Cerpen Cinta - Call From The Past | Charissa E
KakaKiky - Untuk kesekian kalinya, aku merenggangkan badan dan menguap. Hari ini, pekerjaanku banyak sekali. Gara-gara sekretarisku cuti, aku harus mengerjakan semuanya sendirian.
“Miss, sudah larut, lebih baik Miss
selesaikan pekerjaan Miss besok pagi. Miss harus istirahat,” lagi-lagi robot
pelayanku mendatangi ruang kerjaku ini.
Yah, dia ada benarnya juga sih. Aku
harus bangun pagi besok untuk menghadiri rapat di kantor pusat. Aku membereskan
meja kerjaku dan beranjak meninggalkan ruang kerja itu.
“Terima kasih untuk saranmu. Aku akan
tidur sekarang. Tolong buatkan aku kopi besok pagi,” kataku padanya.
“Tentu, Miss. Selamat tidur,” robot itu
pun pergi ke “kamarnya”.
Aku menyalakan lampu tidur dan
menyelinap di balik selimut. Malam ini hujan turun deras sekali dan membuat
suasana menjadi dingin. Aku menutup mata dan mulai terlelap.
“Callissa…”
Sebuah suara yang lembut
memanggil-manggil namaku.
“Aku sudah lama menunggumu, Callisa…”
Tunggu, rasanya aku kenal suara ini.
“Hei… Callisa? Ayo bangun!” Sebuah
tangan yang dingin menyentuh kulitku.
Aku terperanjat dan langsung membuka
mataku. Ruangan ini… bukan kamarku…
“Wanda?? Di mana kau?” Panggilku sambil
mengucek-ngucek mataku. Wanda adalah robot pelayanku yang tadi malam menyuruhku
untuk segera tidur.
“Hahahaha… aku bukan Wanda, Lissa. Kau
pasti belum sadar sepenuhnya,” suara yang tadi membangunkanku terdengar lagi.
Aku mengerjap-ngerjap untuk melihat seseorang yang sedang duduk di ujung
ranjang. Seorang laki-laki berkulit pucat, berambut kelam, bermata abu-abu, dan
memiliki wajah yang dingin namun cukup memesona.
“Siapa kau?”
Laki-laki itu berdiri dan menghampiriku.
Dia membungkuk dan menatapku dari dekat. Jarak antara wajahnya dan wajahku
hanya berkisar sekitar 1 jengkal saja.
“Kau yakin tidak mengenalku?” Senyum
menggodanya tersungging.
“Tidak sedikit pun,” jawabku singkat.
“Yah… anggap saja aku adalah laki-laki
tertampan sedunia dan kau adalah gadis yang beruntung bisa mendapatkan aku,”
katanya dengan nada yang menurutku menyebalkan.
Aku menelengkan kepala. “Sungguh, aku
tidak mengerti maksudmu.”
Dia tertawa lagi. Dia menarik tanganku
dengan keras hingga aku berdiri dan jatuh tepat ke pelukannya.
“Hei!” Aku memukul tangannya dan
berusaha melepaskan diri. “Akan kumasukkan kau ke penjara!”
“Atas dasar apa? Menggodamu?”
Aku mendengus kesal. “Anggaplah begitu.
Aku ini direktur utama di perusahaan RPI dan aku adalah aset berharga mereka.
Mereka akan melakukan apapun padamu.”
“Ini bukanlah masamu yang sudah canggih
itu,” suaranya menggelitik telingaku. “Aku sudah menunggumu sejak lama, dari
sebelum kau lahir ke dunia. Dan sekarang kau ada di sini tapi kau bahkan tidak
mengenalku?”
“Berhenti bercanda. Aku harus menghadiri
rapat penting hari ini!” Aku menyikut dadanya dan langsung menghindar darinya.
Laki-laki itu mengelus dadanya.
“Pergilah, tapi suatu saat nanti, kaulah yang akan datang padaku.”
Seketika pandanganku menjadi kabur dan
gelap begitu saja.
“Miss, bangun! Anda akan terlambat jika
tidak segera bersiap-siap!” Kali ini terdengar suara Wanda.
Aku terlonjak dengan nafas
terengah-engah. “Wanda, ini benar kau kan?”
“Tentu saja, Miss. Aku Wanda, pelayan
pribadimu,” jawabnya singkat.
Aku mendesah lega. “Terima kasih sudah membangunkan
aku. Aku akan mandi dulu.”
Aku beranjak dari tempat tidur dan
berjalan ke kamar mandiku. Mimpi tadi benar-benar menggangguku. Seusai mandi
dan berpakaian, aku turun ke lantai 1 rumahku dan segera sarapan. Untungnya,
Wanda menyiapkan sandwich salmon yang menggugah selera sehingga aku dapat
melupakan mimpi itu sejenak.
