Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen Cinta - That Rainy Day | Antonia Luisa

the rainy day

6 Mei 2013

Lagi-lagi hujan..

Perempuan itu menatap langit berselimut hitam. Cuaca terlihat kurang baik.

Aku benci hujan.

Ia langsung berlari menerobos hujan yang masih rintik-rintik menuju halte yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri. Tangannya menunjuk salah satu taksi yang lewat. Lampu taksi sebelah kanan berkedip sementara perempuan itu bersiap-siap untuk masuk ke dalam taksi.

“Pulogebang, pak.” kata perempuan itu.

Taksi berjalan secara perlahan. Begitu juga air mata keluar secara perlahan melewati mata sang penumpang. Buru-buru ia menyekat air mata itu.

Tolong, Tuhan… Jangan hujan.

6 Mei 2008

“Halo, kamu di mana?”

“Aku sudah di tempat biasa kok. Emangnya kamu di mana?”

“Aku baru turun dari taksi nih.”

“Oh itu ya. Aku liat kamu kok. Vira! Sini!” Laki-laki ini melambai ke arah seorang wanita bernama Vira.

Vira melihat lambaian itu dan membalasnya dengan senyum. Perempuan itu menekan tombol merah pada handphonenya.

Ah senyumnya..

Melihat senyum Vira sambil berjalan mendekati lelaki itu, membuatnya terasa hidup kembali. Tak terbayangkan hidupnya tanpa melihat senyum perempuan itu.

“Criss! Sudah lama ya?” Tanya Vira

Criss menggeleng kepalanya. Laki-laki berdarah Indonesia Inggris ini memang pintar berbohong. Ia sudah menunggu selama setengah jam. “Berapa tahunpun, aku bakal di sini nungguin kamu.”

“Gombal!” Vira tertawa mendengar kalimat itu.

Suaranya..

Suara Criss membuat hati Vira terasa damai. Mengetahui Criss masih bersamanya, Vira merasa tenang dan tidak takut karena ia berada di samping Criss, pangeran impiannya.

Criss ikut tertawa melihat tingkah Vira, perempuan keturunan Jawa ini.

“Ya sudah. Ayo, jalan!”

“Emangnya kita mau ke mana?”

“Ikut saja!” sahut Criss sambil menggandeng tangan perempuan itu.

Vira tidak menolak pegangan itu. Ia malah membalas genggaman Criss. Faktanya, mereka tidak berpacaran. Status mereka saat ini hanya sebagai teman. Walaupun Vira dan Criss tahu kalau mereka saling menyukai, tapi tidak ada satu dari mereka yang mau mengakuinya terlebih dahulu.

Mereka terus bergenggaman tangan. Hari ini, Criss sengaja tidak membawa mobil. Ia ingin Vira dengannya berjalan kaki sampai ke tempat yang direncanakannya.

“Ngg Criss, ada apa sih? Katanya kamu mau ngomong sesuatu?” Penasaran Vira.

Criss diam saja, namun ia perlahan tersenyum tanpa diketahui Vira.

“Criss?”

“Sudah ikuti aku saja. Nanti kamu juga tahu. Tenang aja aku bukan buronan polisi!”

Vira tertawa lagi mendengar celoteh Criss.

Hampir sepuluh menit mereka berjalan kaki. Criss menggandeng tangan Vira dengan tangan kanannya. Mereka berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih walaupun mereka tidak.

Kaki mereka berirama. Kanan, kiri, kanan, kiri.

Gandengan tangan mereka sengaja digerakkan. Depan, belakang, depan, belakang.

Mereka tidak saling berbicara. Tapi suasana inilah yang mereka sukai. Berjalan bergandengan tangan sambil bersenandung tak jelas nadanya, tanpa berbicara.

“Nah” Criss menghentikan kakinya. “Kita sampai. Dekat kan?”

Vira memandang sekeliling. “Ini kan..”

“Taman tempat kita pertama kali ketemu.” Belum sempat Vira menjawab, Criss sudah melanjutkan duluan.

“Iya. Kita mau ngapain di sini?”

