Cerpen Fiksi - Serpihan Waktu | Fadillah Amalia
Sudah cukup lama Aku berada di sini, sudah hampir 3 hari diriku terkurung di sini. Di sebuah tempat kecil dengan dinding berwarna putih. Aku hanya dapat melihat dinding, dinding dan dinding. Mata ini sudah terlalu lama memandangi itu semua, hanya bisa pasrah dengan keadaan yang sekarang.
Entah apa yang terjadi padaku saat itu.
Terakhir Aku berada di Dunia normal, diriku telah menemukan sebuah jam kuno
yang berwarna putih bersih. Lalu, Aku mencoba memakainya, dan entah kenapa, jam
itu membawaku ke dunia ini. Dunia yang tidak pernah ku kenal, sangat asing.
Mataku menatap jam kuno putih yang terus
melekat di pergelangan tanganku, tak bisa lepas. Sudah berkali-kali ku coba
membuka itu, namun hasilnya nihil!
“Rane…” panggil seseorang. Hati kecilku
merasa sedikit takut dengan suara yang tiba-tiba terdengar di telingaku. Selama
3 hari ku di sini, tak pernah sedikit pun Aku mendengar suara.
“Rane…” panggil suara itu lagi.
Sekarang, hati kecilku menghendakiku untuk menjawabnya. Dengan suara yang
terbata-bata, Aku memberanikan diri menjawab suara itu.
“Siapa kamu? Mengapa kamu tahu namaku?”
tanyaku, gigi-gigiku bergemeretak sehingga terdengar suara kecil yang cukup
membuat bising di tempat kecil ini.
“Rane… tak perlulah kau tahu siapa Aku.
Sekarang, jika kau ingin keluar dari dunia ini, ikutilah panah penunjuk yang
akan terlihat oleh matamu!” ujar suara tersebut. Aku masih ragu dengan
ucapannya yang menurutku aneh.
“Memangnya… dunia apa ini? Perlukah Aku
turuti permintaanmu?” tanyaku yang masih sangat takut dengan keadaan seperti
ini.
“Ini adalah, Dunia Waktu… kau tak akan
bisa keluar dari sini kecuali dengan mengikuti pengarahan dariku. Sekarang,
cepat ikuti panah penunjuk yang akan terlihat olehmu! Cepat! Sekarang!” ujar
suara itu lagi, sekarang suara itu terdengar lebih tegas dan kencang lagi. Aku hanya
dapat mengangguk kecil dan mengikuti panah penunjuk yang memang benar-benar
terlihat olehku.
Entah, Aku sedang bermimpi atau tidak,
ruangan yang tadinya sangatlah sempit sekarang terlihat memiliki banyak sekali
lorong. Sampai sekarang, panah penunjuk itu belum berhenti menunjukkan arah
kepadaku, sampai akhirnya…
“Rane… sekarang kau sudah ada di ruangan
memilih. Kau harus memilih salah satu manusia yang terlibat masalah besar
terhadap waktu! Waktumu memilih hanya satu menit! Cepatlah… jika kau ingin keluar
dari dunia ini…” ujar suara itu lagi. Aku yang cukup kaget dengan suara yang
tiba-tiba itu, langsung saja menuruti arahan dari suara tersebut. Seketika itu,
bermunculan banyak foto orang yang tak kukenal. Otakku sempat berpikir siapa
mereka, namun, karena waktuku memilih hanya satu menit, Aku segera menyentuh
foto seorang remaja yang terlihat seusia denganku.
*triiing*
Seketika itu, foto remaja yang ku sentuh
terlepas dari bingkainya dan terbang menuju suatu arah yang tak kuketahui.
Hatiku memutuskan untuk mengikuti foto itu. Sampai akhirnya, foto itu
mengantarku kepada sebuah pintu yang masih tertutup rapi. Foto yang masih
terbang entah dengan apa itu, seakan memintaku untuk membuka pintu itu. Dengan
gemetar, Aku segera membuka pintu tersebut.
Krieeet
Suara pintu itu terdengar sangat kencang
di telingaku. Saat pintu tersebut terbuka, terpancar sinar putih yang
menyilaukan mataku. Aku menutup mataku dengan tanganku dan mencoba menahan rasa
sakit akibat silau.
Selama beberapa menit cahaya bersinar,
akhirnya cahaya itu mulai redup. Aku mulai membuka mataku dan melihat sesosok
manusia di sana.
