Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen Persahabatan - Rasa Kebebasan | M Iqbal Erlangga

cerita pendek persahabatan judul rasa kebebasan
Rasa Kebebasan - M Iqbal Erlangga

Sore itu jam 16.00 Rafa mengintip teman – temanya yang sedang bermain dari jendela rumahnya, jiwa Rafa ingin sekali Bermain Bersama mereka karena  memang di umurnya itu masa - masanya untuk bermain dengan teman sebayanya, oleh karena itu Rafa memberanikan diri untuk meminta izin kepada ibunya untuk pergi bermain dengan teman – temannya.

“Mah… Rafa pengen main keluar sama temen” (ucap Rafa ke ibunya)

“aduh kamu ini kok main terus, kamu tuh belajar sana biar di kelas tambah pinter nak !!” (jawab ibu ke Rafa dengan Marah) Rafapun terdiam sejenak.

“iya mah tapikan Rafa pengen main  sama temen – temen, kan kemarin juga Rafa belajar terus” (ucap Rafa ke ibunya)

“Kamu nih jawab teruss kalau orang tua ngomong, ya sudah sana main tapi inget jangan lama – lama mainnya” (ucap Ibu ke Rafa)

“asiikkk ok mah makasih yaaahhh” (ucap Rafa dengan senang)

Setelah mendapat izin dari ibunya Rafa pun bergegas mengahampiri teman – temannya. Rafa yang sudah lama sekali merasakan rindu dengan teman – temannya akhirnya terbayarkan sehingga ia sangat bersemangat untuk bermain di sore itu.

“eh guys siapa tuh yang lari ke sini, tapi kayak kenal deh” (ucap Daffa dengan terheran)

“hemm bentar itu Rafa bukan sih ?” (ucap Zaki dengan menebak)

“ehhh iya bener si Rafaaaa !!!!” (Ucap Apriyan dengan senang)

Rafa dengan perasaannya yang senang langsung di ajak main sama ketiga temannya tersebut untuk bermain petak umpet di komplek sebelah yang di mana komplek sebelah adalah tempat yang cocok untuk bermain petak umpet, di tambah juga dengan tempatnya yang sepi dan banyak bangunan tua yang lama tak berpenghuni.

“eh guys kan lumayan nih kita 4 orang cocok bangetkan kalau kita main petak umpet di komplek sebelah apalagi main petak umpet pasti seru bangettt” (ucap apriyan dengan senang)

“iya deh dehh Lets Go” (ucap Daffa ke apriyan)

Mereka berjalan menuju komplek tersebut dengan jarak yang lumayan jauh dari komplek mereka, jadi nama komplek mereka itu Namanya Komplek Flowers dan komplek yang mereka kunjungi Namanya komplek Black Wall, akan tetapi saat perjalanan Rafa memikirkan Ibunya karena dia ingat bahwa waktu mainnya cuman sebentar aja.

“eh liat deh si Rafa kok mukanya cemas terus ya, kenapa sih dia ?” (ucap Apriyan ke Zaki)

“sudahlah gpp jangan ganggu, setiap orang kan punya urusan masing - masing” (jawab zaki)

“hehe iya deh” (ucap zaki dengan tertawa kecil)

Meskipun Rafa kepikiran terus perkataan ibunya dia tetap berusaha menghargai teman – teman yang mengajaknya agar tidak mengecewakannya oleh karena itu Rafa berusaha untuk selalu tersenyum meskipun hatinya tidak. Waktu menunjukan pukul 17.00 sore mereka bertiga sudah sampai di komplek Black Wall dengan expresi kagum karena tempatnya sangat luas dan banyak rumah - rumah dan bangunan kosong tak berpenghuni, karena menurut sejarah Tahun 1986 telah terjadi pengeboman oleh Penjahat yang membenci Area komplek tersebut, pengeboman itu menewaskan hampir semua Penduduk yang ada di komplek tersebut sehingga bisa di bilang lumayan angker dan mengerikan jika malam sudah tiba, Tapi sayangnya keempat anak tersebut tidak mengetahui sejarah ini, yang mereka ketahui hanya komplek sepi tersebut cocok untuk mereka bermain petak umpet.

