata Lydia kesal sambil berjalan membalikan badannya”.
“Maaf
Tante kami jalan duluan yaa, takut kesiangan kata Ardy”.
“Maafkan
anak saya yaa, nak? Mohon nya”.
“Enggak
apa-apa kok Tante, mungkin anak Tante memang tidak sengaja jawab Ardy sambil
tersenyum”.
Ardy
lalu memacu kembali sepeda motornya menuju sekolah. Sesampai di sekolah Lydia
berjalan menuju kelas, ia menundukan kepalanya ketika teman-teman di sekolah
memandangnya lalu mereka berbisik-bisik melihat keadaan Lydia yang kotor. Gila…
sial banget gue? Ini kan hari ulang tahun gue, kenapa gue bisa jadi begini.
Pasti nanti Nuke dan Farah menertawakan gue juga gerutu Lydia dalam hatinya.
Dan
benar saja begitu Lydia masuk kedalam kelasnya. Nuke dan Farah tertawa
melihatnya.
“Yaa
ampun Ly, loe abis kecebur dimana canda Farah sambil tertawa terbaha-bahak”.
“Itu…
tuh, tadi gara-gara ada anak cowo tengil nyetir mobil nggak liat-liat ada
genangan air, main ngebut aja? Jadi gini deh nasib gue sekarang gerutu Lydia
sambil cemberut”.
“Heheheheh…
pagi-pagi udah dapat kado? Btw… selamat ulang tahun yaa Ly kata Nuke sambil
mencium pipi Lydia”.
“Duh
kasian amat sih, sini-sini gue bersihin rambut loe? Tuh masih ada yang kotor
kata Farah sambil menyisiri rambut Lydia”.
Pada
jam istirahat Lydia tidak mau keluar dari kelasnya, ia enggan karena nanti akan
menjadi pusat perhatian oleh teman-temannya. Hanya Farah dan Nuke yang pergi ke
kantin membeli makanan. Lagi-lagi Lydia menggerutu didalam hatinya. Hufh…
benar-benar deh tuh cowok gak punya pikiran sama sekali, udah tau salah dan
ngerugiin orang lain tapi tetap aja mukanya kaya orang yang tidak punya dosa.
Duh… kenapa nasib gue hari ini apes banget yaa, gue lapar lagi? kata Lydia
sambil memegang perutnya.
Tiba-tiba
Lydia melihat kedua sahabatnya jalan terburu-buru masuk kedalam kelas, dengan
wajah sumringah mereka kompak berkata. “Gileee… ada anak baru di kelas 12B
ganteng banget Ly”.
“Masa..?
Tanya Lydia tidak semangat”.
“Iyah…
serius? orangnya cool banget Ly jawab Nuke”.
“Gosipnya
sih tuh anak pindahan dari Jepang jelas Farah”.
Wew…
dari jepang? Hmmm… Orangnya seperti apa yaa. Kalau Nuke dan Farah sampai
berkata heboh seperti itu, pasti tuh cowok ganteng abis. Mereka berdua kan
mempunyai tipe cowok yang setinggi langit persyaratannya. Kata Lydia dalam
hatinya.
“Sayang…
kita berdua sudah punya cowok yaa, Ke… ujar Farah sambil tersenyum”.
“Hahahahahah…
maksud loe kalau kita belum punya cowok, anak baru itu bakalan jadi rebutan
kita Far? Kata Nuke tertawa”.
“Yoi…
asal saingannya pake akal sehat yaa jawab Farah sambil tertawa juga”.
“Bagaimana
kalau kita kasih kesempatan ini sama yang masih jomblo aja deh kata Nuke sambil
melirikan matanya kearah Lydia”.
“Apaan
sih loe…? Teriak Lydia dengan wajahnya yang memerah”.
“Ayolah…
Ly, sekarang loe kan sudah 17 tahun. Sudah boleh pacaran kan? Masa loe
sia-siakan point yang loe tunggu-tunggu dari Mama loe itu kata Farah”.
“Gue
jamin, loe pasti suka sama cowok itu canda Nuke”.
Lydia
tersenyum mendengar gurauan kedua sahabatnya itu. Benar juga kata Nuke dan
Farah, masa sih gue sia-siakan kepercayaan Mama setelah 17 tahun gue menunggu.
Hmmm… mungkin ini saatnya gue membuka hati dan mulai mencari cowok yang baik,
sayang, dan asik untuk dijadikan pacar kata Lydia dalam hatinya.
