Cerpen Misteri - Fred Dan Jam Kantong Ajaib | Ayu Soesman
Fred… Terburu-buru melangkahkan kakinya di jalanan sempit, ia melirikan matanya pada sebuah jam yang berada di tangan kanannya. Pukul 23.30 malam aku pasti akan terlambat sampai ke stasiun, kereta terakhir akan pergi sekitar 10 menit lagi kata Fred dalam hatinya. Tepat tengah malam nanti akan ada badai di kota kecil itu, berita tentang akan datangnya badai sudah di umumkan melalui radio-radio dan siaran televisi semenjak sore tadi.
Kali ini Fred menongakan kepalanya ke
atas langit. Hanya awan gelap dan kilatan petir yang berada diatas sana. Fred
pun mempercepat langkahnya lagi melewati lorong-lorong jalan yang di penuhi
oleh café-café, butik dan toko buku yang sudah pada tutup. Angin pun berhembus
sangat kencang, Fred merapatkan jaketnya lalu ia melipat kedua tangan diatas
dadanya.
Adakah tempat untuk berlindung dari
badai ini di sini Tanya Fred dalam hatinya, ia belum tahu benar keberadaan kota
itu. Fred adalah mahasiswa baru yang berkuliah di kota kecil. Sebuah kota tua
yang jauh dari keramaian. Ia tinggal di sebuah Asrama dan jauh dari
keluarganya. Rintik-rintik hujan sudah mulai turun membasahi bumi. Fred
bernafas lega ketika ia melihat sebuah toko yang masih buka di tengah malam
seperti ini. Fred mendekati lalu ia memberanikan diri untuk masuk kedalam toko.
“Selamat datang di toko ku sapa
laki-laki tua berjanggut putih dengan senyuman ramahnya”.
Fred tersenyum menatap laki-laki tua
yang berada di hadapannya.
“Kamu mau mencari apa anak muda
Tanyanya”.
“Hmmm… Aku…aku tidak bermaksud untuk
membeli sesuatu, aku hanya ingin melihat-lihat dan jika di perbolehkan bisakah
aku berteduh di toko ini sebentar saja sampai badai reda jawab Fred ragu-ragu”.
Laki-laki tua itu menganggukan
kepalanya.
“Nama saya Thomas, panggil saja saya
Tuan Thomas katanya memperkenalkan diri”.
“Aku.. Fred kata Fred sambil mengulurkan
tangannya”. Lalu mereka berjabat tangan.
Tuan Thomas lalu mempersilakan Fred
untuk masuk melihat-lihat koleksi barang-barang yang di jualnya, sementara itu
ia pergi ke dapur untuk membuat minuman. Fred berjalan pelan ke tengah rak-rak
yang sudah tua dan berkarat, ia melihat di sekelilingnya Tuan Thomas menjual
barang-barang antik dan kuno di tokonya. Dari koin-koin, buku-buku tua, Setrika
kuno sampai lampu-lampu cristal yang entah di buat pada tahun berapa. Fred
tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Tuan Thomas ketika orang tua itu
memberikannya secangkir susu coklat panas yang dapat menghangatkan tubuhnya.
“Kamu hendak kemana di tengah malam dan
hujan lebat seperti ini, Tanya Tuan Thomas”.
“Aku mau pulang, sejak sore tadi aku berada
di rumah temanku untuk mengerjakan tugas, tak terasa hari sudah larut malam.
Aku ketinggalan kereta terakhir dan ada badai pula, sepertinya malam ini aku
terjebak disini…? jelas Fred sambil tersenyum”.
“Kamu tinggal dimana Tanya tuan Thomas
lagi”.
“Aku tinggal di kota sebelah jawab
Fred”.
“Bermalamlah di sini, esok pagi baru
kamu pulang, sepertinya badai ini tidak akan berhenti sampai menjelang pagi
kata Tuan Thomas”.
“Terima Kasih… Tuan kata Fred lalu ia
meneguk minumannya”.
Tuan Thomas sangat baik dan ramah,
sepanjang malam mereka berdua mengobrol, Tuan Thomas bercerita tentang
barang-barang kuno miliknya. Fred pun sangat tertarik mendengar cerita
pengalaman tuan Thomas memburu barang-barang kunonya tersebut. Tidak lama
kemudian Tuan Thomas memberikan Fred sebuah selimut dan bantal. Fred pun
tertidur diatas sofa kuno yang sedikit berdebu. Malam itu terasa sangat panjang
dan damai. Sepertinya semua penduduk di kota yang berada di kaki bukit itu
tertidur pulas di balik selimut mereka yang tebal hingga pagi menjelang.
