Cerpen Cinta - Meet 999 Days 23 Hours 59 Minute 60 Second | Selmi Fiqhi
Kepercayaan adalah hal terberat dalam hubungan. Dan jagalah kepercayaan itu jangan sampai kau menghilangkannya. -Maurin
“Kamu beneran mau pacaran sama Adit?”
Sely meyakinkanku, aku hanya berduduk santai dikursiku sambil menyilangkan
kakiku. Sely terus berceloteh tentang aku jadian sama adit. Memangnya kenapa
dia terus saja menanyakan hal yang sama?
“Memangnya kenapa?” Aku memalingkan
wajahku padanya, dia sedikit gugup menjawab pertanyaanku.
“Tidak apa-apa. Hanya saja aku tak
percaya hubungan kalian. Adit itukan pria cuek, dia itu gak mungkin bisa terus
memenuhi keinginan kamu, kamukan manja” Seketika aku berdiri dan berkata ke
arahnya.
“Adit memang cuek, gak seperti Haris,
pacar kamu yang perhatiannya 1000 kata itu. Dia memang beda jauh sama Haris.
Tapi aku bisa buktikan kalau hubungan aku bisa ngalahin hubungan kalian!
CAMKAN!”
Masih tergambar jelas di dalam benakku, masih
terngiang-ngiang dalam telingaku. Saat itu, kata itu. Saat aku berani
membuktikan bahwa hubunganku bisa berdiri mengalahkan Sely, kejadian dua
setengah tahun itu masih jelas ku ingat. Aku tahu pacarku adalah pribadi yang
cuek dan tidak mau diatur. Tapi aku tahu, dia benar mencintaiku. Walau kadang
banyak hal yang menjengkelkan bagiku. Tapi secuek apapun dia, aku tahu ada
kalanya dia perhatian padaku. Itulah yang membuatku yakin bahwa Adit bisa
membuat aku bahagia. Memang kadang dia salah menjadwalkan hari ulang tahunku
dan tanggal jadian kami. Kadang hari istimewa kamipun dia lupa. Itu karena
sikap egoisnya aku tahu. Tapi keyakinanku untuk tetap bersabar bahwa semua ini
akan berakhir bahagia selalu lebih besar daripada rasa jengkelku. Dia pasti
bisa sedikit mengurangi egonya untukku. Untuk orang yang dicintainya.
“Adit” Aku memanggilnya, sementara dia
sedang asyik bermain games seperti apa yang dihobikannya. Setiap hari tak ada
kata tidak untuk games baginya. Selalu sama saja, mementingkan gamesnya daripada
aku.
“Apa?” Dia hanya menjawabnya singkat,
aku mulai mendekatinya lalu melongo sedikit ke arah komputer yang ada di depan
matanya.
“Kau tahu hari ini hari apa?” Aku duduk
disampingnya. Dia sedikit sibuk dengan gamesnya. Aku terdiam sejenak.
“Euu.. Hari jum’at” Dia menjawabnya
polos. Aku kecewa mendengar jawaban dia yang tak pernah ku inginkan. Benarkah
dia lupa?
“Kok bengong?” Dia sedikit menatapku.
Aku tetap berada diposisi awalku, menatap layar monitor.
“Kamu salah!” Aku duduk tertunduk
disana, diapun sedikit mendekatkan bibirnya ditelingaku.
“Lalu hari apa sayang?”
“Hari ini hari ulang tahunku” Seketika
dia sedikit kaget lalu memandang kalender.
“Ya Tuhan aku lupa, padahal aku sudah
menandai tanggal ultahmu. Maafin aku Rin, tadi aku lupa gak pake alarm” Ucapnya
lagi. Aku dapat melihatnya dia memnandai tanggal itu, 20 Desember tapi walaupun
begitu aku kesal sekali padanya. Dia selalu saja lupa, lupa adalah alasan
tersering yang aku dengar dari bibirnya.
“Kapan kau bisa ingat tanpa alarm?