Beberapa
jam kemudian Anak-anak berseragam putih abu-abu di sekolah Lydia, siang itu
pada berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing begitu bel tanda selasainya
jam pelajaran terakhir berbunyi. Mereka berjalan beramai-ramai menuju gerbang
sekolah. Ada segerombolan anak laki-laki yang meletakan tas-tas mereka di
pinggir lapangan lalu mereka bermain basket bersama sebelum pulang. Beberapa
orang anak perempuan terlihat sedang bergosip ria di pinggir lapangan sambil
memperhatikan orang-orang di sekeliling mereka. Ada juga anak-anak yang
nongkrong di kantin sekolah sambil bersenda gurau. Dan yang berpacaran sambil
bergandengan tangan mereka pun pulang kerumah.
Satpam-satpam
di sekolah Lydia pun juga mulai sibuk mengatur antrian mobil-mobil yang hendak
menjemput murid-murid di sekolahnya. Semua anak-anak di siang itu sibuk dengan kegiatan
mereka masing-masing. Suasana seperti inilah yang setiap hari terjadi ketika
mereka hendak pulang dari sekolah. Lydia, Farah dan Nuke berjalan menuju
parkiran sambil bersenda gurau.
“Gue
pulang sama Ardy yaa… guys, sorry nggak bisa nemenin nyari buku dan traktir loe
berdua hari ini. Lihat nih seragam gue? Gara-gara anak itu semua rencana di
hari ulang tahun gue jadi berantakan, kata Lydia”.
“Nggak
apa-apa Ly, besok kan juga bisa jawab Nuke”.
“Ehhhhh…
Lihat-lihat!! Itu… itu si Ardy lagi ngobrol sama anak baru yang cool itu bisik
Farah heboh sambil menunjukan jarinya kearah parkiran motor”.
“Waahh…
cepat banget si Ardy, dia langsung akrab aja sama anak baru itu, padahal kita
kan ndak satu kelas jelas Nuke”.
“Ly…
ini kesempatan kita untuk kenalan sama dia. Cepet loe samperin Ardy terus loe
minta di kenalin sama cowok itu bisik Farah”.
“Ayooo…
Ly cepet, kata Nuke sambil mendorong-dorong tubuh Lydia kearah Ardy”.
Lydia
menghampiri sepupunya itu yang sedang asik mengobrol.
“Dy…
panggil Lydia ragu-ragu”.
Ardy
dan anak baru itu menoleh kearah Lydia, Nuke dan Farah. Tiba-tiba Lydia
terkejut ketika melihat wajah anak baru itu. Dengan kesal ia pun berteriak…
“Ya
ampun Ardy… kenapa loe mau temenan sama tuh anak? Loe nggak punya harga diri
yaa, mau aja di ajak ngobrol sama anak belagu dan tengil kaya dia kata Lydia
kesal begitu tau jika yang menjadi anak baru di sekolahnya adalah anak
laki-laki yang tadi pagi telah membuat rencananya hari ini berantakan semua”.
“Hmmm…
Ternyata loe sekolah di sini juga? kata Anak itu sambil tersenyum sinis”.
“Ehhh…
loe jadi anak jangan sok sama kegantengan gitu yaa, loe tuh anak baru di sini?
Jangan belagu tau teriak Lydia kesal”.
“Ohhhh…
ternyata gue ganteng toh, makasih yaaa… tapi maaf loe bukan tipe gue kata Anak
itu sambil tertawa melihat Lydia yang sangat kesal”.
“Ehhhhh…
Yaaa ampun, siapa juga yang suka sama loe? GR banget sih loe, dasar cowok nora
jawab Lydia yang bertambah kesal dibuatnya”.
Melihat
kejadian itu, Nuke dan Farah saling berpandangan mereka pun bingung melihat sahabatnya
marah-marah seperti orang yang sedang kesurupan.
“Ly…
loe kaya anak kecil aja… Ahh, malu tau di liatin sama anak-anak kata Ardy”.
“Ayoo…
Dy, kita pulang. Ngapain juga sih loe temenan sama dia kata Lydia sambil
cemberut menarik tangan Ardy”.
Gue
balik duluan yaa Ndra, pamit Ardy pada anak baru itu. Ardy lalu menghidupkan
mesin sepeda motornya. “Jiaahhhh… mati gaya kita disini, balik aja yuk bisik
Farah pada Nuke”. Nuke menganggukan kepalanya tanda setuju, lalu diam-diam
mereka berdua pun berbalik arah dan cepat-cepat melangkahkan kakinya tampak
sepengetahuan Lydia yang masih saja kesal.