Keesokan harinya Fred meruncingkan
matanya ketika cahaya matahari menyilaukan pandangannya dari celah-celah
jendela, ia pun terbangun dari tidurnya. Fred segera melipat selimut sambil
memandang ke sekelilingnya. Dimanakan Tuan Thomas dalam hatinya, lalu ia
tertegun dengan suguhan yang berada di meja makan. Tuan Thomas sudah membuati
sarapan untuknya. Ada dua potong roti berisi keju yang sangat harum sekali
baunya, telur rebus serta susu hangat sebagai pelengkapnya. Fred mengambil
sehelai kertas yang berada di atas meja lalu ia membacanya.
“Fred… Mau kah kau menjaga toko
kesayanganku sebentar saja. Aku mau menemui seseorang diatas bukit, sekitar dua
jam lagi aku akan segera pulang (Tuan Thomas)”. Fred tersenyum lalu ia segera
melahap makanan yang telah tersedia itu. Setelah sarapan Fred kembali
melihat-lihat barang antik milik Tuan Thomas. Tanpa sengaja tubuh Fred
menyenggol rak yang berada di sebelah kanannya. Lalu sebuah benda pun terjatuh
mengenai kepalanya.
“Oww… Aduh!!! teriak Fred sambil mengusap-ngusap
kepalanya”.
Fred mencari benda yang terjatuh itu di
sekelilingnya. Ini dia… Kata Fred dalam hatinya sambil memungut benda yang
berada di kolong meja. Fred memandang benda yang ia pegang, “Wow… Sebuah jam
kantung yang antik kata Fred”. Ia sangat takjub melihat Jam kantung berbentuk
lingkaran berdiameter kas 49 mm, semua kas pada jam kantung itu berbahan perak,
mesin jam kantung itu juga masih berjalan dengan baik, menggunakan dua penutup
dan mempunyai rantai yang terbuat dari perak juga, di belakang penutup jam itu
bergambar motif burung dan dedaunan. Jam ini sangat indah sekali kata Fred
dalam hatinya. Tidak lama kemudian Tuan Thomas datang, Fred pun langsung
menyambutnya dan memberikan Jam kantung itu kepada pemiliknya.
“Jam kantung ini sangat indah sekali
Tuan, maaf tadi aku tidak sengaja menjatuhkannya kata Fred sambil tersenyum”.
“Ohh… Jam kantung ini, kata Tuan Thomas
sambil memandang jam nya tersebut”.
Tidak lama kemudian Fred meminta ijin
pulang pada Tuan Thomas.
“Mainlah kapan-kapan ke toko antik ku
ini lagi Fred, aku sangat menyukaimu kata Tuan Thomas”.
“Iyah… Tuan, suatu saat pasti aku akan
mengunjungi Tuan lagi di sini jawab Fred”.
“Ini untuk kamu sebagai tanda
kenang-kenangan dari ku kata Tuan Thomas”.
Mata Fred berbinar-binar ketika Tuan
Thomas memberikan Jam Kantung berwarna Perak itu kepadanya.
“Sungguh Tuan mau memberikan aku jam
kantung ini Tanya Fred tidak percaya”.
“Iyah… terimalah jawab Tuan Thomas”.
Fred menerima jam pemberian Tuan Thomas
dengan hati senang. Ia pun segera mengucapkan terima kasih pada orang tua itu.
“Itu adalah jam yang sangat istimewa
yang akan membawamu ke sebuah pengalaman yang unik dan berharga, dan tidak
semua orang bisa merasakannya, jika kamu bisa menemukan dan memecahkan teka-teki
yang ada di jam itu. Kamu adalah orang yang beruntung jelas Tuan Thomas”.
“Maksud Tuan apa..? Tanya Fred bingung”.
Tuan Thomas tersenyum, lalu ia segera
melambaikan tangannya kearah Fred. Fred pun membalas lambaian tangan Tuan
Thomas, sambil tersenyum ia bergegas pergi dari toko antik itu.
Selama dalam perjalanan Fred mengamati
baik-baik jam kantung dalam genggamannya. Adakah sesuatu rahasia yang tersimpan
di balik jam ini, Tanya Fred dalam hatinya sambil membolak-balik jam yang
berbentuk lingkaran berwarna perak itu. Sesampai di Asrama tempat ia tinggal,
Fred langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai tiga.
Didalam kamar ia masih saja memandangi jam itu dengan cermat. Apa maksud dari
perkataan Tuan Thomas tadi. Tiba-tiba Fred melihat ada sebuah ukiran yang
sangat halus sekali di sekeliling pinggiran jam tersebut. Ukiran itu bukan
seperti ukiran biasa tetapi menyerupai sebuah rangkaian kata. Fred tidak bisa
membacanya karena terlalu kecil. Dengan rasa panasaran Fred lalu mengambil sebuah
kaca pembesar, Fred mengamati dan membaca tulisan itu melalui kaca pembesarnya.