“Kamu Rane?” tanya orang itu.
“I… iya… ka… kamu siapa?” jawabku dengan
rasa takut.
“Aku… Jill! Aku terjebak oleh waktu! Aku
sudah terlalu sering menyia-nyiakan waktuku. Sekarang, kamu ditugaskan untuk
membantuku memperbaiki waktuku yang sia-sia,” jawab orang tersebut yang
ternyata bernama Jill.
“Ta… tapi bagaimana caranya? Aku hanya
manusia biasa!” ujarku.
“Tenanglah… kamu hanya tinggal
membantuku untuk mendapatkan serpihan waktuku yang terbuang. Dan waktumu hanya
tiga jam! Bantulah Aku, orang tuaku cemas denganku, selama ini… mereka mengira
Aku koma dan tak sadarkan diri. Padahal… Aku terjebak di sini!” jelas Jill. Aku
mulai luluh dengan perkataan Jill, Aku pun memberanikan untuk bertanya lagi.
“Serpihan waktu? Apa itu?” tanyaku.
“Serpihan waktu adalah sisa waktuku yang
terbuang. Kamu dapat menemukan itu di kejadian-kejadian yang pernah
kusia-siakan waktunya! Kamu hanya harus mengumpulkan tiga dari sekian banyak
serpihan waktuku,” jelas Jill lagi. Aku mulai sedikit paham dengan maksudnya.
“Tapi… Aku kan tidak pernah tahu
kejadian apa yang pernah kamu sia-siakan waktunya?” ujarku lagi. Jill tersenyum
lalu membalas ucapanku.
“Kau akan tahu… karena ingatanku ada
padamu…” jawab Jill. Entah kenapa, seketika tubuh Jill hilang dari pandanganku.
Kakiku pun tergerak untuk menyusuri lorong yang berada di dalam pintu yang tadi
ku buka.
Aku berjalan lurus sampai akhirnya Aku
menemukan sebuah jendela. Ku intip sedikit dari jendela tersebut, ku lihat
dunia bebasku ada di sana. Ingin rasanya kakiku menginjak kembali dunia yang
selama ini kutinggalkan, namun, tubuhku malah berubah menjadi seekor kupu-kupu.
“Ayah… Ibu… sebentar lagi Aku pulang,”
ujarku saatku mulai mengepakkan sayap. Di saat ku terbang tanpa arah di langit,
terlihat seperti ada memori baru pada otakku. Di sana, Aku dapat melihat apa
saja yang selama ini di lakukan Jill. Aku pun tersenyum tanda mengerti
perkataan Jill yang terakhir. Akhirnya, Aku pun terbang ke tempat di mana Jill
menyia-nyiakan waktunya.
“Hmmm… Aku melihat Jill menyakiti hati
temannya karena tidak menepati janjinya untuk berdiskusi soal tugas mereka di
restoran. Mungkin… serpihan waktu miliknya ada di sana!” gumamku. Sayap indahku
sekarang mengepak lebih kencang, entah kenapa, Aku tahu di mana letak restoran
yang sebelumnya belum pernah kudatangi.
Kupandangi pintu restoran didepanku yang
masih tertutup rapat. Bagaimana Aku bisa masuk ke dalam ya? Batinku. Aku pun
menunggu ada orang yang masuk dan membuka pintu ke dalam. Cukup lama Aku
menunggu, akhirnya, ada seorang pria bertubuh tambun dan membuka pintu dengan
cukup lebar, sehingga memudahkanku untuk masuk ke dalam.
Setelah tubuh kecilku masuk ke dalam, ku
lihat banyak sekali serpihan waktu yang berserakkan di sini. Aku sempat
berpikir, apa para manusia tidak dapat melihatnya. Namun, pikiran itu langsung
buyar mengingat waktuku yang hanya 3 jam. Dari sekian banyak serpihan waktu
yang ku lihat, ada satu yang bersinar. Aku langsung yakin kalau itu adalah
milik Jill, dengan segera, Aku mengambil dan memasukkannya ke dalam sebuah kantung
yang entah sejak kapan ada padaku.
Satu keping serpihan waktu telah ada
padaku, kulihat, jam kuno putih yang tadinya menempel di pergelangan tanganku
kini tertempel di belakang sayapku. Kulihat sepintas, waktuku hanya tinggal dua
jam lima belas menit lagi.