Semenjak
kejadian itu Ardy dan Keandra semakin akrab. Ternyata mereka mempunyai hobby
yang sama yaitu Travelling dan Rafting. Keandra sering datang kerumah Lydia
untuk bermain dengan Ardy. Mau tidak mau Lydia pun sering melihat keandra yang
berada di rumahnya sampai berjam-jam. Lydia masih menaruh dendam dan kesal pada
Cowok keturunan Jepang itu. Seperti di siang ini, bel rumah Lydia berbunyi
berkali-kali. Lydia yang sedang menikmati tidur siangnya pun terganggu
mendengar suara yang berulang-ulang bunyinya. Lydia terbangun dari tidurnya
lalu ia beranjak pergi menuruni anak tangga, dengan setengah sadar ia pun
membuka pintu rumahnya itu.
“Lama
banget sih buka pintunya? Ardy ada nggak Tanya Keandra sambil masuk kedalam
rumah”.
“Loe
tuh nggak punya sopan santun yaa, bukannya beri salam malah marah marah. Loe
enggak tau apa, loe tuh dah ganggu tidur siang gue, bukannya terima kasih sudah
gue bukain pintunya jawab Lydia”.
“Sorry
deh… Ardy ada nggak..? gue dapat kabar gembira nih buat dia kata Keandra sambil
duduk di sofa”.
“Orangnya
enggak ada, lagi pergi nganterin Mama ke supermarket? Loe pulang aja dulu,
nanti balik lagi kalo Ardy sudah ada” jelas Lydia.
“Enak
aja loe… Suruh gue pulang lagi, loe kata di luar enggak panas apa? Emangnya gue
strikaan yang mau aja di suruh mondar-mandir terus. Gue mau nunggu Ardy disini
aja gerutu Keandra sambil cemberut”.
“Terserah…”
kata Lydia.
Lydia
duduk di hadapan Keandra. Nih anak nyusahin banget yaa. Nyokapanya ngidam apa
sih waktu lagi hamil, anaknya kok sampai kaya gini kata Lydia dalam hati,
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ia memperhatikan Kendra yang sedang asik
bermain dengan ponselnya. Lydia memandangi Keandra, sebenarnya sih Keandra
ganteng juga wajahnya? Hmmm… tapi sayang kelakuannya tidak seindah wajahnya.
Kenapa kalau di dekat dia bawaan gue jadinya emosian terus yaa, tingkahnya
nyebelin banget, dia nggak pernah ramah sama gue. Padahal kan kejadian itu
sudah berlalu tiga bulan lamanya. Gue heran kenapa Ardy bisa akrab dan dekat
banget yaa sama Keandra. Jangan-jangan mereka saling suka lagi… hehehehe, Lydia
pun tersenyum sambil menarik nafas panjangnya.
“Kenapa
loe ngeliatin gue terus…? Loe suka sama gue yaa? Tanya Keandra sambil tersenyum
memandang Lydia”.
Lydia
tersentak kaget mendengar gurauan Keandra. Damn… Ternyata dia tau kalau gue
pandangi dari tadi kata Lydia dalam hatinya.
“Jiaaahhhhh…
muka loe merah tuh, loe malu yaa canda Keandra sambil tertawa terbahak-bahak”.
Lydia
cemberut memandang Keandra.
“Ehhhh…
Ndra, loe sudah lama di sini? teriak Ardy yang tiba-tiba berada di antara
mereka”.
Huuuhfff…
untung saja Ardy datang, kalau enggak bisa mati gaya nih gue di depan dia pikir
Lydia sambil bernafas lega.
“Hi…
Ada… Keandra toh, kebetulan nih Tante tadi beli mie ayam. Kita makan
bareng-bareng yuk ajak Mama begitu ia masuk kedalam rumah”.
“Iyah…
Tante terima kasih jawab Keandra begitu sopannya”.
Ly…
Siapkan mie nya nih untuk Keandra ujar Mama sambil memberikan Lydia sebuah
kantong plastic. Lydia berjalan menuju dapur, tiba-tiba Keandra datang
menghampirinya.
“Sini
gue bantu… kata Keandra sambil mengambil mangkok dari tangan Lydia”.
Lydia
heran memandang Keandra yang lagi sibuk menuangkan Mie nya kedalam Mangkok.
Waduh… kesambet setan apa nih anak, tiba-tiba jadi ramah gini sama gue gumam
Lydia dalam hatinya.
“Lho…
Kok loe enggak ikutan sama Ardy keatas Tanya Lydia”.
“Ardy
mau ganti baju dulu, masa mau gue buntutin juga? Mendingan gue di sini makan
mie ayam kebetulan gue lagi laper jawab Keandra sambil tertawa”.