“Jam ini bisa membawamu kembali ke waktu yang kamu inginkan bertepatan jika
kedua jarum menuju kearah angka duabelas, ucapkan permintaanmu lalu tekan
sebuah tombol diatas itu kebawah”. Wow… ini adalah jam ajaib teriak Fred dalam
hatinya.
Hati Fred tiba-tiba berdetak sangat
cepat setelah ia membaca tulisan yang mengelilingi jam kantung itu. Tubuhnya
gemetar, apakah benar jika jam ini bisa membawaku kembali ke masa lalu tanyanya
dalam hati. Fred lalu membaca tulisan itu dengan benar sekali lagi. Fred
tertarik untuk menguji kebenaran jam kantung itu. Aku harus menunggu jam
duabelas malam untuk membuktikan jika yang aku baca sekarang ini benar-benar
nyata kata Fred dengan matanya yang berbinar-binar.
Malam harinya Fred berjalan
mondar-mandir di dalam kamar. Ia tidak sabar menunggu jam duabelas malam untuk
membuktikan kebenaran jam ajaib itu. Fred terdiam terpaku ketika detik demi
detik jarum itu mendekati angka yang di tunggu-tunggunya. Hati Fred berdetak
kembali dengan kencang, ia menjadi gugup lalu ia berkata dengan kencang “Aku
ingin kembali kewaktu dimana sebelum aku di lahirkan”. Fred lalu menekan tombol
yang berada tepat di atas jam bertepatan dengan kedua jarum itu bergeser ke
angka duabelas. Sepersekian detik tiba-tiba seisi barang-barang yang berada di
dalam kamar Fred berputar-putar dan berterbangan mengelilinginya, seperti ada
angin Tonardo di kamar Fred. Fred pun merasa pusing karena ikut berputar-putar
ia pun melayang seolah dunia ini telah terbalik dan Fred pun menghilang.
Apakah aku sekarang telah berada di
Surga kata Fred dalam hati sambil membuka matanya perlahan-lahan. Dimana aku
kata Fred lagi… ia menatap keadaan di sekelilingnya. Hmmm… Sepertinya aku telah
tertidur dan berada di sebuah kamar, Fred bangkit dari sebuah ranjang tua lalu
dengan ragu-ragu ia melangkahkan kakinya menuju sebuah cermin. OHHHH…
tidaakkkkk siapa kah aku yang sebenarnya? teriak Fred ketika ia bercermin dan
mendapatkan seorang laki-laki lain yang berada di hadapannya. Fred
menepuk-nepuk kedua pipinya, ia berdoa dan berharap jika keadaan yang di
alaminya sekarang hanyalah sebuah mimpi dan bukan kenyataan. Tidaakkkk…
siapakah aku sekarang Tanya Fred lagi di dalam hatinya. Fred lalu mengambil
sebuah bingkai foto diatas meja belajar, ia melihat foto laki-laki yang
sekarang menjadi dirinya sedang merangkul seorang laki-laki lain disebelah
kanannya dan seorang wanita yang sangat cantik di sebelah kirinya. Mungkinkah
mereka berdua adalah teman dekat laki-laki ini pikir Fred.
Tok…tok…tok… terdengar pintu kamar itu
telah di ketuk oleh seseorang. Fred tampak panik, harus kah aku membuka pintu
itu tanyanya dalam hati. Fred menarik nafas panjangnya ia berusaha untuk tenang
lalu membuka pintu itu perlahan-lahan.
“Hai… Luke Ayoo cepat pakai Mantel mu,
Holly sudah menunggu kita di bawah kata seorang laki-laki yang wajahnya
menyerupai dengan laki-laki yang berada di foto tadi”.
“Lu… Luke…? Itu nama ku Kata Fred
kaget”.
“Apa… Kamu sudah mulai gila yaa, masa lupa
nama sendiri. Sudahlah jangan bercanda kata laki-laki itu sambil tertawa
terbahak-bahak”.
Fred mengerutkan keningnya, ia tampak
masih bingung dengan kehidupan yang ia alami saat ini.
“Ayoolahhh cepat teriak laki-laki itu
lagi sambil melempar sebuah mantel yang tebal kearah Fred”.
Fred memakai mantelnya lalu ia mengikuti
laki-laki itu dari belakang menuruni anak tangga dan keluar dari sebuah gedung
tua yang di tinggali oleh Luke. Pada saat itu sedang musim dinggin, salju turun
seperti butiran mutiara yang berjatuhan. Jalan raya pun telah memutih di
selimuti oleh salju salju yang sudah mulai meninggi.