“wahh keren banget tempatnya, banyak rumah dan Gedung tua dan ga ada orangnya” (ucap apriyan dengan kagum)

“eh iya bener banget seruu nih buat main petak umpet apalagi banyak rumah dan Gedung kosong udah kaya hati ku kosong wkwkwk” (ucap Daffa dengan senang)

“haha iya bener udah kayak di film aja ya suasananya” (ucap Zaki dengan Bahagia)

“hemmm” (suara Rafa dengan perasaan bingung dan aneh dengan tempat itu)

Mereka semua senang saat melihat komplek tersebut, tapi tidak dengan Rafa dia memiliki perasaan yang aneh dengan kehadirannya di komplek Black Wall. Sesampainya mereka di sana mereka langsung memulai permainan petak umpet, sebelum mereka mulai permainan mereka melakukan hom pim pa yang tangannya terbuka maka dialah yang menjadi penjaga, dan yang terpilih adalah zaki sebagai penjaga permainan petak umpet.

“aku jaga nih haha gpp deh” (ucap zaki)

“haha keren Zaki, kamu harus usaha nih cari kami sampai ketemu, apalagi nyari si zaki kan dia Hitam bagaikan kopi haha” (ucap Apriyan)

“ssttt gak boleh gitu kamu, dari Pada kamu Gigi depanya hilang wkwkwk” (ucap Rafa dengan mengejek balik)

“iya deh maaf yaa, ya sudah aku mulai ya, aku hitung sampai 10 yang ketahuan langsung kalah ya, satu,Dua ,Tiga…” (ucap zaki)

Apriyan, Dafa dan Rafa bergegas mencari tempat sembunyi yang benar – benar tidak bisa ketahuan oleh siapapun. Apriyan bersembunyi di dalam Rumah tua, Dafa bersembunyi di balik Pohon besar dan Rafa bersembunyi di Gedung besar yang sudah cukup tua.

 

“Sembilan, Seeeppuuluuuhhhh..… selesai, waktunya mencari kalian semua haha, hey di mana kalian !!!. Aduh luas banget lagi kompleknya” (ucap Zaki)

Mereka yang sedang bersembunyi Sudah Tau bahwa Zaki sedang mencari.

“waduh dia udah bergerak mencari nih aku harus hati – hati” (ucap Apriyan di rumah tua)

“hihi si zaki lagi nyari” (ucap Daffa di balik pohon sambal mengintip)

“Dari ketinggian Gedung ini aku bisa melihat semua temanku yang bersembunyi dan si zaki sedang mencari yang lain haha” (ucap Rafa di atas Gedung)

Zaki yang kebingungan berusaha untuk menemui teman – temannya yang sedang bersembunyi, Tapi apa daya zaki masih belum menemukan mereka semua. Situasi mulai gelap dan waktu menunjukan pukul jam 18.16, ketiga temannya yang sedang bersembunyi juga merasa terheran kenapa suara zaki dan keberadaannya tidak bisa di rasakan, serentak mereka bertiga keluar dari tempat persembunyiannya secara satu persatu karena badan mereka yang sudah pegal menahan diri untuk bersembunyi. Akan tetapi Ibu Rafa merasa gelisah karena Rafa sudah main 2 jam lamanya tapi belum Kembali.

“Pah, mamah khawatir Rafa kok belum pulang – pulang ya?” (ucap ibu Rafa dengan sedih)

“sudah mah jangan khwatir nanti juga pulang si Rafa, kan Rafa anak yang baik” (ucap ayah Rafa yang menyemangatin ibunya)

“iya pah, mamah cuman khawatir takutnya Rafa kenapa – kenapa di luar sana” (ucap ibu dengan suara gemetar)

“iya mah sekarang kita berdoa aja semoga Rafa Kembali sebelum tengah malam Tiba” (ucap ayah)

Ayah dan Ibu Rafa tak bisa lagi melakukan apa – apa karena apa daya karena peraturan komplek Flower melarang para warganya untuk keluar dari perbatasan Komplek setelah melewati Jam 18.00 Malam.