Lydia
memandang Keandra untuk yang sekian kalinya. Matanya menyipit terlihat seperti
sedang meram jika ia sedang tertawa, giginya putih dan rapi, senyumannya
bertambah manis dengan adanya lesun di pipinya. Keandra mirip seperti
actor-actor yang bermain di Drama Korea. Tidak heran kalau banyak anak-anak perempuan
di sekolah yang tergila-gila padanya, termaksud Nuke dan Farah padahal mereka
sudah punya cowok… huhf.
“Widiiihhhhh…
tumben loe berdua akur canda Ardy sambil duduk di sebelah Lydia”.
Keandra
tersenyum sambil memandang Lydia yang sedang melototi matanya kearah Ardy.
“Ehhhh…
Katanya ada kabar baik buat gue, apa tuh Ndra? Tanya Ardy sambil melahap Mie
nya”.
“Akhirnya
kita dapat tiket pesawat murah ke Bali Bro…? jawab Keandra antusias”.
“Serius
loe Bro…? kita bisa jadi Rafting dong di sana teriak Ardy kegirangan”.
“Yoiiii…
asik kan, kita bisa long weekend di sana sambil main air kata Keandra”.
“Kita
cuma berdua aja nih Ndra, pergi liburannya Tanya Ardy”.
“Hmmm…
Yaa Kalo yang di sebelah loe minta ikut sih boleh aja kok, asal nggak
ngerepotin aja disana? daripada dia manyun terus dirumah canda Keandra”.
“Maksud
loe gue…? Upsss… sorry yaa gue nggak suka Rafting, nanti badan gue hitam kata
Lydia”.
“Serius
loe… Ly Tanya Ardy”.
Lydia
dengan mantab menganggukan kepalanya.
“Yaa
sudah kalo gitu kita ajak Farah sama Nuke aja… Dy, pasti mereka mau kata
Keandra”.
“Ehhh…
apa-apaan loe Ndra, ngajak-ngajak temen gue? Gue dah janjian ma mereka mau
liburan juga kata Lydia berbohong”.
“Emangnya
mau kemana, Tanya Ardy”.
“Hmmm…
Ke Mall jawab Lydia ragu-ragu”.
“Huahahahahaha…
ke Mall ?… gila kaya anak SD aja loe liburan di Mall canda Keandra sambil
tertawa terbahak-bahak”.
Lydia
merengut menatap Kendra. Ardy lalu mengambil ponselnya. “Kita telepon Nuke aja
deh, nggak salah kan kalo kita coba dulu ngajak mereka? Siapa tau saja mereka
mau jelas Ardy”. Tidak lama kemudian Ardy pun berbincang-bincang dengan Nuke.
Jiaahhh… bagimana nih kalo Nuke sama Farah mau ikutan. Berarti gue di sini
sendiri dong, wew… malas juga nih kalau kaya gini? Hmm… apa perlu gue ikut juga
yaa, tapi masa sih gue harus jilat ludah gue sendiri… , kan malu pikir Lydia.
“Mereka
mau ikut kan? Tanya Keandra”.
Ardy
tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Waahhh Tuh… kan? masa gue sendirian
disini gerutu Lydia dalam hati sambil cemberut melihat Ardy dan Keandra.
“Loe
mau ikutan nggak, Ly? Siapa tau saja loe berubah pikiran Tanya Keandra”.
“Sudah…
Ikut aja kenapa sih, kan ada gue ini ajak Ardy”.
Dengan
ragu-ragu tapi mau, akhirnya Lydia pun menganggukan kepalanya.
“Nah…
gitu dong, jadinya..kan gue punya teman yang bisa gue ajak berantem nanti
disana canda Keandra sambil tertawa”.
Dua
minggu kemudian akhirnya mereka berlima berangkat ke Bali, dengan menggunakan
pasawat terbang mereka tiba di Bandara Ngurah Rai pukul empat sore dan langsung
menuju Hotel di daerah Kuta tempat mereka menginap selama tiga hari disana.
Pagi
harinya setelah sarapan mereka pergi dengan menggunakan mobil sewaan serta
modal sebuah peta untuk memudahkan mereka mencari jalan ke tempat tujuan.
Keandra dan Ardy sengaja tidak mau menggunakan jasa pemandu wisata, alasannya
karena liburan akan semakin menarik dan banyak tantangannya bila mereka
mencari-cari jalan sendiri ketempat tujuan. Hmmm… seperti berpetualang itulah
yang ada di pikiran mereka. Lagi-lagi Lydia dan Keandra bertengkar karena
Keandra salah membaca peta yang di lihatnya. Mobil yang di kendarai oleh Ardy
pun terus saja berputar-putar tak tentu arah.