“Hai… Drew kenapa kamu lama sekali
memanggil Luke, Lihat aku sudah hampir membeku di luar sini kata seorang wanita
cantik sambil tersenyum memandang Fred”.
“Kita mau kemana… Tanya Fred
memberanikan diri”.
“Lho… kamu lupa yaa hari ini kita kan
sudah janjian mau bermain snowboard di kaki bukit kata Holly sambil tertawa”.
“Wew… Lihatlah Holly sekarang Luke sudah
mulai tua dan pikun, tadi saja dia bertanya siapakah namanya jawab Drew sambil
tertawa juga”.
Fred tersenyum melihat kedua orang yang
berada di depannya. Ternyata mereka bernama Drew dan Holly sepertinya mereka
berteman baik dengan diri ini pikir Fred dalam hatinya. Tidak lama kemudian
mereka bertiga menaiki Bus yang hendak membawa mereka ke tempat tujuan. Fred
memandang Holly dan Drew yang sedang asyik bergurau. Sepertinya aku pernah
melihat wajah mereka sebelumnya dan aku merasakan tidak asing lagi dengan
mereka. Drew dan Holly kedua nama itu juga sangat familiar di otak ku. Yaaa
Tuhan… Kenapa batin ini terasa sangat dekat dengan mereka. Huhfff… mungkinkah
karena diri ini sudah berteman lama dengan mereka kata Fred dalam hatinya.
Akhirnya mereka bertiga tiba di kaki
bukit, lalu Drew, Holly dan Fred segera bersiap-siap memakai peralatan mereka
untuk meluncur dari atas bukit dengan menggunakan papan seluncurnya.
Seraaangg… Teriak Holly dan Drew sambil
tertawa terbahak-bahak, lemparan bola-bola salju itu pun mengenai wajah Fred
yang sedang melamun merenungi nasibnya yang kini telah terjebak didalam tubuh
Luke dan entah berada dimana ia sekarang. Fred terkejut lalu ia tersenyum dan
membalas melempar bola-bola salju itu kearah Holly dan Drew juga.
“Ayoo kita jalan keatas lagi… Guys ajak
Holly sambil membersihkan mukanya dari butiran salju”.
“Kamu pergi duluan kesana, aku mau
bicara dulu sebentar dengan Luke jawab Drew sambil tersenyum”.
Drew menghampiri Fred setelah Holly
meninggalkan mereka berdua.
“Hai… Luke aku mau berbicara sesuatu
yang serius denganmu bisik Drew”.
“Kamu mau berbicara apa jawab Fred
panik”.
“Aku berencana mau melamar Holly bisik
Drew lagi sambil tersenyum”.
“Me… melamar Holly Tanya Fred bingung”.
“Iyah… bagaimana pendapatmu Tanya Drew”.
Waduhhhh… gawat aku harus menjawab apa
nih kata Fred dalam hatinya. Aku kan tidak tahu dan belum lama mengenal mereka
berdua.
“Lho… Kok jadi melamun, kamu sakit yaa
kata Drew”.
Fred menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Lalu apa pendapatmu Luke Tanya Drew
lagi”.
“Hmmm… Kamu dan Holly telah berpacaran
berapa lama sih, aku lupa kata Fred basa-basi”.
“Wow… Semalam Kamu abis minum apa sih,
masih mabuk kah teriak Drew sambil menertawai Fred yang kelihatan bingung”.
Fred tertawa tetapi didalam hatinya ia
sangat panik.
“Hai… Man, kita bertiga sudah berteman
sejak kecil… Aku dan Holly juga sudah lama berpacaran… Hmmm sudah ingat kah
kamu sekarang jelas Drew sambil mengetuk-ngetuk kening Fred dengan tangannya”.
Fred akhirnya bisa bernapas lega lalu ia
tertawa lepas.
“Yaa… Aku baru ingat sekarang teriak
Fred sambil tersenyum memandang Drew”.
“Lalu…? Kata Drew”.
“Hmmm… Jika kamu sudah siap, lamarlah
Holly. Aku rasa ia pasti senang dan akan menerimanya jawab Fred sok tahu”.
“Aku sangat tergila-gila sekali padanya,
Holly semakin cantik sekarang kata Drew sambil melambai-lambaikan tangannya
kearah Holly yang telah sampai di atas”.
“Aku mendukung kamu, jika kalian berdua
berbahagia. Aku pun juga ikut bahagia kata Fred sambil menepuk pundak Drew”.
“Terima kasih Luke, kamu adalah sahabat
terbaikku bisik Drew”.
Sesaat kemudian Holly meluncur dari atas
bukit menghampiri Fred dan Drew.