Dengan menandai tanggal dikalendermupun kamu tak ingat” Kelakarku padanya. Dia
menatapku, seketika dia tertunduk. Mungkin dia mengakui kesalahannya.
“Mengapa diam?” Aku menanyainya ulang.
Dia kemudian mendekatiku.
“Ayo katakan apa yang kau inginkan? Hari
ini aku akan memberimu apapun itu” Rayunya padaku. Aku terdiam, sejenak aku
berfikir. Akupun menatapnya.
“Benarkah?” Dia mengangguk mantap
padaku. Akupun mulai meraih tangannya.
“Setidaknya tinggalkan gamesmu satu hari
penuh, hari ini saja dan temani aku ditaman. Sederhana bukan?” Diapun sedikit
mengangkat bola matanya memandang langit-langit, kemudian dia tersenyum dan
mengangguk setuju tanda mengiyakan permintaanku.
“Tidak buruk” Ucapnya.
“Jadi kamu ingin kita merayakan 999 hari
kita?” Tanyanya padaku sembari meneguk cappucinno yang dipegangnya.
“Kamu tak akan lupakan? Tanggal 31
Desember adalah hari terakhir tahun ini. Tanggal jadian kita memang istimewa
ya. Aku ingin kamu janji akan mengingatnya” Aku mengarahkan kelingkingku ke
arahnya, diapun mengaitkan kelingkingnya dijariku.
“Janji” Ucapnya. Aku tersenyum padanya.
Aku percaya kali ini dia akan ingat pasti. Ketika aku memandangnya, dia
sepertinya sedikit berfikir. Entah berfikir atau melamun.
“Hey kau!” Sahutku padanya. Dia kaget
dan langsung mengalihkan pandangannya padaku. Dia tersenyum polos padaku. Hmm
aneh-aneh saja kelakuaannya.
“Ayolah antar aku belanja” Seperti yang
Sely katakan, aku memang manja. Hobiku shopping. Sungguh berbeda jauh darinya.
Aku menarik-narik tangan kiri Adit sementara tangan kanannya sedang asyik
memainkan keyboard.
“Hey diamlah sebentar. Lihat aku akan
menyelesaikannya 3 level lagi. Games ini sangat sulit. Sepertinya aku akan
mendapat skor tertinggi dari mereka. Akan menang” Jelasnya. Aku tak pernah
peduli apa yang dikatakannya. Dia sungguh menyebalkan.
“Games bisa kau tunda nanti” Aku kembali
berceloteh namun dia tak berkutik sama sekali. Akupun berniat meninggalkannya.
Bukan berniat lagi tapi akan. Lebih baik aku berangkat dengan Sely daripada aku
harus terus mengemis padanya minta diantar. Sampai kapanpun dia tak akan mau.
“Lihat Maurin?” Tanyanya pada Julie, aku
tahu Julie adalah anak tercantik dikampus, dia sangat terkenal.
“Sepertinya tadi dia kesini, ayo ikut
aku” Jawabnya. Aditpun berjalan bersamanya, tanpa disadari dari jauh aku dan
Sely melihatnya.
“Dia selingkuh” Keluhku. Sely merangkul
tubuhku lalu menyemangatiku.
“Sudah jangan mengeluh. Kau tak boleh
berburuk sangka dulu padanya. Kau bilang kau akan mempertahakannya lebih baik
dari hubunganku. Aku yakin kamu bisa” Nasihatnya padaku.
“Tidak, apa yang kau katakan benar. Aku
tak bisa lebih baik darimu. Haris berbeda dengan Adit” Akupun berjalan perlahan
meninggalkannya. Sementara Sely masih diposisi awal.
“Setidaknya kau beri dia kesempatan”
Ucapnya setengah berteriak padaku.
“Akan ku tunggu sampai 999 hari itu”
Timpalku padanya.