“Tuh…
kan Gue bilang apa, kita harus pakai jasa pemandu wisata? Akhirnya jadi kaya
begini kan, kita nyasar nggak tau ada dimana sekarang. Ini kan buang-buang
waktu namanya gerutu Lydia sambil cemberut”.
“Sabar
atuh… Ly kalau kita nyasar, kita masih berada di Indonesia ini? enggak mungkin
juga kan tiba-tiba kita ada di Afrika canda Ardy”.
“Tau…
tuh loe nggak sabaran banget sih Ly, bisik Farah”.
“Kita
tanya sama orang aja deh.. Ndra? usul Nuke”.
“Nggak
usah Ke, gue bisa kok. Tenang saja pasti nanti kita sampai kesana jawab
Keandra”.
“Iyah…
Sampai ke tempat tujuannya nanti pas tengah malam! Sekalian saja loe rafting
sama tuyul celetuk Lydia menyindir Keandra”.
Mendengar
perkataan Lydia. Nuke, Farah dan Ardy pun tertawa terbahak-bahak. Setelah
berputar-putar akhirnya mereka tiba juga di Sungai Ayung yang berada di Desa
Payangan Ubud.
Mereka
berlima lalu masuk ke dalam untuk mendaftarkan diri dan mencoba Arung Jeram
yang berada disana. Setelah selesai mengisi identitas masing-masing, Keandra,
Ardy, Lydia, Nuke dan Farah pun di beri pengarahan tentang bagaimana cara
menggunakan dayung dan yang lain- lainnya, oleh seorang instruktur.
“Nah
sekarang kalian pakai perlengkapan keamanannya dulu yaa, setelah itu kita
berarung jeram jelas Instruktur itu”.
Lydia
melihat bermacam-macam alat keamanan yang berada di depannya. Yaa ampun
bagaimana cara pakainya nih, gue bingung gumamnya dalam hati. Dengan ragu-ragu
Lydia pun mengambil pelampung itu.
Sini…
gue bantu? kata Keandra sambil mengambil pelampung dari tangan Lydia. Lydia
terbengong-bengong melihat prilaku Keandra yang sangat perhatiaan sama dirinya
saat ini. Dengan cekatan Keandra memakaikan pelampung di badan Lydia. Nah
sekarang sudah aman, tinggal pakai ini kata Keandra sambil mengambil Helmet
lalu ia juga memasangkannya di kepala Lydia. Keandra tersenyum manis sambil
mengunci Helmet yang di pakai oleh Lydia lalu ia berkata “sekarang sudah
lengkap semuanya”.
Wew…
sepertinya bukan hanya Lydia saja yang terbengong-bengong melihat tingkah
Keandra, tetapi Nuke, Farah dan Ardy pun juga di buat terpana oleh perhatiaan
Keandra. Wow… So sweet bisik Nuke ke telinga Farah. Farah pun segera
menganggukan kepalanya tanda setuju dengan bisikan Nuke.
“Woyyyy…
kenapa kalian jadi pada bengong semua? ayo di pakai perlengkapannya teriak
Keandra begitu ia menyadari ketiga temannya saat ini sedang memperhatikan
dirinya”.
“Ayo…
cepet-cepet pakai kata Ardy sambil tertawa”.
Keandra,
Lydia, Ardy, Nuke dan Farah berjalan menuju pinggir sungai. Disana sudah
tersedia perahu karet yang akan mereka tumpangi. Mereka di bimbing oleh
instruktur yang sudah ahli dan paham betul akan keadaan dan letak sungai yang
berarus deras itu. Meskipun baru pertama kali Lydia sangat antusias untuk
memacu adrenarinnya. Di sepanjang perjalanan menyelusuri derasnya air sungai,
mereka harus menguasai arus liar agar perahu mereka tidak terbalik. Lydia,
Keandra, Nuke, Farah dan Ardy pun di manjakan oleh pemandangan dengan hijaunya
alam yang tersaji indah di sepanjang perjalanan. Sungai itu mempunyai beberapa
buah air terjun, mereka pun tidak sia-siakan kesempatan untuk berfoto. Keandra
selalu berada di samping Lydia. Ia menjaga Lydia supaya teman yang sering
menjadi lawan argumentasinya itu tidak merasa takut. Sepertinya Lydia pun sudah
mulai terbiasa dengan perhatian-perhatian yang di berikan oleh Keandra.
Lama-kelamaan Lydia merasa nyaman berada di samping Keandra. Mereka terlihat
berani dan kompak di sepanjang perjalanan untuk mengarungi sungai yang kurang
lebih memakan waktu hampir dua jam itu.