Aku berangkat ke kantor pusat R.P.I dan
segera masuk ke ruang rapat. Sejujurnya aku agak gugup. Rapat ini akan dihadiri
oleh CEO RoboLite Group yang tidak pernah kutemui sebelumnya. Begitu masuk, aku
benar-benar terperangah. Di tempat yang disediakan untuk CEO RoboLite Group,
ada seorang laki-laki yang tidak asing bagiku. Dia adalah laki-laki yang ada di
mimpiku semalam!
“Nah, karena Ms. Callissa sudah datang,
bisa kita mulai rapatnya?” Tiba-tiba suaranya memecah keheningan ruangan itu.
Aku berusaha konsentrasi dan duduk di
tempatku sendiri. “Si… silakan…” ujarku gugup.
“Tidak usah gugup, Ms. Callisa,” bisik
laki-laki itu yang sialnya duduk tepat di sebelahku.
Seusai rapat, aku cepat-cepat pergi ke
cafetaria kantor dan membeli secangkir teh hangat serta sebuah muffin
blueberry. Setelah membayar, aku duduk di meja 2 kursi dan mulai menikmati
camilan itu sembari membaca berita hari ini lewat ponselku. Saat sedang asyik membaca,
terdengar suara deritan kursi di depanku. Aku mengangkat wajahku dan mendapati
laki-laki sialan itu sedang duduk di depanku dengan senyum menggodanya.
“Wah.. wah.. apa kau tidak sarapan tadi
pagi?” Katanya sambil setengah tertawa.
“Pukul 10, saatnya camilan pagi hari,”
jawabku sekenanya. Aku menyeruput tehku lagi dan kembali asyik dengan ponselku.
“Riefal,” ujarnya tiba-tiba.
“Maaf?”
“Itu namaku,” jelasnya. “Aku yakin kau
bahkan tidak tahu namaku.”
Aku hanya mengangkat bahu. “100 poin
untukmu.”
Dia menarik ponselku dengan begitu cepat
dan menaruhnya di atas meja. “Aku hanya sementara di sini. Kuharap kau juga
bersiap-siap sebelum waktunya tiba.”
Aku menatapnya dengan tajam. “Oke,
katakan apa maumu dan berhenti menggangguku!”
“Aku tidak sedang mengganggumu, Sayang.
Dan yang aku inginkan hanyalah menjemputmu.”
Dia menjentikkan jarinya dan seketika
orang-orang di cafe itu mematung, seolah-olah waktu telah berhenti.
“Ini tidak lucu. Berhentilah
bermain-main!” Aku beranjak dari kursiku.
Riefal ikut berdiri dan mencegatku. Dia
memegangi tanganku dan menariknya. “Sayangnya aku sedang tidak bermain.”
Sebuah sinar terang menyilaukan mataku.
Dan saat aku membuka mata, aku berada di atas awan, melayang-layang sementara
di bawahku, kehancuran ada di mana-mana. Gedung tempatku bekerja telah rata
dengan tanah. Daerah itu seolah habis dilalap api dalam semalam.
“Ini yang akan terjadi jika kau tidak
ikut bersamaku,” Riefal masih berada di sebelahku. “Kepergianmu menyebabkan
ketidakseimbangan di alam ini.”
“A..apa maksudmu?”
“Kau adalah putri matahari, dan aku
adalah pangeran bulan. Kau pergi dari tempatmu karena tidak terima dengan
keputusan ayahmu yang ingin menghancurkan dunia manusia. Kau berniat untuk
pergi ke dunia manusia dan menjadi manusia sungguhan agar ayahmu tidak
menghancurkan dunia itu. Aku ada di sana saat itu. Aku sebagai tunanganmu
berusaha mencegahmu, namun kau terjatuh ke dalam portal dengan ingatan
terhapus. Selama bertahun-tahun, aku
berusaha menemukan keberadaanmu. Dan sekarang, aku berhasil menemukanmu,” dia
memegang tanganku lagi. “Tolong kembalilah, Callisa. Dalam beberapa hari ke
depan, matahari akan menghanguskan dunia manusia karena tidak adanya penopang
dari kekuatanmu. Keluargamu berusaha mempertahankan keseimbangan matahari agar dapat
terus berfungsi seperti biasanya, tapi tentu saja itu tidak akan bertahan lama.
Kumohon kembalilah, Putriku..”
Sekejap, aku ingat kembali tentang
keluargaku yang sebenarnya dan segala hal yang sempat terhapus dalam ingatanku.
Dan kini aku ingat tentang Riefal, putra raja Bulan yang juga merupakan
sahabatku sejak kecil. Laki-laki yang sangat aku sayangi.
Aku balas menggenggam tangannya dengan
kuat. Air mataku mulai mengalir. “Aku rindu padamu, Riefal.”
Riefal menarik pinggangku dengan lembut
dan menyambutku dalam pelukannya. “ayo kita pulang.”
Cerpen yang berjudul "Call From The Past" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis bernama Charissa E. Kamu dapat mengikuti facebook penulis di Choco Charamella.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Call From The Past | Charissa E"