Segera Aku memfokuskan pikiranku agar
dapat terlihat di mana lagi Jill pernah menyia-nyiakan waktunya. Hanya butuh
waktu 5 menit untuk memikirkannya, namun, untuk menuju tempatnya bukan hal yang
mudah. Sekalipun tempat itu berada dekat denganku. Embusan angin yang terkadang
kencang dan tubuh-tubuh raksasa yang berlalu lalang terkadang menjadi
penghalangku dalam menyelesaikan tugasku.
Tempat kedua yang akan menjadi tujuanku
adalah rumah sakit. Rumah sakit ini ku pilih karena letaknya tak jauh dari
restoran yang menjadi tujuan pertamaku tadi. Untuk menuju rumah sakit, Aku
banyak sekali mendapat goncangan, terutama dari para predator hewan liar.
Fisikku sudah mulai lelah dan tidak terkendali, namun, Aku terus berusaha untuk
menyelesaikan tugasku.
Beruntung, di dalam rumah sakit tidak
terlalu banyak orang sehingga dengan mudah Aku dapat menemukan serpihan waktu
milik Jill. Dua serpihan telah ada padaku. Aku segera menuju tempat tujuanku
yang ketiga sekaligus terakhir. Aku sudah berpikir keras untuk mengingat-ingat
memori Jill, namun yang keluar hanya satu kejadian dan tempat. Hanya ada sebuah
bukit kecil yang letaknya sangat jauh dipikiranku. Karena hanya ada gambaran
itu di otakku, Aku pun bertekad untuk sampai ke tempat tersebut hanya dalam
waktu satu setengah jam.
Aku terbang dengan kecepatan yang tinggi
dari sebelumnya menuju sebuah bukit yang ada di otakku. Aku terus terbang walau
angin ganas itu mungkin akan menyobek sayapku. Tetapi Aku tak peduli, terus
saja ku terjang semua itu sampai akhirnya, kabut putih yang menyelimuti sebuah
bukit kecil terlihat. Aku tersenyum puas melihatnya. Di sana, Aku tidak banyak
menemukan serpihan waktu, jumlahnya bisa di hitung oleh jari. Aku pun mulai
mencari serpihan milik Jill. Ternyata, serpihan milik Jill cukup sulit
ditemukan karena letaknya berada di sebuah batu besar tepat di samping sungai.
Dengan hati-hati, Aku memasukkan serpihan waktu terakhir ke dalam kantung
milikku. Setelah 3 serpihan waktu terkumpul, tubuhku terasa tersedot ke dalam pusaran
angin. Entah dari mana angin itu, sampai akhirnya wujudku berubah kembali
menjadi manusia dan telah berada di hadapan Jill.
“Rane… terima kasih, kau telah
membantuku untuk keluar dari dunia ini,” ujar Jill. Aku mengangguk dan
tersenyum. Lalu, tubuh Jill tiba-tiba menghilang menyisakan senyuman terakhir
yang tadi ku lihat. Ku pikir, ia telah tersadar dari tidur panjangnya selama
ini. Sekarang, Aku kembali sendiri. Aku menunggu suara itu datang, hingga suara
itu pun terdengar di telinga mungilku.
“Rane… selamat, kau berhasil
menyelesaikan tugasmu. Sekarang… kamu berhak kembali ke duniamu…” ujar suara
tersebut. Lalu, Aku merasakan kepalaku terasa sangat pusing dan mataku pun tak
kuat untuk menahannya. Entah apa yang terjadi, Aku pingsan.
“Rane! Bangun Rane… nanti kau telat!”
ujar sebuah suara yang membangunkanku.
“Kak Ryn? Sejak kapan Kakak di situ?”
tanyaku ketika kelopak mataku terbuka.
“Sejak kapan? Dari tadi Rane… apa kamu
tidak mendengar suara Kakak? Sudahlah… cepat mandi! Nanti kau telat berangkat ke
sekolah!” jawab Kak Ryn. Aku mengucek-ngucek mataku, Apa itu mimpi? Batinku.
Namun, ada suara yang selama ini kudengar di Dunia Waktu. Tidak, Rane… kau
tidak bermimpi!
Cerpen yang berjudul "Serpihan Waktu" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis dengan nama pena Fadillah Amalia.
Posting Komentar untuk "Cerpen Fiksi - Serpihan Waktu | Fadillah Amalia"