“Hi…
Lihat, Tom and Jerry sekarang sudah mulai akur bisik Ardy pada Nuke dan Farah”.
“Hahahahaha
sepertinya mereka berdua sudah terbawa oleh suasana alam yang sangat damai ini
kata Farah tertawa”.
“Akhirnya…
senang banget gue melihat mereka bisa akur jelas Nuke sambil tersenyum”.
Ardy,
Farah dan Nuke memperhatikan Lydia dan Keandra yang sedang asik beristirahat
sambil mengobrol di atas sebuah batu besar setelah mereka selesai mengarungi
sungai.
“Tuh…
kan gue bilang juga apa, asik kan berarung jeram kata Keandra sambil tersenyum
manis memandang Lydia”.
“Iyah…
gue sepertinya jadi ketagihan nih jawab Lydia sambil tertawa”.
“Nanti
deh lain kali gue ajak arung jeram lagi, hmmm… Yang dekat-dekat saja dengan
Jakarta kata Keandra”.
“Hahahahaha…
gue merasa jadi anak tomboy sekarang teriak Lydia yang masih saja tertawa”.
“Wahhh…
sepertinya loe juga harus ngerasain ini… nih? kata Keandra”.
Tiba-tiba
Keandra lompat dari atas batu besar… , Byuuuuurrrrrrrr… Keandra pun sekarang
sudah berada di dalam sungai. Ia berenang dengan asiknya sambil
melambai-lambaikan tangannya kearah Lydia yang sedang memperhatikannya.
“Ayooo…
lompat Ly, airnya segar? Dingin banget teriak Keandra”.
“Gue
takut ahhhhh… jawab Lydia sambil menggelengkan kepalanya”.
“Nggak
usah takut, ayo loncat..? gue jagain dari bawah, rugi kalo nggak berenang di
sini kata Keandra merayu Lydia”.
“Serius
loe Ndra? kata Lydia gugup”.
“Iyah…
Nggak apa-apa kok, kalo kaki loe sampai patah gara-gara ini. Jangan khawatir
nanti gue gantiin sama kaki gue canda Keandra sambil tertawa”.
Lydia
tersenyum malu, wajahnya menjadi merah merona. Lalu dengan mantab ia loncat
dari atas batu terjun ke sungai. Byuuuurrrrr… seluruh badan Lydia basah, Lydia
pun tertawa sambil mengusap wajahnya. Mereka berdua berenang, dan dengan
jailnya Lydia menciprat-cipratkan air sungai ke muka Kendra. Tidak mau kalah
dengan Lydia, Keandra pun membalas menciprat-cipratkan air itu kearah Lydia.
“Huaaahhhh…
udahhhh… Gue nyerah teriak Lydia sambil tertawa lalu ia berjalan ke pinggir
sungai menjauhi Keandra”.
Keandra
tersenyum lalu ia mengikuti Lydia dari belakang. Setelah bermain puas seharian
di sungai, akhirnya mereka berlima kembali lagi ke hotel untuk beristirahat.
Keesokan harinya Lydia terbangun dari tidurnya setelah ia mendengar ada yang
ngetuk-ngetuk pintu kamarnya. Dan lagi-lagi Keandra lah yang menjadi penyebab
Lydia terbangun karena merasa terganggu. Tetapi kali ini Lydia tidak
marah-marah seperti waktu itu. Lydia tersenyum ketika ia tau kalau Keandra lah
yang berada di depan kamarnya.
“Weks…
sudah siang Non, loe mau tidur terus seharian di dalam kamar kata Keandra
sambil memperlihatkan senyuman manisnya”.
“Duh…
Sorry, gue kecapaian kemarin, sampai enggak nyadar kalau sudah siang jawab
Lydia”.
Lydia
menengok ke kanan kirinya, ia terlihat bingung dan baru tersadar juga kalau
kedua sahabatnya pun telah menghilang dari kamarnya.
“Lho…
Nuke sama Farah kemana tanya Lydia sambil mengucek-ngucek matanya”.
“Mangkanya
jangan tidur terus, mereka keluar sama Ardy katanya sih mau cari souvenir yang
lucu-lucu”.
“Kok
loe enggak ikut Ndra, tanya Lydia lagi”.
“Nah
itu dia… Gue di suruh jagain loe sama Ardy, dia takut nanti loe kenapa-napa
jelas Keandra”.
Lydia
mengangguk-nganggukan kepalanya tanda ia mengeri.
“Ly…
, kita jalan yuk? Hmmm loe mandi dulu gih, malu tuh ada ilernya canda Keandra
sambil tertawa”.
“Apaan
sih loe… ahhh… kata Lydia malu sambil menepuk pundak Keandra”.