Dia sudah menyiapkannya untukku. Hadiah
itu, dia akan memberikan hadiah padaku. Aku tahu dia tak akan lupa. Kali ini
ternyata dia ingat. Aku sudah memberitahukan padanya bahwa aku akan menunggunya
ditaman pukul 13 tepat. Sekarang pukul 12 tepat dan dia sudah berdandan serapi
mungkin.
“Masih pukul 12, sebaiknya sedikit games
akan membuat hari ini lebih baik” Ucapnya sendiri.
‘Kemana pria itu? Tak ingat kah dia?
Bukannya aku memberitahunya pukul 13? Dan sekarang pukul 15 dia belum datang
juga. Apa dia bermain-main? Tunggu saja Maurin, tunggu sampai dia datang’
Batinku. Ya dia memang belum datang sedari tadi. Sudah 2 jam aku menunggunya.
Kini sedikit mendung melukis langit.
‘Jangan hujan jangan.’ Keluhku dalam
hati. Aku memang tak ingin hujan. Tapi mungkin langit berkata lain. Dia ingin
hujan dan aku? Bagaimana bisa ku tolak?
“Brukk”
“Ehmm” Adit terjatuh ternyata dia tertidur
sedari tadi dan baru bangun sekarang. Pukul 17:18.
“17:18, Ehmm.. Eh hah 17:18 aku, aku ahh
telat lagi. Bagaimana Maurin? Aku harus cepat”
Aku terisak bersamaan isakan langit yang
tak kunjung reda. Aku sudah muak dengan sifat ego Adit. Dia benar-benar membuat
kesabaranku hilang. Pria satu ini tak pernah tak menggores kecewa dihatiku.
Egois.
“Ma.. Maurin” Tiba-tiba suara yang tak
asing lagi ditelingaku terdengar. Suara Adit. Dia datang, tapi mengapa baru
sekarang dia datang? Akupun berdiri dan berjalan meninggalkannya. Dia menahanku
dengan meraih tanganku namun ku tepis. Dia meraihnya lagi namun gagal ku tepis
karena genggamannya yang terlalu kuat.
“Kau kenapa?”
“Kenapa? Tanya saja pada dirimu sendiri
mengapa aku begini!” Ucapku dengan nada tinggi. Dia menunduk.
“Aku tahu aku salah” Sesalnya.
“Kau tahu! Tapi kau tetap saja
melakukannya. Sekarang lihat aku basah kuyup lihat! Kau puas? Puas?” Aku
melepaskan genggamannya lalu pergi meninggalkannya. Walau sebenarnya berat aku
meninggalkannya. Tapi aku sudah tak kuat melihatnya lagi. Sementara dia masih
tetap berdiri menunduk disana.
“Maafkan aku Maurin” Ucapnya. Aku
terhenti lalu menoleh ke arahnya.
“Maaf? Masih pantaskah aku memaafkanmu?
Waktu kau tak mau mengantarku ke mall saja kau malah berjalan bersama Julie,
aku tahu dia cantik tapi hargai perasaanku. Aku sudah lelah dengan sifatmu itu.
Kau membuatku depresi. Sekarang pergilah atau kita putus” Bentakku.
“Ta… tapi”
“Pergi atau putus” Aku membentaknya
lagi. Diapun pergi. Aku tahu saat ini aku sedang marah. Aku sekarang
benar-benar tak percaya pada dia lagi. Kepercayaanku terlanjur telah pudar.
“Aku akan merayakan malam tahun baru
sendirian” Dengusku kesal pada Sely, mengingat dia adalah sahabat terbaikku,
dia pasti selalu mengerti perasaan dan keadaanku.
“Aku tahu kamu sedih, tapi seharusnya
kamu dengerin dulu apa yang sebenernya terjadi sama Adit sampai dia telat”
Jelasnya.
“Aku tak butuh alasan semuanya sudah
jelas” Aku tetap pada peganganku bahwa Adit itu selingkuh. Sely bersikeras
untuk mempercayainya bahwa Adit setia padaku.