“Main ayunan.” jawabnya singkat.

“Ayunan? Criss, kita sudah kuliah. Jangan malu-maluin” omel Vira.

“Tampang memang tua, tapi hati masih berjiwa muda! Ayo!”

Lagi-lagi Vira tersenyum. Kata demi kata yang Criss ucapkan selalu membuatnya tersenyum tanpa alasan.

Mereka berdua berlari menuju tempat ayunan tanpa melepaskan genggaman mereka.

Criss mempersilahkan Vira duduk, lalu ia menggoyangkan ayunan itu dengan penuh kelembutan. “Kamu masih ingat pertama kali kita ketemu?” Tanya Criss

“Masih. Waktu itu kamu nangis kan di sini?” sahut Vira sambil menahan ketawa.

Criss tersenyum. “Itu kan zaman masih TK. Maklumlah nangis. Kamu tau ga aku nangis gara-gara apa?”

“Tau kok. Gara-gara kamu ke sasar karena baru pindah ke sini. Kamu nangis sambil duduk di ayunan ini.”

“hmm tahu banyak toh si Vira”

“Tau lah. Terus aku samperin kamu. Nanya rumah kamu di mana. Kamu ga mau jawab. Ya udah aku bawa aja ke rumah aku. Dan ternyata kamu tetangga baru aku.”

Criss menunjukkan giginya yang berderet rapih. “Terus, apa lagi?”

“Hmm.. Apa ya. Ya sudah. Habis itu kita jadi sering main. Kita ke SD, SMP, SMA barengan. Sayangnya kita ga kuliah bareng soalnya kamu ambil IT, aku ambil kimia. Mana kamu kuliahnya jauh lagi jadi pindah rumah. Jauh deh”

“Tapi kita masih sering ketemu kan?”

“Iya tapi kan…”

Criss memandang mata Vira lekat-lekat. “Terus kamu tau apa lagi?”

Vira mengangkat kedua alisnya. “Apa? Kayaknya sudah deh.”

Criss tersenyum. “Bagus”

Vira tambah heran kepada teman kecilnya ini. “Apaan sih?”

_DUAR_

Tiba-tiba terdengar suara petir. Reflek, Criss menutup kuping Vira. Mereka memandang langit. Asik mengobrol, mereka tidak sadar langit berubah gelap.

“Criss, kenapa?”

“Hmm kayaknya kita mesti pindah tempat deh. Udah pertanda hujan nih.”

“Ga usah di sini aja. Aku suka hujan kok.”

“Tapi aku ga mau kamu sakit.”

“Makanya cepat kasih tau aku. Kamu mau ngomong apa?”

Tiba-tiba, langit mengeluarkan setitik dua titik air.

Sambil berusaha menutup kepala Vira, Criss terpaksa menjawab pertanyaan Vira. “Kamu ga menyadari sesuatu?”

“Sesuatu?” heran Vira

Laki-laki itu menganggukkan wajahnya. “Sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang belum pernah kamu rasain sebelumnya. Rasa yang muncul waktu aku kenal kamu dan waktu aku ninggalin kamu. Jujur, perasaan ini Cuma muncul kalo aku sama kamu.”

Jantung Vira berdegup kencang 2x dari biasanya. Vira berusaha memutar otaknya dan mencerna kalimat yang dikeluarkan Criss. Pada saat itu, rintik-rintik hujan semakin deras.

“Perasaan senang waktu sama kamu. Perasaan kangen kalo lagi ga sama kamu. Perasaan resah kalo kamu ga kasih tau aku kabar kamu. Perasaan cemburu kalo kamu main sama cowok lain. Perasaan bimbang waktu mau ajak kamu ke prom. Perasaan takut kalo kamu udah ga betah main sama aku. Perasaan yang random yang bercampur aduk menjadi satu. Semua itu ada sama kamu, Vir.”

Vira tidak bisa berkata apa-apa. Matanya lurus menatap mata Criss.

“Pengennya sama kamu terus. Pengennya berdua sama kamu terus. Rasanya senang sekali kalau kamu mau aku ajakin jalan bareng. Dan dari kecil sampai detik ini, jantungku gak pernah berhenti berdetak 2x lebih kencang dari biasanya.”