“Gue
tunggu di luar yaa kata Keandra yang masih saja tertawa”.
Keandra
berjalan mondar-mandir menunggu Lydia di depan lobby hotel. Hatinya
berdebar-debar, ia pun tidak sabar untuk bertemu kembali dengan Lydia. Tidak
lama kemudian ia tersenyum lebar ketika melihat Lydia yang sedang berjalan
menghampirinya. Lydia pun tersipu malu melihat tatapan mata Kendra. Seperti
terkena sihir prilaku mereka berdua pun berubah yang tadinya bermusuhan
sekarang seperti sepasang kekasih yang sedang ingin berkencan.
“Sorry
yaa Ndra, loe kelamaan yaa nunggunya? kata Lydia yang masih saja tersipu malu”.
“Enggak
apa-apa kok, ayoo kita berangkat ajak Keandra”.
“Lho
kita mau kemana Tanya Lydia bingung”.
“Hmmmm…
kesuatu tempat yang gue jamin pasti loe suka jawab Keandra”.
Dengan
malu-malu Keandra memegang tangan Lydia lalu ia menggandengnya. Lydia pun
terkejut dengan sikap Keandra terhadapnya. Tetapi ia sudah merasa nyaman dengan
genggaman tangan Keandra yang begitu hangat. Ia pun membiarkan musuh
bebuyutannya itu menggandengnya.
Keandra
mengajak Lydia jalan-jalan dengan menggunakan sepeda motor yang telah di
sewanya. Mereka tertawa dan bersenda gurau di sepanjang jalan. Tidak ada lagi
kata-kata yang menyebalkan yang keluar dari kedua mulut mereka. Lydia dan
Keandra sangat menikmati perjalanannya hingga senja.
“Lho
kita kok berhenti lagi Ndra, loe mau kemana tanya Lydia sambil turun dari motor
yang di kendarai Keandra”.
“Mau
makan jawab Keandra singkat”.
“Mau…
makan lagi? gila perut loe belum kenyang tanya Lydia bingung”.
“Belum
jawab Keandra lagi sambil menggelengkan kepalanya”.
Lydia
mengikuti langkah Kendra yang masuk kedalam café setelah ia memakirkan
motornya. Lydia langsung terpesona ketika ia menuju teras belakang café itu
yang mensajikan suasana romantis dengan pemandangan laut lepas yang terbantang
sangat luas. Matahari yang mulai tenggelam pun menambah suasana menjadi indah.
“Waahhhh…
gilaaaa keren banget teriak Lydia sambil tersenyum lebar”.
“Keren…
kan? kata Keandra tertawa”.
“Loe
tau tempat ini dari mana, Tanya Lydia”.
“Sudah
lama gue kepengen banget nemuin tempat yang seperti ini, dan akhirnya gue
ketemu juga setelah ngubek-ngubek di internet jawab Keandra”.
“Ohhhh…
kata Lydia sambil menganggukan kepalanya”.
“Sebelumnya
gue juga sudah pernah kesini kok, gue langsung jatuh cinta begitu melihat
suasananya. Dan gue berjanji suatu saat gue akan datang lagi ke tempat ini
dengan seseorang yang gue sayang, biar gue bisa nikmati tempat ini berdua
dengan dia jelas Keandra”.
“Weeekkssss…
terus loe sudah ketemu sama orangnya belum? tanya Lydia lugu”.
“Sudah
kok… jawab Keandra singkat”.
“Wow…
enak dong, sekarang mimpi loe itu sudah terwujud kata Lydia”.
“Iyahhhh…
dan gue bersyukur banget sekarang gue bisa mengajak cewek judes, galak, sok
tau, dan penakut itu menikmati suasana di senja sore ini berdua dengannya jelas
Keandra sambil tersenyum memandang Lydia”.
Lydia
terdiam, ia berfikir sambil memandang Keandra di hadapannya.
“Ma…
Maksud loe… , itu gu… gue, Ndra? Tanya Lydia ragu-ragu sambil menunjukan jari
telunjuk kearah hidungnya”.
Keandra
menganggukan kepalanya. “Ternyata, cewek yang sekarang bersama gue itu selain
judes, galak, sok tau, dan penakut itu juga “lemot” jawab Keandra sambil
tertawa”.
“Wahhhh…
loe mau bikin gara-gara lagi sama gue nih? kata Lydia manja”.
“Hehehehhe…
enggak, Please… kita jangan bertengkar lagi yaa. Sekarang kita nikmati saja dulu
suasana ini bisik Keandra”.