Rafa, Apriyan dan Daffa mereka akhirnya keluar dari persembunyian lalu mereka saling bertemu dan terheran – heran kemana zaki pergi, karena zaki dari tadi hilang dan tak bersuara.

“eh guys zaki mana nih, lah kok hilang” (ucap Daffa dengan terheran)

“sumpah dah kemana zaki, kalau tuh anak hilang bahaya nanti kita yang di omelin” (ucap Apriyan)

 “eh ini apaan kok ada jejak kaki menuju ke lubang” (ucap Rafa dengan kaget)

Rafa pelan – pelan mengikuti jejak kaki tersebut yang menuju ke lubang besar di tanah, tiba – tiba…..

“AAAaaahhhhhhhggghhhhhhhh” (Teriak Rafa)

“Astagaaaa Zakiiii kamu ngapain di bawah hahaha, kamu bukannya teriak malah tiduran lagi wkwkwkwk” (ucap Apriyan)

“huuhuhuuu Dasar temen gak gak tau diri, temennya jatuh bukannya di tolongin malah di ejek – ejek” (ucap zaki yang nyungsep di lobang tanah)

“wkwkwk ya sudah sini tangan mu, aku Tarik dari atas” (ucap Apriyan yang sambil ketawa)

Tak di sangka bahwa Zaki jatuh ke dalam Lubang tanah untungnya Zaki masih Selamat, akan tetapi seluruh tubuhnya kotor berlumur tanah. Setelah itu Mereka akhirnya bisa berkumpul ber empat lagi meskipun permainan petak umpet belum selesai.

Langit yang mulai menggelap dan menunjukan tanda bahwa Hujan akan segeara turun, merekapun bergegas untuk kembali pulang ke komplek Flower tempat asal rumah mereka masing – masing, di dalam perjalanan pulang hujan rintik – rintik mulai turun dan membasahi pakaian mereka, kabut yang tiba – tiba menutupi Jalan dan komplek Black Wall menyulitkan mereka untuk pulang, tapi tak di sangka dalam kabut itu tiba -  tiba muncul seperti nenek yang berdiri bungkuk di dalam kabut tersebut.

 “ehh.. itu apaaannnnn !!!” (ucap Rafa sambil ketakutan)

“HAH !!!! Akuu takutttt !!!” (ucap Apriyan yang ketakutan)

“Tenang kawan, intinya kita harus tenang jangan panik, sekarang ikutin aku terus jalan menjauh dari kabut itu, sekarang kita pelan – pelan jalan pulang, kita lewat jalan belakang aja” (ucap Daffa)

Mereka berempat menjauh dari kabut sehingga mereka harus segera pergi dari komplek itu.  lalu di komplek Black Wall ada jalan kecil untuk keluar dari komplek itu. Hujan turun semakin deras mambasahi pakaian mereka yang pada akhirnya mereka pun berhasil keluar dari komplek Black Wall.

Langkah demi Langkah mereka lalui untuk menuju Kembali ke komplek flower, perbincangan lucu yang membuat mereka tertawa lepas setelah selesainya permainan mereka. Meskipun sebenarnya belum permainan petak umpetnya, di karenakan Zaki saat itu terjatuh ke dalam Lubang tanah dan juga di tambah adanya seorang nenek ghoin yang muncul di antara kabut – kabut.

Waktu menunjukan pukul 21.36 Malam mereka akhirnya sampai di komplek Flower, mereka pun akhirnya berpisah ke rumah masing - masing karena memiliki rumah yang berbeda Gang dan tempat. Rafa pun merasa sedih karena setelah ia menginjakan kakinya di rumahnya pasti dia akan di marahi oleh Ibunya dan Ayahnya. Rafa pun akhirnya memberanikan diri masuk kedalam rumah dengan perlahan, awalnya Rafa ingin masuk tanpa di ketahui tapi apa daya Rumahnya di kunci, lalu Rafa pun mengetok – ketok pintu sambil menunggu respon dari Orangtuanya untuk membukakan pintunya.

"tok tok tok tok… mahhh, bukain pintu mah, ini Rafa.” (ucap Rafa sambil kedinginan dan ketakutan)

Sekitar 15 menit Rafa sudah melakukan hal itu, lalu pada akhirnya ada respon dari dalam rumah.