“Guys… Ada pengumuman dari pengelolah
tempat ini, kata mereka dua jam lagi akan ada badai salju dan kita disuruh
cepat pergi dari bukit ini kata Holly ketika menghampiri Fred dan Drew”.
“Yang benar…? Kata Fred”.
“Iyah… Dan setengah jam setelah
pengumuman berlaku, pemerintah memutuskan untuk melarang semua transportasi
beroperasi, karena badai salju ini sangat extrim jelas Holly”.
“Wow… Berarti kita akan terjebak disini
kata Drew”.
“Yup… Terpaksa kita harus bermalam
disini jawab Holly lemas”.
Menginap di tempat ini? Hmmm… sampai
berapa lama kah aku terjebak di dalam diri Luke, aku sangat merindukan
kehidupanku yang sesungguh kata Fred dalam hatinya.
“Aku tidak mambawa uang banyak,
bagaimana kita bisa membayar penginapan buat nanti malam kata Drew”.
“Ayo kita gabungkan uang yang kita
pegang semuanya untuk membayar penginapan usul Holly”.
Drew dan Holly cepet-cepat membuka dompetnya
dan mengeluarkan semua uang yang berada di dalamnya. Fred meraba-raba kantung
baju dan celananya ia pun berharap Luke mempunyai uang. Fred tersenyum lega
begitu ia mendapatkan sebuah dompet di dalam kantung celananya.
“Uang kita bertiga masih belum cukup
untuk membayar penginapan dan makan kata Holly sambil menghitung beberapa
lembar uang yang di pegangnya”.
“Disini tidak ada ATM…kah? Tanya Fred”.
“ATM…itu apa? Tanya Holly”.
Yaaa ampun… Mereka tidak mengenal ATM,
berada di tahun sekarang Tanya Fred dalam hatinya.
“Holly kamu pergi duluan ke penginapan
dan pesan satu kamar dengan uang yang kamu pegang. Aku dan Luke akan berusaha
untuk mencari kekurangannya jelas Drew”.
“Okei… Aku tunggu kalian berdua di
penginapan kata Holly”.
“Baiklah… Aku dan Luke akan kembali
sebelum badai datang jawab Drew sambil tersenyum”.
Fred mengikuti langkah Drew… mereka
berdua berjalan menuruni kaki bukit menuju sebuah kota kecil. Fred dan Drew
menyelusuri jalan kecil dan lorong-lorong yang di penuhi oleh toko-toko yang
berada di sebelah kanan dan kiri mereka. Fred memandang di sekelilingnya, ia
terlihat bingung dan familiar dengan tempat itu.
“Kita masuk ke toko itu kata Drew sambil
menunjukan jarinya kearah sebuah toko tua”.
Tidak lama kemudian Drew dan Fred masuk
kedalam toko itu.
“Selamat datang di Toko ku sambut
laki-laki tua berjanggut putih sambil tersenyum pada mereka berdua”.
Fred memandang tajam laki-laki pemilik
toko itu.
“Ada yang bisa saya bantu katanya”.
“Aku mau menjual sesuatu, apakah Tuan
mau membelinya Tanya Drew ragu-ragu”.
“Apa yang hendak kamu jual, Nak Tanya
laki-laki itu”.
Drew mengeluarkan sesuatu dari saku
celananya, lalu segera ia berikan pada pemilik toko itu”.
“Wow… Sebuah Jam Kantong kata laki-laki
itu dengan matanya yang berbinar-binar”.
“Iyah… Aku mau menjual jam ini, Hmm… jam
kantong itu pemberian kakek buyutku. Jam ini sangat bagus dan berharga sekali
jelas Drew”.
Fred memandang jam yang di pegang oleh
laki-laki tua itu. Jam…yaaa jam itu? Sepertinya aku pernah melihatnya tapi
dimana. Yaaa Tuhan aku tidak ingat, aku seperti kehilangan ingatan. Toko dan
laki-laki tua itu sepertinya aku juga sudah pernah datang kesini dan ke kota
ini sebelumnya. Fred terlihat bingung dengan semua apa yang telah di alaminya
sekarang. Ingatannya mengambang.
“Kamu yakin mau menjual jam antik ini
Nak Tanya laki-laki itu”.
“Iyah… jawab Drew mantap sambil
menganggukan kepalanya”. Sementara itu Fred masih terlihat bingung. Pemilik
toko itu lalu mengeluarkan beberapa lembar uang lalu ia segera memberikannya
kepada Drew”.
“Terima kasih kata Drew sambil menerima
uang itu”.
Tidak lama kemudian mereka keluar dari
toko tersebut.
“Kamu tidak menyesal menjual jam itu
Tanya Fred ragu-ragu”.