Hujan turun semakin deras. Kali ini Vira dan Criss sudah mulai basah kuyup.

“Rasanya, aku gamau kehilangan kamu. Kamu yang terpenting buat aku. Dan aku baru menyadari ini waktu aku ninggalin kamu. Bodoh ya. Selama belasan tahun ini, aku baru menyadari betapa pentingnya kehadiran kamu buat aku. Soalnya aku… sa”

_DUAR_

Suara petir terdengar sangat kencang. Hujan turun sangat deras sekarang ini. Vira terbangun dari hipnotis Criss. Ia baru menyadari hujan sudah sangat deras. ia berusaha menutupi kepalanya dengan kedua tangannya.

“Criss, maaf, kita cari tempat berteduh dulu, yuk. Ini hujannya deras banget.”

Criss juga menyadari keadaan itu. Sedikit lagi. “Iya. Gimana kalo kita ke sebrang situ? Di sana ada halte kecil.”

Vira mengangguk mengerti. “Ayo! Kita lomba yuk! Yang paling cepat sampai, dia boleh nyuruh yang kalah ngelakuin satu hal. Gimana?”

Lelaki itu mengangguk tanpa berpikir lama. “Oke. Siap ya.”

Criss mengambil posisi. Begitu pula Vira.

“Satu”

“Dua” Vira melirik kearah Criss.

“TIGA!” lantang Criss.

Mereka berdua berlari dengan cepat layaknya sepasang kelinci yang sedang di kejar pemburu. Saat ini, Criss berada di depan Vira. Merasa tertantang, Vira tidak mau kalah. Ia berlari secepat mungkin melewati Criss. Sekarang posisi mereka terbalik. Vira berlari sambil melihat ke arah Criss di belakang. Ia tersenyum melihat Criss yang berlari dibelakangnya.

“AWAS KEPELESET, CRISS!” Teriak Vira sambil tertawa.

“IYA NEK” Canda Criss ikut tertawa.

Sampailah pada perempatan jalan. Halte kecil itu sudah dapat di lihat Vira. Tanpa berpikir panjang, Vira langsung menerobos perempatan itu sampai ia mendengar teriakan

“VIRA AWAS!”

Rasanya pahit..

Mengingat kenangan yang kita rasakan..

Dari awal aku sudah tahu

suatu hari nanti

aku pasti akan mengalami rasa ini

perasaan yang dibenci

dan tidak dimengerti

—-

Aku, perempuan tak kenal terima kasih, dengan penuh sesal dan amarah. Tak peduli dengan keadaan. Maju terus layaknya kereta listrik, tak peduli rintangan apa yang akan aku dapatkan. Aku terus berlari menghantam hembusan angin. Melawan arus. Tidak kenal perhentian, tidak kenal lelah. Aku akan terus berjuang entah apapun caranya..

Namaku, Vira.

—-

Jakarta, 6 Mei 2013

Vira menyebrangi jalan dengan hati-hati. Rerintikan hujan masih turun namun tidak sederas sebelumnya. Sudah 5 tahun lamanya sejak kejadian itu terjadi. Kejadian di mana Vira kehilangan satu-satunya lelaki yang ia cintai. Sambil membawa setangkai bunga mawar dengan payung di tangan kirinya, Ia berjalan dengan penuh percaya diri. Setiap orang yang ia jumpai, ia sapa dengan senyuman di bibirnya. Sementara hatinya masih menangis pada saat itu juga.

Di taman itu, tempat terakhir ia berbincang dengan Criss. Vira berjalan menuju ayunan yang sudah berumur puluhan tahun. Ia duduk dan perlahan menggerakkan ayunan basah akibat hujan itu dengan kedua kakinya. Tangannya masih menggenggam bunga mawar. Matanya memandangi langit yang masih terlihat mendungnya. Tak lama, ia turun dan berbalik badan menghadap ayunan itu.