“Dia bilang dia mencintaimu. Dia sangat
mencintaimu, hanya saja dia tak tahu bagaimana cara melakukannya. Oh ya maaf
aku tak bisa merayakan tahun baru bersamamu” Selypun berlalu, kini aku sendiri
berdiam diri dikamarku. Sely memang akan merayakan tahun baru bersama keluarga
Haris. Hubungan merekan memang langgeng dan berlangsung romantis. Berbeda denganku,
hubunganku ahh tidak ada apa-apanya dengan mereka.
’23:45, 15 menit lagi’ Batinku, akupun
berangkat menuju taman tadi untuk merayakan malam tahun baru sendirian.
Seharusnya ini adalah malam tahun baru ke-3 ku bersama Adit. Namun kalian
mungkin sudah tahu bagaimana hubunganku dengan Adit.
Aku berjalan sendiri menyusuri jalanan
ini. Ku lihat disamping kanan dan kiriku tak lain adalah sepasang kekasih yang
sedang merayakan tahun baru bersama. Aku iri. Benar-benar iri. Setidaknya
daripada aku iri pada mereka aku bersyukur bisa bertemu tahun baru kali ini.
Aku terduduk ditaman tempat tadi. Ku
lihat jam tanganku ’23:59:50′. Aku mulai menghitung mundur untuk menandakan
berakhirnya tahun 2012 ini.
“Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh,
enam, lima, empat, tiga, dua, satt… ”
“Happy 1000 days my beloved” Adit
seketika berada dibelakangku dengan membawa sekotak kue ditangannya. Aku kaget
melihatnya datang pada malam ini. Seketika dia mulai duduk dihadapanku dan
membuka kotak kue itu. Disana kue itu tertera sebuah tulisan
‘Happy 1000 days Adit with Maurin’
Aku menatapnya, dia malah menatap
balikku heran.
“Kok bengong? Berdo’a dong buat hubungan
kita!” Titahnya. Akupun kaget dan menutup mataku lalu berbisik dalam hati. Aku
ingin… Kalian jangan tahu ya biarkan angin membawanya pergi haha. Selesai aku
membuka mataku lalu berucap
“Aamiin” Aku masih kesal padanya dia
benar-benar tak punya malu.
“Maurin, aku minta maaf. Tadi aku
ketiduran. Mau percaya atau tidak terserah. Saat aku bertemu Julie aku
menanyakanmu, dan dia bilang dia melihatmu. Akhirnya ku putuskan mencarimu
dengannya namun kau tak ada. Aku juga tahu aku terlambat tapi aku juga tahu,
tak ada terlambat untuk memulainya lagi. Mari kita mulai lagi. Dan aku berjanji
aku akan berubah Maurin” Dia tersenyum padaku.
“Benarkah?” Aku meyakinkannya, dia
mengangguk lalu tersenyum.
Akupun membalas senyumannya semanis
mungkin yang pernah ku buat. Aku meraih tangannya.
“Aku tahu kau membawakanku hadiahkan?”
Seketika dia tertawa mendengar perkataanku lalu dia mengeluarkan kotak berwarna
merah dari sakunya.
“Maukah kau menjadi tunanganku?” Ucapnya
sambil meraih tanganku. Aku mengangguk saat itu juga. Diapun membuka kotak
merah itu dan memasukan cincin dijari manisku. Akupun memasukannya dijari
manisnya. Seketika kembang api berloncat dan berlarian dilangit membentuk kata
‘Happy 1000 days Maurin Adit’. Aku memandangnya lalu tersenyum dan dia
merangkulku.
“Happy 1000 days to” Bisikku.
Cerpen yang berjudul "Meet 999 Days 23 Hours 59 Minute 60 Second" merupakan sebuah cerita pendek karangan dari seorang penulis yang bernama Selmi Fiqhi. Kamu dapat mengikuti blog penulis di link: selmifiqhi.blogspot.com.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Meet 999 Days 23 Hours 59 Minute 60 Second | Selmi Fiqhi"