“iyaaa ?? siapa ya ??” (ucap ibu sambil kebingungan)

“mahh ini Rafa bukain pintu mah Rafa kedinginan di luar” (jawab Rafa yang terbata – bata)

“ASSTTAAAGGGAAAAAA RAFAAAAA !!! akhirnya kamu pulang nak” (ucap ibu Rafa sambil menangis)

Serentak Ibu Rafa membukakan pintunya lalu langsung memeluk Rafa dengan pelukan hangat seorang Ibu. Rafa juga nangis saat di peluk oleh Ibunya merasa bersalah karena telah melanggar janjinya, Rafa pun berkali – berkali minta maaf dalam pelukan ibunya tapi ternyata ibunya Rafa merespon dengan baik tanpa marah – marah. Anehnya Ibu Rafa malah minta maaf karena merasa bersalah mengurus Rafa.

“mamah minta maaf ya nak” (ucap ibu Rafa sambil nangis)

“mamah gak usah minta maaf, Rafa yang seharusnya minta maaf sama mamah, Rafa sudah kelamaan main di luar sampai lupa waktu mahhh” (ucap Rafa sambil menangis di pelukan ibunya

Setelah itu Rafa membersihkan dirinya yang kotor di kamar mandi dalam rumahnya. Sebenarnya saat Rafa datang ayahnya masih tertidur pulas, oleh karena itu hanya ibunya yang bangun dan memeluk Rafa.

Kesokan harinya di pagi yang cerah Rafa makan di ruang makan sendirian, makanan tersebut sudah di siapkan oleh ibunya, yaitu sarapan pagi nasi goreng yang ada telor dadarnya. Saat Rafa makan ada ayahnya yang menghampirinya.

“lohhh Rafa udah di rumah aja haha, gimana mainnya seru gak ?” (ucap ayah Rafa)

“seru pah hehe, tapi Rafa minta maaf ya, kemarin Rafa pulangnya kemaleman” (jawab Rafa sambil sedih)

“iya udah gak apa – apa nak, Namanya juga anak kecil pasti pengen main terus, apalagi kamu yang di suruh belajar terus sama mamah ehh uppss keceplosan hehe” (ucap ayah)

“iya pah makasih ya pah” (ucap Rafa)

“iya sudah papah keluar dulu ya mau olahraga pagi sama temen – temen papah” (jawab ayah dengan senyum kecilnya)

“iya pah” (ucap Rafa yang tersenyum sambil makan)

Semenjak itu Rafapun mulai merasa dirinya harus lebih baik lagi kedepannya apalagi Rafa anak pertama jadi harus benar – benar bisa membanggakan orang tuanya. Setelah Rafa makan dia manaruh piring kotornya di tempat cuci lalu dia pergi ke kamarnya untuk sekedar tiduran saja dan beristirahat karena kejadian kemarin malam sangat menguras tenaga.

Rafa yang sedang tiduran di kasurnya dia melihat ada orang dari jendela kamar yang sedang menyapu di teras rumahnya. Rafa terheran dari jendela yang tertutup gorden, karena bayangan dari gorden tersebut persis seperti nenek goib dalam kabut yang ia temui semalam lalu Rafa pun serentak membuka gordennya ternyata itu adalah ibu Rafa yang sedang menyapu di depan teras rumahnya.

“haduhh aku kira siapa, ternyata ibu ku” (ucap rafa)

Rafa yang awalnya tegang karena dia trauma melihat bayangan nenek yang dia temui di komplek Black Wall. Lalu Rafa lanjut istirahat dan tiduran di kasurnya sambil melihat langit dari jendela rumahnya dan berharap dia bisa Kembali bermain lagi dengan teman – temannya di petualangan yang baru.

Cerpen yang berjudul "Rasa Kebebasan" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis dengan nama pena M Iqbal Erlangga. Kamu dapat mengikuti penulis melalui instagramnya di akun @erlanggaiqbal16.

Posting Komentar untuk "Cerpen Persahabatan - Rasa Kebebasan | M Iqbal Erlangga"