Lydia
dan Keandra mengobrol sambil menikmati pemandangan senja itu berdua. Mereka
tertawa gembira bercerita tentang kejadian di sekolah sampai dengan pengalaman
mereka di sungai kemarin. Terasa begitu nyaman sekarang berada di dekat
Keandra, ia bukan lagi cowok yang jail dan pemarah seperti kemarin-kemarin.
Sekarang yang di hadapannya adalah seorang cowok yang sangat perhatian dengan
dirinya dan cool seperti yang di puja-puja oleh Nuke dan Farah pikir Lydia
dalam hatinya sambil tersenyum ia memandang Keandra yang sedang asik bercerita
tentang pengalamannya berarung jeram.
Keesokan
harinya mereka berlima pulang ke Jakarta, Lydia dan Keandra telihat bertambah
dekat. Nuke, Farah dan Ardy pun menyukai kedekatan mereka berdua. Dan Pagi ini
Lydia terlihat begitu gembira, Ia munuruni anak tangga menuju ruang makan.
Setelah sarapan Lydia dan Ardy berangkat ke sekolah. Hari itu masih pagi ketika
mereka tiba di sana. Wahhh tumben nih anak semangat banget pergi ke sekolah,
hmmm… sakin semangatnya masih sepi begini di sini, biasanya kan Lydia terus
yang bikin gara-gara terlambat datang ke sekolah kata Ardy dalam hatinya.
“Ly…
Gue nongkrong dulu yaa di kantin? Masih sepi di kelas kata Ardy sambil
meninggalkan Lydia yang hendak masuk kedalam kelas mereka”.
Lydia
pun masuk kedalam kelasnya. Lydia baru tersadar kalau mereka datang kepagian ke
sekolah. Tiba-tiba mata Lydia terbelalak ketika ia melihat ada sepuncuk surat
beramplop merah muda dan setangkai Bunga mawar merah yang berada di atas
mejanya. Dengan ragu-ragu Lydia mengambil surat yang di depan amplopnya
tertulis namanya. Lydia membuka amplop itu lalu ia membaca nya.
“Lydia…
mungkin ini sesuatu yang nora atau kuno, tapi aku berharap kamu membacanya.
Hmmmm… Maaf kalau sikap aku selama ini terhadap kamu sangat tidak menyenangkan.
Pertama kali aku melihat kamu, ketika aku mau mendaftarkan diri untuk masuk
kesekolah ini. Aku langsung suka dan jatuh cinta melihat senyuman kamu ketika
kamu sedang bersama Nuke dan Farah. Aku memperhatikan kamu dari jauh. Jujur
saja waktu kejadian saat itu aku sangat gugup menghadapi kamu yang begitu
marah, karena baju kamu yang kotor. Aku kaget ketika orang yang menjadi korban
atas kesalahan aku adalah kamu, Cewek yang aku lihat waktu itu. Lebih-lebih
lagi aku sangat cemburu melihat Ardy bersama dengan kamu waktu itu. Maaf aku
telah berbuat bodoh. Aku senang melihat kamu jika sedang bertengkar dengan aku,
kadang aku sengaja membuat hal yang tidak enak sama kamu agar kamu marah,
karena aku tidak tau harus berbuat apalagi untuk mendekati kamu. Dan sekarang
aku sadar, aku tidak mau membuat kamu sedih lagi karena ketidaknyamanan yang
aku perbuat. Karena aku takut kehilangan dan bertambah jauh dari kamu. Dan
sekarang aku ingin bisa lebih dekat dengan kamu… Mau kah kamu menerimanya…
Keandra”.
Lydia
tersenyum lalu ia mengambil bunga yang masih terletak diatas meja. Lydia
mencium harumnya mawar itu. Inilah pertama kalinya ia mendapatkan surat dan
pernyataan seseorang yang suka dan sayang kepadanya.
Sepulang
sekolah, Lydia menghampiri Keandra yang sedang berjalan kearahnya. Mereka
berdua terseyum dan saling memandang.
“Ndra…
Panggil Lydia “.
“Kita
pulang bareng yuk, ajak Keandra”.
Lydia
menganggukan kepalanya, Keandra meraih tangan Lydia lalu ia mengenggamnya
erat-erat kembali. Mereka berdua pulang kerumah sambil bergandengan tangan.
Mimpi Lydia pun menjadi nyata. Lydia sangat bersyukur karena telah mendapatkan
seorang pacar yang baik dan perhatian padanya di awal umurnya yang ke 17 tahun…
Cerpen yang berjudul "Usia 17 dan Pacar Baru" merupakan sebuah karangan dari seorang penulis bernama Ayu Soesman.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Usia 17 dan Pacar Baru | Ayu Soesman"