“Yaaa… Apa boleh buat daripada kita
bertiga mati kedinginan di bukit itu jawab Drew”.
“Jam itu sangat bagus kata Fred”.
“Yup… Aku sangat sayang sekali dengan
jam itu. Jam kantong pemberian kakek buyutku jelas Drew”.
“Hmmmm… sayang sekali kata Fred lesu”.
“Biarlah… Tidak apa-apa mungkin sudah
saatnya aku melepaskan jam itu. Aku berharap suatu hari nanti seseorang yang
baik yang akan mendapatkan jam itu kata Drew sambil tersenyum memandang Fred”.
Fred dan Drew kembali ke penginapan.
Badai salju turun sesaat kemudian setelah mereka tiba disana. Fred, Drew dan
Holly berteduh di sebuah kamar yang sangat nyaman, mereka bertiga mengobrol
sambil bersenda gurau di depan perapian yang menghangatkan tubuh mereka.
Tiba-tiba Drew menyatakan perasaannya yang begitu dalam pada Holly. Dengan mata
yang berbinar-binar dan penuh dengan pengharapan Drew bersimpuh di hadapan
Hooly, lalu ia melamar kekasihnya itu di saksikan oleh Fred. Wajah Holly
memerah, ia sangat terkejut dengan pernyataan kekasihnya, tampak kebahagiaan
terpancaran di sinar matanya. Holly menerima lamaran Drew. Fred sangat
tersentuh melihat kejadian itu, ia pun merasa bertambah dekat dengan kedua
orang yang baru saja di kenalnya. Fred merasa nyaman berada di tengah-tengah
Drew dan Holly. Ia pun sampai berpikir suatu hari nanti jika ia meninggalkan
tubuh Luke pasti akan terasa berat untuk meninggalkan kedua sahabat barunya
itu. Akhirnya mereka bertiga pun tertidur di depan perapian dan beralaskan
karpet yang tebal dan hangat.
Apa… sekarang aku berada di tahun 1940
teriak Fred dalam hatinya. Pantas saja pakaian yang aku kenakan agak tua dan
tidak ada mesin ATM di sini pikir Fred ketika ia membaca Koran sambil menyantap
sarapan paginya. Sungguh sepertinya aku pernah berada di kota ini tapi aku
tidak ingat pasti. Aku yakin di kehidupan aku yang sebenarnya aku mengenal kota
ini kata Fred penasaran.
“Luke… ayo kita pulang ajak Holly sambil
bangkit dari kursinya”.
Fred beranjak dari kursinya lalu ia
pergi menuju halte Bus bersama dengan Drew dan Holly. Seminggu sudah Fred
terjebak di dalam diri Luke, ia sudah mulai terbisa dengan kehidupan di jaman
itu. Holly dan Drew adalah sahabat yang baik, Fred pun mulai menyayangi dan
takut kehilangan mereka. Fred membantu Drew dan Holly menyiapkan barang-barang
yang di butuhkan untuk pernikahan mereka, bahkan Fred yang memilih cincin
pernikahan mereka. Tiga hari lagi Drew dan Holly akan segera menikah. Wah…
Betapa bahagianya mereka, ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah aku
lupakan kata Fred dalam hatinya. Drew meminta Fred menjadi pendamping di altar
pernikahannya nanti. Fred juga yang memegang dan yang akan menyerahkan cincin
pernikahan itu kepada sahabatnya.
Pagi itu Fred mengenakan setelan jas
hitam, ia tampak semangat dan bahagia sekali. Fred lalu bercermin ia melihat
wajah Luke di hadapannya. Luke terlihat sangat tampan sekali kata Fred dalam
hatinya sambil tersenyum. Dua jam lagi Drew dan holly akan menikah. Sangat
romantis sekali mengikat janji sehidup semati di musin dingin seperti ini kata
Fred dalam hatinya. Fred menarik napas panjang…hmmm aku sudah hampir terlambat,
lalu Fred pun segera keluar dari kamarnya dan pergi menuju gereja. Waduhhhh…
Damn? Dimana letak gereja itu kata Fred sambil menepuk keningnya. Aku tidak
mengenal daerah ini, gawat jika nanti aku terlambat datang kesana. Cincin
mereka aku yang pegang teriak Fred dalam hatinya. Fred pun buru-buru berlari.
Fred tersesat sementara itu Drew gelisah
berjalan mondar-mandir di depan gereja menunggu kedatangan Fred. Dimanakan Luke
sekarang berada, mengapa ia belum juga muncul. Setengah jam kemudian pengantin
wanita tiba, Holly sangat cantik mengenakan gaun pengantin berwarna putih. Drew
semakin gelisah dan cemas menunggu kedatangan Fred sementara itu acara
pernikahannya akan segera di mulai.