“Hai. Kangen gak sama Vira? Pasti enggak ya soalnya Viranya dateng tiap minggu ke sini hehe. Vira yang kangen sama kamu. Makanya Vira dateng terus ke sini. Ini, Vira bawain Bunga Mawarnya. Aku taruh di sini ya.” Vira menaruh Mawar itu di atas ayunan. Ia tersenyum menunjukkan deretan giginya. “Dah. Vira pulang dulu ya. Minggu depan aku pasti datang lagi!”

—-

“Jadi, kamu mau ga jadi pacar aku?”

“……..”

“Vira?”

“…….”

“Vira?!”

“…….”

“Vira!” Lelaki itu memegang tangan kiri Vira.

“Ha? Aduh maaf Kak Vito. Aku.. tadi.. eh…”

Vito menarik nafasnya dan mengerutkan dahinya. “Kamu itu.. Kamu kenapa sih? Masih belum bisa move on? 5 tahun buat kamu ga cukup? Kamu kapan mau sadar sih, Vir? Aku selalu di sini buat kamu, aku selalu ada waktu kamu butuh aku, aku selalu hadir di samping kamu, tapi? Apa sih bagusnya Criss? Dia sudah menghilang. Sudah 5 tahun. L I M A T A H U N. Kamu masih mengharapkan dia kembali? Kamu mimpi apa? Apa yang Criss miliki, tidak aku miliki? Apa, Vir? Please answer my question. Because i always give the best for you. But you never did the same for me… Please Vira. Just give me a chance. Let me be your prince. Let me get your heart. Please..”

“A lot Vit.. A lot” Jawab Vira singkat. Matanya menatap kosong tak semangat.

Lagi-lagi Vito mengerutkan dahinya. “Maksud kamu?”

“Banyak sekali. Banyak yang Criss punya, namun tidak kamu miliki. Mungkin kamu merasa diri kamu sempurna. Dan bahkan aku mengakui kalau kamu cukup sempurna. Kamu kaya, lulusan kedokteran, pintar, tampan, banyak perempuan yang mau sama kamu, kamu punya segalanya, orang tua juga selalu mendukung kamu, bisa main gitar, suara juga bagus, dan lebihnya lagi kamu cuma ada satu di dunia. Tapi, kesempurnaan kamu tidak bisa menggantikan Criss. Aku memang tidak bisa menemukan suatu titik kesempurnaan pada diri Criss, namun justru itu, aku semakin penasaran terhadap dirinya. Rasa penasaran itu bergelonjak bagai sihir hitam yang menguasai benakku. Aku tidak bisa berhenti memikirkan dia. Criss, hanya dia satu-satunya lelaki yang selalu berputar di dalam kepalaku. Aku bahkan tidak tahu alasannya. Aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya korban.. Seorang korban percintaan, yang malah bersyukur karena menjadi korban..” Mata Vira mulai

berair. Dan secara tidak sadar, ia sudah menjatuhkan air matanya. “I’m not yours and please find yours.”

Vira berusaha menghentikan tangisannya. Ia berbalik badan meninggalkan Vito sambil berusaha menyeka air matanya walaupun itu mustahil karena begitu banyak tangisan yang keluar pada saat ini.

Aku memang bodoh.

Aku perempuan paling bodoh yang ada di dunia ini.

Tapi aku sudah katakan, bukan?

Bahwa aku akan terus berjalan lurus.

Aku tidak akan menengok, bahkan melirik ke arah sebaliknya.

Aku adalah wanita tangguh.

Apa yang mereka katakan,

apa yang mereka bicarakan,

dan apa yang mereka lakukan kepadaku,

tidak akan mempengaruhiku.

Selamanya.

Karena, dimanapun jiwa dan raga kamu, Criss

kamu akan selalu berada di hatiku

Tak akan ada yang menggantikan.

Tidak ada.

Cerpen yang berjudul "That Rainy Day" merupakan sebuah cerita pendek karangan dari seorang penulis yang bernama Antonia Luisa. Kamu dapat mengikuti facebook penulis di link berikut: http://www.facebook.com/yoanaluisa.

Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - That Rainy Day | Antonia Luisa"