Holly tersenyum lalu ia berjalan
didampingi Ayahnya mendekati Drew yang sedang menantinya di depan Pendeta.
Dentingan piano mengeiringi langkah Holly, para tamu pun tersenyum memandang dan
mengagumi sang pengantin wanita. Dimanakah Luke sekarang, aku takut terjadi
apa-apa dengan dia kata Drew dalam hatinya. Tiba-tiba terdengar suara dencitan
rem mobil serta suara hantaman benda keras diluar gereja. Orang-orang yang
berada didalam gereja pun pada berlari berhamburan keluar. Lukeeee… teriak Drew
cemas lalu ia berlari keluar di ikuti oleh Holly di belakangnya. Drew menerobos
kerumunan orang-orang yang berada dipinggir jalan.
Dugaan Drew pun benar ternyata yang
tertabrak mobil itu adalah Luke sahabatnya. Tiba-tiba Fred keluar dari tubuh
Luke. Luke terluka sangat parah kepalanya terbentur trotowar dan mengeluarkan
banyak darah. Fred sangat terkejut melihat kejadian itu. Drew memeluk Luke ia
menepuk-nepuk pipi Luke. Luke tidak sadarkan diri akhirnya ia meninggal di
tempat kejadian. Tidaakkkkkk… Bangun Luke…bangun kamu harus tetap hidup, kamu
harus melihat kami berdua menikah teriak Drew sambil meneteskan airmatanya,
sementara itu Holly histeris lalu berusaha untuk memeluk Luke. Aku harus masuk
kedalam tubuh Luke lagi, aku tidak akan membiarkan ia meninggal kata Fred. Fred
lalu mendekati tubuh Luke tetapi tubuh luke tidak bisa di raihnya. Fred
menangis melihat tubuh Luke yang tengah di peluk oleh Drew dan Holly. Tiba-tiba
Fred merasa pusing dan dunia terasa berputar-putar ia pun akhirnya menghilang
dan meninggalkan jaman itu.
Fred tersadar…lalu ia mendapatkan
dirinya sedang tergeletak diatas lantai sambil menggenggam jam kantong miliknya.
Fred memegang kepalanya yang masih terasa pusing. Ia lalu menangis menyesali
kejadian yang menimpah Luke. Berhari-hari sudah Fred mengurung dirinya di
kamar, ia begitu frustasi dengan apa yang telah dialaminya. Fred merasa
bersalah karena kecerobohannya ia telah mencelakakan diri Luke lalu membuat
Drew dan Holly bersedih di hari pernikahannya. Fred memutuskan untuk kembali
pulang kerumah orang tuanya agar bisa beristirahat dan menenangkan pikirannya.
Fred berjalan lunglai mendekati Mama nya
yang sedang membersihkan gudang dilantai bawah rumahnya. Mama tersenyum melihat
anaknya yang terlihat muram.
“Hi… Bantu Mama membuka peti ini Fred
kata Mama”.
“Okei Mam… jawab Fred sambil berusaha
membuka sebuah peti yang penuh dengan debu itu”.
Fred membuka peti itu lalu ia melihat
banyak album foto yang berada didalamnya. Fred mengambil sebuah album lalu ia
membukanya lembar demi lembar foto tua itu. Tiba-tiba Fred terperanjat kaget
melihat sebuah foto yang ia kenalin betul rupanya. Fred melihat foto yang sama dengan
foto yang ia lihat sewaktu di kamar Luke. Yaa… itu foto Luke bertiga dengan
Drew dan Holly.
“Mam… Ini Foto siapa Tanya Fred
penasaran”.
“Itu kan foto Kakek dan Nenek Buyut mu??
Masa kamu lupa jawab Mama”.
“Buyut… kata Fred”.
“Iyah… mereka Kakek dan Nenek Mama jawab
Mama lagi”.
“Apakah mereka bernama Drew dan Holly
Tanya Fred pelan”.
“Iyah benar, tetapi mereka tinggal jauh
sekali dari sini kata Mama”.
“Me… mereka masih.. hi…hidup Tanya
Fred”.
“Yup… Kamu kan pernah bertemu dengan
mereka sewaktu kecil, kamu lupa? Tanya Mama”.
“Aku ingin bertemu dengan mereka Mam,
beritahu alamat mereka. Aku akan menjenguknya jelas Fred dengan matanya yang
berbinar-binar”.
Fred akhirnya pergi mengunjungi Drew dan
Holly sahabat lamanya yang sekarang menjadi Kakek dan Nenek Buyutnya. Mama
bercerita Drew dan Holly adalah pasangan suami istri yang mempunyai hobby
berpetualang. Mereka sering berpindah-pindah tempat dari kota satu ke kota
lainnya. Mama sendiri pun tidak begitu dekat dan mengenal Drew dan Holly. Aku
sangat rindu dengan mereka kata Fred dalam hatinya. Mudah-mudahan Drew dan
Hooly belum pindah ke kota lain setiba aku di sana harap Fred dalam hatinya.
Fred segera berangkat menaiki kereta menuju rumah Kakek dan Nenek Buyutnya.
Fred berdiri di depan rumah tua yang
bercat putih. Hatinya berdetak sangat kencang lalu dengan ragu-ragu ia memencet
bel rumah itu. Fred memandang seorang wanita tua di hadapannya, ia begitu
cantik dan menyerupai Holly sewaktu muda.
“Kamu siapa Tanya wanita tua itu”.
“Aku… aku Fred jawab Fred menetaskan
airmatanya”.
“Fred… Cucu ku kata wanita tua itu”.
Fred menganggukan kepalanya lalu ia
segera memeluk Holly dengan eratnya.
“Aku rindu denganmu bisik Fred sambil
mengusap airmatanya”.
“Aku juga rindu denganmu kata Holly
sambil tersenyum”.
Holly mengajak Fred ke halaman belakang
rumahnya, lalu ia mendapati Drew sedang duduk bersantai sambil membaca Koran.
“Lihatlah… Drew siapa yang datang
menjenguk kita berdua teriak Holly”.
“Ohhhh…Fred kau kah itu Cucuku…? Fred
kamu sudah besar sekali sekarang teriak Drew”.
Fred dan Drew berpelukan Ia begitu
bahagia sekali. Fred lalu mulai bertanya tentang kejadian yang menimpah di hari
pernikahan mereka. Drew dan Holly terkejut mendengar pertanyaan Fred. Fred lalu
berbohong ia berkata bahwa ia mendengar tentang kejadian itu dari Mama nya,
Holly tersenyum Lalu Drew bercerita ternyata Luke adalah salah satu seorang
aktivis yang menentang pemerintahan diwaktu itu. Dan ia menjadi salah satu target
untuk di bunuh karena dianggap sebagai pemberontak Negara. Luke sengaja di
tabrak oleh sebuah mobil tepat di hari pernikahan Drew dan Holly.
“Dia adalah sahabat dan pahlawan bagi
kami berdua kata Holly sambil meneteskan airmatanya”.
Pernikahan Drew dan Holly di undur
seminggu setelah hari kematian Luke. Mereka berdua sangat kehilangan seorang
sahabat dekat yang sangat baik. Hati Fred menjadi lega setelah mendengar
penjelasan Drew dan Holly. Ternyata kematian Luke itu bukan karena kesalahannya
tetapi karena hal lain yang telah di rencanakannya. Fred lalu memeluk kembali
Drew dan Holly dengan erat. Aku adalah Luke sahabat kalian yang telah
Berreinkarnasi menjadi cucu kalian kata Fred dalam hatinya. Fred mengeluarkan
jam kantong milik Drew dari saku celananya. Lalu ia memberikan jam itu pada
Drew.
“Wow… Jam Kantongku teriak Drew”.
“Ini aku kembalikan jam Kakek kata
Fred”.
“Kamu mendapatkan jam ini dimana tanya
Drew”.
“Di toko tua milik Tuan Thomas jawab
Fred”.
“Ohh… Toko Antik yang berada di kota tua
di kaki bukit itu kata Drew”.
Fred tersenyum sambil menganggukan
kepalanya.
“Ambilah buat kamu, jaga Jam itu
baik-baik kata Drew sambil menatap tajam mata Fred”.
Sejak saat itu Fred sering datang serta
menginap di rumah Drew dan Holly. Mereka bertiga menjadi akrab dan suka pergi
bersama-sama menyelusuri kota tua yang pernah mereka singgahi sewaktu dulu.
Suatu hari Fred pun pernah mengajak Drew mengunjungi Toko milik Tuan Thomas,
tetapi sayangnya toko itu telah tutup dan telah berganti dengan toko roti. Fred
bersyukur ia bisa berkumpul kembali dengan kedua sahabatnya yang kini telah
menjelma sebagai Kakek dan Nenek buyutnya dan ia pun tidak akan melupakan
kejadian yang ia alami bersama dengan jam kantong ajaibnya itu.
Cerpen yang berjudul "Fred Dan Jam Kantong Ajaib" merupakan sebuah cerita pendek karangan dari seorang penulis yang bernama Ayu Soesman. Kamu dapat mengikuti facebook penulis di akun berikut: Hikari Gemintang@yahoo.com.
Posting Komentar untuk "Cerpen Misteri - Fred Dan Jam Kantong Ajaib | Ayu Soesman"